Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9276 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki intensi dan/atau tindakan untuk menghancurkan dirinya sendiri.
- Karakteristik Utama: Pernyataan untuk bunuh diri, perubahan perilaku yang mengarah pada niat bunuh diri, dan/atau tindakan untuk mencoba bunuh diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Perilaku Bunuh Diri
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku yang berpotensi membahayakan dirinya sendiri.
- Hasil yang Diharapkan: Individu dapat mengendalikan perilaku yang berisiko tinggi untuk bunuh diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengurangi risiko bunuh diri pada individu.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor risiko bunuh diri pada individu
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan risiko bunuh diri
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada individu
- Berikan informasi mengenai sumber daya dan bantuan yang tersedia
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana perawatan jika diperlukan
Dalam konteks kasus ini, perawat harus segera mengidentifikasi dan menangani risiko bunuh diri pada klien. Perawat perlu melakukan penilaian yang komprehensif, membangun hubungan terapeutik, memberikan dukungan emosional, dan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan keselamatan klien dan mengatasi masalah psikologisnya. -
Article No. 9277 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri (NANDA-I)
Penjelasan: Klien menunjukkan perilaku mencoba untuk melukai dirinya sendiri dengan mengiris pergelangan tangan dan membenturkan kepala ke dinding, yang mengindikasikan adanya risiko perilaku mencederai diri sendiri.
2. Distres Spiritual (NANDA-I)
Penjelasan: Klien mengalami distres spiritual, ditandai dengan perasaan tidak mampu lagi melanjutkan hidup dan merasa dirinya bodoh serta menyusahkan orang tua, yang menunjukkan adanya gangguan dalam aspek spiritual.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melukai atau mencelakakan dirinya sendiri secara fisik.
- Faktor yang Mempengaruhi: Depresi, stres yang berlebihan, harga diri rendah, putus asa, dan kurangnya dukungan sosial.
2. Distres Spiritual
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami gangguan dalam sistem nilai, keyakinan, atau prinsip-prinsip yang memberikan makna dan tujuan hidup.
- Faktor yang Mempengaruhi: Kehilangan, penyakit kronis, kematian orang yang dicintai, dan ketidakpuasan terhadap kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mengendalikan dorongan untuk mencederai diri sendiri.
2. Distres Spiritual
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinan spiritual secara positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri
- Intervensi: Mengidentifikasi faktor risiko, memantau tanda-tanda perilaku mencederai diri, menyediakan lingkungan yang aman, dan memberikan dukungan emosional.
2. Distres Spiritual
- Intervensi: Mengeksplorasi makna dan nilai spiritual klien, memfasilitasi diskusi tentang isu-isu spiritual, dan memberikan dukungan spiritual.
Dalam kasus ini, perawat perlu fokus pada intervensi yang dapat mencegah perilaku mencederai diri dan mengatasi distres spiritual yang dialami oleh klien. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental juga sangat penting untuk memberikan penanganan yang komprehensif. -
Article No. 9278 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri berhubungan dengan Depresi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri adalah keadaan di mana individu berisiko untuk terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Mencederai Diri Sendiri Teratasi: Individu tidak terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri.
2. Koping Efektif: Individu menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah secara konstruktif.
3. Dukungan Sosial Meningkat: Individu mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat untuk mengatasi masalahnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri: Intervensi untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang meningkatkan risiko perilaku mencederai diri sendiri.
2. Dukungan Emosional: Intervensi untuk memberikan dukungan emosional kepada individu agar dapat mengatasi masalahnya.
3. Manajemen Depresi: Intervensi untuk membantu individu mengelola gejala depresi yang dialaminya.
Dalam kasus ini, pasien perempuan berusia 20 tahun yang mencoba bunuh diri karena merasa tidak mampu mengikuti SNMPTN dan menyusahkan orang tuanya, serta melakukan percobaan bunuh diri lagi setelah perawat meninggalkan ruangan, menunjukkan adanya risiko perilaku mencederai diri sendiri yang berhubungan dengan depresi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen risiko perilaku mencederai diri sendiri, dukungan emosional, dan manajemen depresi untuk membantu pasien mengatasi masalahnya secara efektif. -
Article No. 9279 | 18 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Intoleransi aktivitas
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas.
- SIKI: Intervensi - Manajemen jalan napas, Oksigenasi, Suction.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan.
