Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9283 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X60
- Deskripsi: Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 X60 digunakan untuk menggambarkan diagnosa "Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi". Hal ini sesuai dengan situasi di mana pasien mencoba mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri, yang dapat diklasifikasikan sebagai percobaan bunuh diri.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 "Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi" dapat digunakan untuk melaporkan tindakan atau prosedur medis yang dilakukan untuk perawatan pasien, seperti pemantauan, terapi, atau intervensi psikiatri yang tidak dispesifikasi dalam kode yang lebih spesifik.
Dalam kasus ini, pasien memerlukan perawatan dan intervensi psikiatri terkait dengan masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti depresi atau kecemasan yang menyebabkan percobaan bunuh diri. Penanganan yang sesuai dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 9284 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri (NANDA-I, 2018)
Definisi: Rentan untuk terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik, seperti bunuh diri, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Depresi, rendahnya harga diri, putus asa, dan riwayat percobaan bunuh diri.
2. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I, 2018)
Definisi: Gangguan dalam proses berpikir yang ditandai dengan kekacauan, distorsi, atau gangguan dalam arus, isi, dan proses berpikir.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, dan rendahnya harga diri.
3. Gangguan Coping (NANDA-I, 2018)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk adaptasi dasar atau efektif untuk menangani ancaman terhadap kesejahteraan hidup.
Faktor yang Berhubungan: Stres, rendahnya harga diri, dan kurangnya dukungan sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Menjelaskan definisi, domain, dan karakteristik klinik dari diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan kriteria hasil yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Memandu perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan terstandar.
Dalam kasus ini, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi risiko perilaku mencederai diri sendiri, gangguan proses pikir, dan gangguan coping pada pasien. -
Article No. 9285 | 18 Dec 2024
Klinis : Penurunan hemoglobin Disfungsi hati Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
- SDKI: Penurunan Hb
- SLKI: Peningkatan Kadar Hb
- SIKI: Manajemen Anemia
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Disfungsi Hati
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Peningkatan Faktor Pembekuan Darah
- SIKI: Manajemen Gangguan Pembekuan Darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk membantu mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 9286 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah dan pandangan kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensori: Penglihatan Terganggu
Penjelasan:
Pasien mengalami keluhan mata merah dan pandangan kabur, yang menunjukkan adanya gangguan pada indera penglihatan. Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang mengidentifikasi gangguan pada fungsi penglihatan sebagai salah satu masalah keperawatan.
2. Risiko Infeksi
Penjelasan:
Dengan mata yang merah, pasien berisiko mengalami infeksi pada mata. Diagnosa ini didasarkan pada SDKI yang mengidentifikasi risiko infeksi sebagai salah satu masalah keperawatan yang perlu diperhatikan.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan untuk pasien dengan diagnosa keperawatan di atas adalah:
1. Integritas Sensori: Penglihatan dalam rentang normal
2. Bebas Infeksi
Selanjutnya, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menentukan intervensi yang sesuai, seperti:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Obat Tetes Mata
3. Edukasi tentang Perawatan Mata
4. Manajemen Infeksi
Secara umum, pendekatan keperawatan yang dilakukan harus berfokus pada penanganan gejala mata merah dan pandangan kabur, serta pencegahan dan penanganan infeksi yang mungkin terjadi. Edukasi kepada pasien juga penting untuk memastikan kepatuhan dalam perawatan dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 9287 | 18 Dec 2024
Klinis : hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Definisi:
Kondisi di mana individu mengalami kekurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan melalui saluran gastrointestinal, pernafasan, kulit, atau lainnya.
2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Tanda dan Gejala: Turgor kulit buruk, mukosa kering, nadi cepat dan lemah, hipotensi, takikardi, oliguria, dan kebingungan.
2. Faktor Terkait: Kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal, pernafasan, atau kulit; peningkatan kebutuhan cairan; dan gangguan mekanisme regulasi cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang memadai, perfusi jaringan yang adekuat, dan tanda vital yang stabil.
2. Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan turgor kulit yang baik, mukosa lembab, nadi dan tekanan darah dalam batas normal, dan output urin yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan: Pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, pembatasan aktivitas, dan edukasi terkait pentingnya menjaga keseimbangan cairan.
2. Tindakan Keperawatan: Mengukur tanda vital, memantau asupan dan pengeluaran cairan, memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Kesimpulannya, hipovolemia merupakan kondisi kekurangan volume cairan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan status cairan, pemberian cairan, dan edukasi pasien. -
Article No. 9288 | 18 Dec 2024
Klinis : nyeri akut 2. menyusui tidak efektif 3. gangguan mobilitas fisik 4. risiko pendarahan 5. risiko infeksi 6. defisit perawatan diri 7. defisit pengetahuan 8. penampilan peran tidak efektif. tolong buatkan prioritas diagnosa keperawannya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi-kondisi yang Anda berikan:
1. Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Akut
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut menjadi prioritas utama karena perlu segera diatasi untuk memulihkan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mengungkapkan penurunan dalam intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Pasien dapat melaporkan perasaan nyaman.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri.
