Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9263 | 18 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan kaki bengkak, tangan bengkak, wajah bengkak, keluhan lemas, batuk dan sesak nafas. Berikut TTV pasien saat pengkajian. Kesadaran compos mentis, keadaan umum sakit sedang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda ajukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu kaki, tangan, dan wajah bengkak, serta keluhan lemas, batuk, dan sesak nafas, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Edema Perifer
Edema perifer ditandai dengan penumpukan cairan di dalam jaringan di bawah kulit, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada ekstremitas, wajah, dan bagian tubuh lainnya.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya kesulitan bernapas, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk edema yang dapat mengganggu fungsi pernapasan.
3. Keletihan
Keletihan ditandai dengan perasaan lelah dan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk edema dan gangguan pernapasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Edema Perifer
- Luaran: Edema Terkontrol
- Kriteria Hasil:
- Ekstremitas, wajah, dan bagian tubuh lainnya kembali normal
- Tidak ada penumpukan cairan di bawah kulit
- Tidak ada perubahan warna kulit
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Luaran: Pola Napas Efektif
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada sesak napas
- Tidak ada tanda-tanda pernapasan yang terganggu
3. Keletihan
- Luaran: Pemulihan Energi
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah
- Pasien merasa lebih segar dan bersemangat
- Pasien tidak lagi merasakan kelelahan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edema Perifer
- Intervensi:
- Identifikasi penyebab edema
- Pantau tanda-tanda vital, input-output cairan, dan berat badan harian
- Elevasi ekstremitas yang mengalami edema
- Berikan kompres dingin pada daerah yang mengalami edema
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi diuretik, jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen edema
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Intervensi:
- Pantau respirasi pasien, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas
- Berikan oksigen, jika diperlukan, untuk meningkatkan saturasi oksigen
- Ajarkan teknik pernapasan yang efektif, seperti pernapasan diafragma
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi bronkodilator, jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen pola napas tidak efektif
3. Keletihan
- Intervensi:
- Identifikasi penyebab keletihan
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Berikan motivasi dan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, jika perlu
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen keletihan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat dan terfokus pada masalah yang dihadapi pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9264 | 18 Dec 2024
Klinis : Resiko perfusi serebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Etiologi: Faktor risiko seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, obesitas, merokok, dan stres dapat menyebabkan risiko perfusi serebral tidak efektif.
- Karakteristik Definisi: Perubahan status mental, perubahan tanda-tanda vital, perubahan fungsi saraf pusat, dan perubahan perfusi jaringan serebral.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mempertahankan perfusi serebral yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, fungsi saraf pusat normal, tidak ada perubahan status mental, dan perfusi jaringan serebral terpelihara.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian status neurologis, pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nutrisi, manajemen cairan dan elektrolit, terapi oksigen, serta edukasi dan konseling terkait gaya hidup sehat.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan perfusi serebral yang adekuat, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup individu.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" memerlukan pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, dan pemantauan yang ketat untuk memastikan perfusi serebral tetap optimal dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan fungsi otak. -
Article No. 9265 | 18 Dec 2024
Klinis : nyeri luka pelipis setelah jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri luka pelipis setelah jatuh.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik, yaitu luka di pelipis setelah jatuh.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik: Melaporkan rasa sakit, Perubahan ekspresi wajah, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan perilaku.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, Pasien menunjukkan relaksasi, Pasien menunjukkan perilaku adaptif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri:
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, Kolaborasi pemberian analgesik, Berikan teknik nonfarmakologis, Monitor respon terhadap intervensi.
- Rasional: Untuk mengurangi atau menghilangkan pengalaman nyeri, Memfasilitasi istirahat dan pemulihan, Meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri.
Dalam konteks ini, sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, mengidentifikasi karakteristik nyeri, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, dan menerapkan teknik nonfarmakologis seperti kompres dingin dan relaksasi, serta memonitor respons pasien terhadap intervensi yang diberikan. Tujuannya adalah agar pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, menunjukkan relaksasi, dan memiliki perilaku adaptif dalam menghadapi kondisinya. -
Article No. 9266 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 40 tahun, dibawa ke IGD pukul 11.00 wib setelah mengalami luka bakar di sebuah pabrik makanan. Kondisi pasien tidak sadarkan diri, luka bakar mengenai area wajah, dada, punggung, terdengar bunyi nafas stridor, whezee, oedema pada wajah. TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/menit, RR: 32 x/menit. BB 72 kg. Berapakah target urine output yang harus didapat pada kasus diatas? a. 28 mL/jam b. 100 mL/jam c. 72 mL/jam d. 85 mL/jam e. 250 mL/jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi klinis pasien, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Obstruksi Jalan Nafas sekunder akibat Luka Bakar.