- SIKI: Intervensi - Manajemen aktivitas, Manajemen energi, Peningkatan kapasitas aktivitas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Definisi - Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang optimal.
- SIKI: Intervensi - Manajemen nutrisi, Pemberian makanan/nutrisi, Konseling gizi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan evaluasi dan perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mengatasi masalah-masalah kesehatannya, sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 9280 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri (SDKI)
Definisi: Keadaan di mana individu mempunyai niat dan rencana untuk mengakhiri hidup.
Faktor yang Berhubungan: Perasaan putus asa, harga diri rendah, perasaan tidak berdaya, dan riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya.
2. Harga Diri Rendah (SDKI)
Definisi: Evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau gambaran diri yang tidak sesuai.
Faktor yang Berhubungan: Kegagalan dalam mencapai tujuan, perasaan tidak berguna, dan persepsi negatif terhadap diri sendiri.
3. Koping Individu Tidak Efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk melakukan adaptasi psikologis, sosial, dan/atau perilaku yang sesuai pada situasi atau masalah yang dihadapi.
Faktor yang Berhubungan: Persepsi ancaman, kurangnya sumber, dan kurangnya dukungan sosial.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Manajemen Risiko Bunuh Diri (SLKI)
Intervensi:
- Identifikasi faktor risiko bunuh diri
- Buat kontrak keamanan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa
- Monitoring tanda-tanda perilaku bunuh diri
2. Peningkatan Harga Diri (SLKI)
Intervensi:
- Identifikasi persepsi diri klien
- Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dan potensi diri
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri
- Berikan umpan balik positif
3. Pemberdayaan Koping (SLKI)
Intervensi:
- Identifikasi sumber koping klien
- Ajarkan teknik koping efektif
- Fasilitasi dukungan sosial
- Evaluasi efektivitas koping klien
Penerapan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat membantu klien mengatasi risiko bunuh diri, meningkatkan harga diri, dan mengembangkan koping yang efektif sehingga dapat beradaptasi dengan situasi yang dihadapi. -
Article No. 9281 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cedera pada dirinya sendiri.
Faktor yang Berhubungan: Stres, depresi, kecemasan, kesedihan yang mendalam, harga diri rendah, konflik interpersonal.
2. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan perubahan dalam proses berpikir, persepsi, dan/atau pemahaman realitas.
Faktor yang Berhubungan: Stress, depresi, kecemasan, trauma, riwayat gangguan jiwa.
3. Risiko Bunuh Diri
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kematian.
Faktor yang Berhubungan: Depresi, hopelessness, harga diri rendah, riwayat percobaan bunuh diri, dukungan sosial yang kurang.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dialami oleh klien. SDKI terdiri dari definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, dan batasan karakteristik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencapai hasil/luaran yang diharapkan. SIKI terdiri dari definisi, aktivitas, dan batasan aktivitas.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, mulai dari mengidentifikasi masalah, menentukan luaran yang diharapkan, hingga melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu klien mengatasi kondisinya. -
Article No. 9282 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang pria berusia 22 tahun dirawat dengan keluhan demam tinggi terus-menerus selama tiga hari disertai menggigil, muntah, dan diare. Pasien tidak melaporkan nyeri perut, mialgia, nyeri retro-orbital, nyeri punggung, atau gejala sistemik lainnya. Tidak terdapat riwayat demam berdarah sebelumnya. Tiga anggota keluarganya (ayah, ibu, dan kakek) mengalami gejala serupa tetapi lebih ringan secara bersamaan. Tes protein non-struktural (NS1) (SD Bioline, Standard Diagnostics Inc., Gyeonggi-do, Korea) dan IgM terhadap virus dengue (Panbio, Alere, Brisbane) menunjukkan hasil positif, sehingga pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue (DBD). Pada hari kedua setelah masuk rumah sakit (hari kelima sakit, fase kritis), pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi. Jumlah trombosit