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi.
2. Menyusui Tidak Efektif
Diagnosa Keperawatan SDKI: Menyusui Tidak Efektif
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Menyusui Tidak Efektif menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi nutrisi dan perkembangan bayi.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Bayi dapat menyusu dengan efektif.
- Ibu dapat mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
- Ibu dapat melaporkan rasa nyaman saat menyusui.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian menyusui ibu-bayi.
- Ajarkan teknik menyusui yang benar.
- Berikan dukungan emosional dan praktis kepada ibu.
- Monitor kemajuan menyusui dan evaluasi intervensi.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik menjadi prioritas karena dapat menghambat pemulihan dan aktivitas sehari-hari pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan mobilisasi.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kemandirian.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian mobilitas fisik pasien.
- Berikan latihan fisik dan terapi untuk meningkatkan mobilitas.
- Ajarkan teknik mobilisasi yang aman.
- Sediakan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
- Monitor kemajuan dan evaluasi intervensi.
4. Risiko Perdarahan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Perdarahan
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan menjadi prioritas karena dapat mengancam keselamatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien tidak mengalami perdarahan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemantauan diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian faktor risiko perdarahan.
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda perdarahan.
- Berikan perawatan sesuai penyebab risiko perdarahan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda perdarahan.
- Monitor kondisi pasien dan evaluasi intervensi.
5. Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Infeksi
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi menjadi prioritas karena dapat menghambat pemulihan dan membahayakan kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien tidak mengalami infeksi.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemantauan diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian faktor risiko infeksi.
- Terapkan tindakan pencegahan infeksi.
- Pantau tanda-tanda infeksi.
- Berikan perawatan sesuai penyebab risiko infeksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
- Monitor kondisi pasien dan evaluasi intervensi.
6. Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Perawatan Diri
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kemandirian.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri yang benar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian kemampuan perawatan diri pasien.
- Berikan pelatihan dan bantuan untuk perawatan diri.
- Sediakan alat bantu perawatan diri jika diperlukan.
- Dorong dan motivasi pasien untuk mandiri dalam perawatan diri.
- Monitor kemajuan dan evaluasi intervensi.
7. Defisit Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Pengetahuan
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi pemulihan dan kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat menyatakan informasi yang dibutuhkan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku sesuai pengetahuan yang diperoleh.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan pemahaman.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Lakukan pengkajian kebutuhan informasi pasien.
- Berikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan.
- Gunakan media dan metode yang sesuai dengan gaya belajar pasien.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi.
- Monitor pemahaman pasien dan evaluasi intervensi.
8. Penampilan Peran Tidak Efektif
Diagnosa Keperawatan SDKI: Penampilan Peran Tidak Efektif
Prioritas Diagnosa Keperawatan: Penampilan Peran Tidak Efektif menjadi prioritas karena dapat mempengaruhi fungsi dan interaksi sosial pasien.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mendemonstrasikan penampilan peran yang efektif.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kepuasan dalam menjalankan peran.
- Pasien dapat berinteraksi dengan -
Article No. 9289 | 18 Dec 2024
Klinis : klien riwayat HD sejak 3 tahun lalu, perut membesar BBsblm HD 54,8, BB kering 50 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi klien dengan riwayat hemodialisis (HD) sejak 3 tahun lalu, perut membesar, berat badan sebelum HD 54,8 kg, dan berat badan kering 50 kg, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan volume cairan
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami peningkatan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasel.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI: Manajemen cairan, Pemantauan cairan, Pengaturan berat badan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan citra tubuh
- SDKI: Persepsi individu tentang bentuk dan ukuran tubuhnya yang terganggu.
- SLKI: Penerimaan terhadap citra tubuh.
- SIKI: Terapi kelompok, Terapi kognitif, Dukungan emosional.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
- SLKI: Status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Asesmen nutrisi, Manajemen nutrisi, Konseling gizi.
Penjelasan singkat:
1. Kelebihan volume cairan: Klien dengan riwayat HD cenderung mengalami kelebihan cairan, yang dapat menyebabkan perut membesar dan perubahan berat badan. Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen, pemantauan, dan pengaturan cairan serta berat badan.