2. Resiko Perubahan Integritas Kulit berhubungan dengan Luka Bakar.
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan melalui Luka Bakar.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan untuk mengiringi atau mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida di tingkat alveolar-kapiler.
- Resiko Perubahan Integritas Kulit: Rentan terhadap perubahan atau gangguan pada lapisan epidermis dan/atau dermis kulit.
- Kekurangan Volume Cairan: Kurangnya cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Pertukaran Gas Efektif: Pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang memadai di tingkat alveolar-kapiler.
- Integritas Kulit Terpelihara: Struktur dan fungsi kulit yang utuh.
- Volume Cairan Adekuat: Jumlah cairan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Manajemen Jalan Nafas: Intervensi untuk memfasilitasi dan mempertahankan jalan nafas yang bersih dan terbuka.
- Perawatan Luka: Intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan luka.
- Terapi Cairan: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan volume cairan tubuh.
Untuk target urine output pada kasus ini, berdasarkan data klinis yang diberikan, target urine output yang harus didapatkan adalah 85 mL/jam (opsi d). Hal ini sesuai dengan perkiraan kebutuhan cairan pada pasien dengan luka bakar, yaitu sekitar 2-4 mL/kgBB/jam. -
Article No. 9267 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien suka keluyuran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang suka keluyuran, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Perilaku Menyimpang (00154)
Definisi: Perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, budaya, dan hukum yang berlaku.
Karakteristik Definisi:
1. Meninggalkan tempat tinggal tanpa sepengetahuan atau izin dari orang lain.
2. Menghabiskan waktu di luar rumah tanpa tujuan yang jelas.
3. Perilaku keluar rumah pada waktu yang tidak sesuai.
4. Melakukan aktivitas yang tidak pantas atau ilegal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Terkontrol (1402)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur atau mengarahkan perilakunya sendiri.
Indikator:
a. Mengenali perilaku menyimpang.
b. Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
c. Menghindari perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
d. Mematuhi aturan dan batasan yang telah disepakati.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (4380)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mempelajari, menerapkan, dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang.
b. Kembangkan rencana intervensi untuk meningkatkan perilaku yang sesuai.
c. Libatkan pasien dalam pengembangan rencana intervensi.
d. Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan perilaku yang sesuai.
e. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Terapi Perilaku (4360)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola perilaku yang maladaptif.
Aktivitas:
a. Identifikasi perilaku menyimpang dan faktor-faktor penyebabnya.
b. Kembangkan strategi untuk menghentikan perilaku menyimpang.
c. Ajarkan teknik manajemen diri, seperti self-monitoring dan reinforcement positif.
d. Libatkan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
e. Evaluasi kemajuan pasien dan lakukan modifikasi intervensi jika diperlukan.
3. Konseling (5240)
Definisi: Intervensi untuk membantu individu mengatasi masalah, membuat keputusan, dan mencapai tujuan pribadi.
Aktivitas:
a. Bina hubungan saling percaya dan empati dengan pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi dan memahami penyebab perilaku menyimpang.
c. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kekhawatirannya.
d. Bantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi perilaku menyimpang.
e. Pantau kemajuan pasien dan berikan umpan balik yang konstruktif.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien yang suka keluyuran. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan penjelasan tambahan. -
Article No. 9268 | 18 Dec 2024
Klinis : pasien malas untuk mandi, bersih-bersih diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang malas untuk mandi dan bersih-bersih diri.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang malas untuk mandi dan bersih-bersih diri adalah "Ketidakefektifan Perawatan Diri" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didasarkan pada adanya gangguan atau hambatan yang dialami pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan grooming.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dengan bantuan minimal (SLKI, 2019).
2. Kebersihan Diri: Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri pada tingkat yang memuaskan (SLKI, 2019).
3. Pengetahuan: Pasien menunjukkan pemahaman tentang pentingnya perawatan diri dan kebersihan diri yang adekuat (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan (SIKI, 2018):
1. Bantu Aktivitas Perawatan Diri
- Ajarkan dan dampingi pasien dalam melakukan aktivitas mandi, berpakaian, toileting, dan grooming.