turun dari 35 × 10⁹/L menjadi 14 × 10⁹/L, sementara hematokrit stabil pada 45%, dengan status hemodinamik yang stabil (Tabel 1). Pada hari ketiga setelah masuk rumah sakit, pasien mengalami takikardia, nyeri perut ringan, nyeri tekan pada perut, serta penurunan tekanan darah. Pasien juga menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang (Tabel 2). Ultrasonografi abdomen menunjukkan efusi pleura basal bilateral, asites, dan hepatitis, dengan nilai alanine aminotransferase (ALT) meningkat dari 112 U/L menjadi 212 U/L. Pasien tetap hemodinamik stabil. Terapi cairan intravena kristaloid isotonik (3 mL/kg/jam) diberikan selama 4 jam pertama, sambil memantau tekanan darah, status klinis, dan hitung darah lengkap. Terapi cairan dilanjutkan dengan dosis yang sama atau diturunkan menjadi 1–2 mL/kg/jam sesuai tekanan darah, status klinis, dan hematokrit hingga hari ketiga setelah masuk rumah sakit. Pada hari keempat setelah masuk rumah sakit (hari ketujuh sakit), pasien melewati fase kritis dan terapi cairan intravena dihentikan. Namun, pada hari kelima setelah masuk rumah sakit (hari kedelapan sakit), terjadi penurunan hemoglobin mendadak dari 15 g/dL menjadi 10 g/dL, yang kemudian terus turun hingga 8,5 g/dL pada hari berikutnya. Selain itu, terjadi peningkatan jumlah leukosit menjadi 13 × 10⁹/L, sementara jumlah trombosit meningkat menjadi 112 × 10⁹/L (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Biokimia Laboratory Investigations Day 1 * Day 3 Day 5 Day 7 Day 9 Day 15 Normal Range Haemoglobin 15.0 15.5 10.2 8.4 9.1 11.0 13–17 g/dL Red blood cell count 5.15 5.14 3.32 2.9 3.03 3.70 1.50–5.50 × 1012/L Haematocrit 45.3 46 26.7 25.6 27 33.9 10%–50% White blood cell count 3.1 6.0 11.4 14.1 8.9 7.5 4.00–10.0 × 109/L Platelets 35 14 29 127 136 259 150–410 ×109/L Monocytes % 12.2 17.3 15.4 22.8 18 10.1 2%–10% Reticulocyte count 10.8% Indirect Coomb’s test Positive Serum bilirubin • Total 71.4 65.6 51.9 59.9 48.9 48.7 <18.7 µmol/L • Direct 9.6 30.1 21.5 17.2 14.3 <5.7 µmol/L • Indirect 61.5 35.5 30.2 42.7 34.6 2.00–3.00 µmol/L Serum enzymes • AST 87 385 187 131 1–40 U/L • ALT 112 109 202 156 126 80 1–41 U/L • CK 487 1331 465 298 <190 U/L • LDH 1090 2013 1063 240–480 U/L Urea 1.9 2.31 3.2 1.9 2.5 1.7–8.3 mmol/L APTT 56.8 27.7–41 s Serum lactate 2.2 0.2–2.0 mmol/L * Day of admission, AST= aspartate aminotransferase, ALT = alanine aminotransferase, CK = creatinine kinase, LDH = lactate dehydrogenase, APTT = activated partial thromboplastin time. Tabel 2. Hasil laboratorium lainnya Investigation Day 1 * Day 3 Day 5 Day 29 Dengue NS1 antigen Positive Dengue IgM Positive Positive Dengue IgG Positive Ultrasound of hepatobiliary system Hepatitis, ascites, pleural effusion * Day of admission. Hasil pemeriksaan feses untuk darah samar menunjukkan hasil negatif, dan tidak terdapat manifestasi perdarahan. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa hati, limpa, dan kelenjar getah bening tidak membesar. Pemeriksaan sistemik lainnya normal, kecuali sedikit ikterus, sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hemolisis. Pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hemolisis (Tabel 1). Bilirubin tidak langsung lebih tinggi dibandingkan bilirubin langsung pada hari pertama (61,5 µmol dan 9,6 µmol, secara berurutan). Aspartate aminotransferase (AST) lebih tinggi dibandingkan alanine aminotransferase (ALT) pada hari kelima (385 U/L dan 202 U/L, secara berurutan). Laktat dehidrogenase (LDH) sangat tinggi (2013–1708 U/L), tes Coombs tidak langsung positif, dan jumlah retikulosit meningkat secara signifikan (10,3%) (Tabel 1). Hasil tes defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), antibodi antinuklear (ANA), virus Epstein-Barr, virus imunodefisiensi manusia (HIV), serta antibodi hepatitis A, B, dan C menunjukkan hasil negatif. Karena anemia yang dialami pasien relatif asimptomatik, pengobatan konservatif dilanjutkan. Hemoglobin meningkat menjadi 12 g/dL dalam tiga hari berikutnya. Pasien kemudian dipulangkan dengan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan trombosit yang normal. Antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue dalam darah yang diambil dua minggu setelah pemulangan pasien menunjukkan hasil positif (Tabel 2).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit dan gangguan fungsi koagulasi.