2. Gangguan citra tubuh: Perubahan bentuk dan ukuran tubuh akibat kelebihan cairan dapat mempengaruhi persepsi klien tentang citra tubuhnya. Intervensi keperawatan fokus pada terapi kognitif, dukungan emosional, dan terapi kelompok untuk membantu klien menerima citra tubuhnya.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Klien dengan riwayat HD cenderung mengalami penurunan berat badan, sehingga dibutuhkan intervensi untuk asesmen, manajemen, dan konseling gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Catatan: Diagnosa keperawatan dan intervensi yang dijabarkan di atas merupakan contoh berdasarkan informasi yang diberikan. Penilaian dan penentuan diagnosa keperawatan yang tepat perlu dilakukan melalui pengkajian menyeluruh terhadap kondisi klien. -
Article No. 9290 | 18 Dec 2024
Klinis : klien riwayat HD sejak 3 tahun lalu, perut membesar BBsblm HD 54,8, BB kering 50 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan: Klien dengan riwayat hemodialisis (HD) sejak 3 tahun lalu, perut yang membesar, dan berat badan kering yang rendah (50 kg) dapat mengindikasikan adanya gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam batas normal.
- Faktor Terkait: Gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit, penurunan intake, peningkatan kehilangan cairan.
- Tanda dan Gejala: Edema, penurunan/peningkatan berat badan, perubahan tekanan darah, kehilangan cairan, perubahan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcomes: Keseimbangan Cairan, Keseimbangan Elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan cairan, Terapi pengganti cairan, Perawatan akses vaskular, Manajemen hemodialisis.
2. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan: Perut yang membesar dan berat badan kering yang rendah dapat menunjukkan adanya kelebihan volume cairan pada klien dengan riwayat HD.
SDKI:
- Definisi: Kelebihan cairan yang melebihi kapasitas tubuh untuk mengakomodasi.
- Faktor Terkait: Gangguan mekanisme regulasi cairan, peningkatan asupan cairan, penurunan ekskresi cairan.
- Tanda dan Gejala: Edema, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah, perubahan elektrolit.
SLKI:
- Outcomes: Keseimbangan Cairan, Perfusi Jaringan.
SIKI:
- Intervensi: Pemantauan cairan, Terapi pengganti cairan, Manajemen hemodialisis, Edukasi cairan.
Penting untuk melakukan penilaian komprehensif, monitoring ketat, dan intervensi yang sesuai untuk mengelola kondisi klien ini dengan riwayat HD yang kompleks. -
Article No. 9291 | 18 Dec 2024
Klinis : mohon buatkan data subyektif dan data objektif pada pasien CKD dengan masalah hipervolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease) dan masalah hipervolemia, berikut adalah data subyektif dan data objektif yang dapat dipertimbangkan:
Data Subyektif:
- Pasien mengeluhkan pembengkakan pada ekstremitas bawah dan peningkatan berat badan.
- Pasien mengeluhkan sesak napas, terutama saat berbaring.
- Pasien mengeluhkan adanya edema pada kelopak mata dan wajah.
- Pasien mengeluhkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Data Objektif:
- Pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan peningkatan tekanan darah dan penurunan laju napas.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
- Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya edema pada ekstremitas bawah, wajah, dan kelopak mata.
- Pemeriksaan auskultasi paru menunjukkan adanya suara ronki dan wheezing.
- Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya pembesaran hati dan ginjal.
Berdasarkan data subyektif dan objektif di atas, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan untuk pasien CKD dengan masalah hipervolemia, yaitu:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipervolemia berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan pembengkakan ekstremitas, sesak napas, dan peningkatan berat badan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipervolemia didefinisikan sebagai kelebihan cairan dalam ruang intra- dan ekstra-selular yang disebabkan oleh gangguan regulasi cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipervolemia pada pasien CKD adalah:
- Pasien menunjukkan penurunan edema pada ekstremitas dan wajah.
- Pasien menunjukkan penurunan sesak napas saat berbaring.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipervolemia pada pasien CKD meliputi:
- Pengaturan intake dan output cairan
- Pemberian diuretik sesuai resep
- Edukasi terkait diet rendah natrium dan cairan
- Latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan. -
Article No. 9292 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien on hd tampak perut membesar, tidak ada edema pada eksermitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang tampak perut membesar, tidak ada edema pada ekstremitas, dengan nada akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Perifer
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Faktor Risiko: Penyakit ginjal kronik, hemodialisis.
SLKI:
- Perfusi Perifer Efektif
- Integritas Kulit Terpelihara
SIKI:
- Manajemen Sirkulasi
- Perawatan Ekstremitas
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan edema, distensi vena, dan berat badan meningkat.
Faktor Risiko: Penyakit ginjal kronik, hemodialisis.
SLKI:
- Status Cairan Seimbang
- Bebas Edema
SIKI:
- Manajemen Cairan
- Terapi Diuretik
Penjelasan singkat:
Pasien yang menjalani hemodialisis berisiko mengalami ketidakefektifan perfusi perifer dan kelebihan volume cairan. Ketidakefektifan perfusi perifer dapat disebabkan oleh penyakit ginjal kronik dan proses hemodialisis. Kelebihan volume cairan juga umum terjadi pada pasien hemodialisis karena gangguan fungsi ginjal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen sirkulasi, perawatan ekstremitas, manajemen cairan, dan terapi diuretik.