- Berikan bantuan sesuai dengan kemampuan pasien, dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien.
2. Edukasi Perawatan Diri dan Kebersihan Diri
- Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya perawatan diri dan kebersihan diri yang adekuat.
- Jelaskan manfaat dan dampak dari perawatan diri yang buruk, serta strategi untuk meningkatkan motivasi pasien.
3. Monitor dan Evaluasi Perawatan Diri
- Pantau secara berkala kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri dan kebersihan diri.
- Evaluasi kemajuan pasien dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri, mempertahankan kebersihan diri yang baik, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya perawatan diri yang adekuat. -
Article No. 9269 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja umur 19 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas selama 3 hari. Saat dijaki oleh perawat pasien mengatakan punya riwayat asma, pasien sering sesak nafas dan susah tidur. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, NANDA Beserta kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Tolong beritahu saya cara memberikan nebulizer dan oksigenasi untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien, maka dapat disimpulkan diagnosis dan tata laksana yang sesuai sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak tergambarkan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen
3. Diagnosis Keperawatan (NANDA, SDKI, SLKI, SIKI):
- NANDA: Pola napas tidak efektif (00032)
- SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif (10001)
- SLKI: Manajemen jalan napas (10007)
- SIKI: Oksigenasi (10012)
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah rutin
- Foto toraks
- Spirometri
5. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Bronkodilator (salbutamol, ipratropium)
- Kortikosteroid (prednison, metilprednisolon)
6. Pemberian Nebulizer dan Oksigenasi:
- Nebulizer:
- Pasang masker nebulizer pada wajah pasien.
- Atur aliran oksigen pada 6-8 L/menit.
- Tunggu hingga seluruh obat habis terhirup oleh pasien.
- Oksigenasi:
- Pasang kanula nasal atau masker oksigen pada pasien.
- Atur laju aliran oksigen sesuai kebutuhan (biasanya 2-4 L/menit).
- Monitor saturasi oksigen dan respons pasien.
Penjelasan:
1. Diagnosis ICD-10 J45.9 (Asma, tidak tergambarkan) sesuai dengan keluhan sesak napas dan riwayat asma pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM 93.94 (Pemberian oksigen) mencerminkan salah satu tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi sesak napas pasien.
3. Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Pola napas tidak efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif, Manajemen jalan napas, dan Oksigenasi.
4. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien dan membantu dalam perencanaan perawatan.
5. Terapi farmakologis difokuskan pada penggunaan bronkodilator dan kortikosteroid untuk mengatasi gejala asma.
6. Pemberian nebulizer dan oksigenasi merupakan intervensi keperawatan yang penting untuk membantu pasien mengatasi sesak napas. -
Article No. 9270 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang remaja umur 19 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas selama 3 hari. Saat dijaki oleh perawat pasien mengatakan punya riwayat asma, pasien sering sesak nafas dan susah tidur. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, NANDA Beserta kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien. Tolong beritahu saya cara memberikan nebulizer dan oksigenasi untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Selamat siang. Berikut saya sampaikan penjelasan terkait kondisi pasien dengan keluhan sesak nafas yang diderita oleh seorang remaja berusia 19 tahun:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (SDKI: 00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Adanya sekresi berlebihan, bronkokonstriksi.
2. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: 00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Faktor yang berhubungan: Adanya bronkokonstriksi, kelelahan otot pernapasan.
Diagnosa ICD-10:
J45 Asma
NANDA:
00031 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
00032 Pola Napas Tidak Efektif
SLKI (Luaran yang Diharapkan):
1. Pemeliharaan Fungsi Pernapasan Membaik
2. Kenyamanan Pernapasan Membaik
SIKI (Intervensi Keperawatan):
1. Manajemen Jalan Nafas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara napas tambahan
- Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan
- Lakukan nebulizer dengan bronkodilator dan kortikosteroid
2. Manajemen Oksigenasi
- Monitor kadar oksigen darah (SpO2)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien, misal dengan kanul nasal atau masker
- Monitor tanda-tanda hipoksemia
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan Darah Rutin (Hb, Ht, Leukosit, dll)
- Tes Faal Paru (Spirometri)
- Foto Toraks
- Analisis Gas Darah
Pengobatan:
- Bronkodilator (Salbutamol, Ipratropium)
- Kortikosteroid Inhalasi (Budesonide, Fluticasone)
- Antihistamin (Cetirizine, Loratadine)
- Antibiotik (jika ada infeksi)
Tatalaksana Nebulizer:
1. Persiapkan alat nebulizer (nebulizer, selang, dan masker/mulut).
2. Masukkan obat bronkodilator atau kortikosteroid ke dalam nebulizer sesuai dosis.
3. Hidupkan nebulizer dan pastikan uap keluar dengan baik.
4. Minta pasien untuk bernapas dengan tenang dan dalam melalui mulut selama 5-10 menit.
5. Monitor respons pasien selama dan setelah pemberian nebulizer.
Tatalaksana Oksigenasi:
1. Tentukan kebutuhan oksigen pasien berdasarkan pemeriksaan SpO2.
2. Pilih alat oksigenasi yang sesuai, misal kanul nasal atau masker oksigen.
3. Atur laju aliran oksigen sesuai kebutuhan pasien.
4. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien selama pemberian oksigen.
5. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 9271 | 18 Dec 2024
Klinis : pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pusing.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pusing berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah "Nyeri Kepala". Nyeri kepala merupakan kondisi dimana pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman atau sakit pada kepala. Pusing adalah salah satu gejala umum yang sering muncul pada kondisi nyeri kepala.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan diagnosa nyeri kepala adalah:
1. Tingkat Nyeri: Pasien menunjukkan penurunan tingkat nyeri kepala yang dirasakan.
2. Kontrol Nyeri: Pasien mampu mengontrol atau mengendalikan rasa nyeri kepala yang dirasakan.
3. Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan secara umum.
4. Aktivitas Sehari-hari: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan diagnosa nyeri kepala adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, faktor pencetus, dan faktor yang mempengaruhi).
- Memberikan intervensi farmakologis sesuai dengan instruksi dokter (misalnya pemberian analgesik).
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi).
- Melakukan monitor efektivitas intervensi dan mengkaji respons pasien.
2. Manajemen Gejala:
- Mengkaji gejala-gejala yang menyertai nyeri kepala (seperti mual, muntah, fotofobia).
- Memberikan intervensi untuk mengatasi gejala yang menyertai (misalnya pemberian antiemetik, antivertigo).
- Memantau efektivitas intervensi dan mengkaji respons pasien.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan nyeri kepala.
- Mengajarkan strategi pencegahan dan penanganan nyeri kepala di rumah.
- Mendorong pasien untuk mengikuti rencana pengobatan dan kontrol secara teratur.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan diagnosa nyeri kepala dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan kontrol nyeri, peningkatan kenyamanan, dan peningkatan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 9272 | 18 Dec 2024
Klinis : Seorang Perempuan berusia 20 tahun di rawat di IGD RS L karena karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. setelah kondisi stabil dapat diwawancara, perawat mendapatkan data bahwa klien merasa tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal dalam mengikuti SNMPTN. klien merasa Bododoh dan menyusahkan orang tuanya yang sudah menaruh harapan besar untuk bisa sekolah di perguruan tinggi negeri seperti kedua kakaknya. setelah perawat meninggalkan ruangan klien Kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X69
- Deskripsi: Intoxication by and exposure to other and unspecified chemicals and noxious substances, intentional self-harm
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.65
- Deskripsi: Suturing of minor laceration of skin
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 X69 (Intoxication by and exposure to other and unspecified chemicals and noxious substances, intentional self-harm) sesuai karena pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangan dan membenturkan kepala ke dinding.
2. Kode ICD-9-CM 94.65 (Suturing of minor laceration of skin) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk menjahit luka di pergelangan tangan pasien setelah percobaan bunuh diri.
Dalam kasus ini, pasien merupakan seorang wanita berusia 20 tahun yang dirawat di IGD rumah sakit karena mencoba untuk mengiris pergelangan tangannya dan tidak sadarkan diri. Setelah kondisi pasien stabil, perawat mendapatkan informasi bahwa pasien merasa putus asa dan tidak kuat lagi melanjutkan hidup karena selalu gagal mengikuti SNMPTN dan merasa bodoh serta menyusahkan orang tuanya. Setelah perawat meninggalkan ruangan, pasien kembali mencoba bunuh diri dengan membenturkan kepalanya ke dinding.