Penjelasan:
- Pasien mengalami hematoma di lokasi venipunktur dan perdarahan gusi tanpa provokasi, menunjukkan adanya risiko perdarahan.
- Jumlah trombosit menurun drastis dari 35 x 10^9/L menjadi 14 x 10^9/L, di bawah batas normal.
- Terjadi pemanjangan APTT, menandakan adanya gangguan fungsi koagulasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis.
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti demam tinggi, muntah, dan diare.
- Terjadi penurunan kadar hemoglobin, anemia, dan kelelahan yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.
Penjelasan:
- Pasien mengalami kondisi yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan, seperti takikardia, nyeri perut, penurunan tekanan darah, dan asidosis metabolik.
- Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya efusi pleura, asites, dan hepatitis yang dapat mengganggu perfusi jaringan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. SDKI: Risiko Perdarahan, Intoleransi Aktivitas, Gangguan Perfusi Jaringan
2. SLKI: Pemulihan Perdarahan, Toleransi Aktivitas, Perfusi Jaringan
3. SIKI: Manajemen Perdarahan, Peningkatan Toleransi Aktivitas, Manajemen Perfusi Jaringan
Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien secara ketat.
- Memantau jumlah trombosit dan parameter koagulasi.
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Memberikan terapi cairan dan produk darah sesuai indikasi.
- Memberikan dukungan nutrisi yang adekuat.
- Memfasilitasi istirahat dan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
- Memantau dan mengatasi gejala-gejala yang muncul. -
Article No. 9283 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X60
- Deskripsi: Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 X60 digunakan untuk menggambarkan diagnosa "Intoksikasi diri secara disengaja dengan obat-obatan dan zat biologis yang tidak dispesifikasi". Hal ini sesuai dengan situasi di mana pasien mencoba mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri, yang dapat diklasifikasikan sebagai percobaan bunuh diri.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 "Tindakan lain untuk perawatan psikiatri, tidak dispesifikasi" dapat digunakan untuk melaporkan tindakan atau prosedur medis yang dilakukan untuk perawatan pasien, seperti pemantauan, terapi, atau intervensi psikiatri yang tidak dispesifikasi dalam kode yang lebih spesifik.
Dalam kasus ini, pasien memerlukan perawatan dan intervensi psikiatri terkait dengan masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti depresi atau kecemasan yang menyebabkan percobaan bunuh diri. Penanganan yang sesuai dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. -
Article No. 9284 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri (NANDA-I, 2018)
Definisi: Rentan untuk terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik, seperti bunuh diri, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Depresi, rendahnya harga diri, putus asa, dan riwayat percobaan bunuh diri.
2. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I, 2018)
Definisi: Gangguan dalam proses berpikir yang ditandai dengan kekacauan, distorsi, atau gangguan dalam arus, isi, dan proses berpikir.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, dan rendahnya harga diri.
3. Gangguan Coping (NANDA-I, 2018)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk adaptasi dasar atau efektif untuk menangani ancaman terhadap kesejahteraan hidup.
Faktor yang Berhubungan: Stres, rendahnya harga diri, dan kurangnya dukungan sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Menjelaskan definisi, domain, dan karakteristik klinik dari diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan kriteria hasil yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Memandu perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan terstandar.
Dalam kasus ini, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi risiko perilaku mencederai diri sendiri, gangguan proses pikir, dan gangguan coping pada pasien. -
Article No. 9285 | 18 Dec 2024
Klinis : Penurunan hemoglobin Disfungsi hati Waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Hb (Penurunan Hemoglobin)
- SDKI: Penurunan Hb
- SLKI: Peningkatan Kadar Hb
- SIKI: Manajemen Anemia
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (Disfungsi Hati)
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Disfungsi Hati
3. Risiko Perdarahan (Waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT) yang Memanjang)
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Peningkatan Faktor Pembekuan Darah
- SIKI: Manajemen Gangguan Pembekuan Darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah kesehatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk membantu mengatasi masalah kesehatan pasien.