Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11233 | 20 Jan 2025
Klinis : perut terasa tidak enak kepala pusing tidak demam , terasa mau muntah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Selamat siang, Saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini mencakup gejala mual dan rasa ingin muntah yang Anda deskripsikan, tanpa adanya demam.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat antiemetik (penghambat muntah) atau perawatan simptomatik lainnya.
Jadi, berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu perut terasa tidak enak, kepala pusing, tidak demam, dan terasa ingin muntah, kode ICD-10 yang sesuai adalah R11.2 (Mual dan muntah, tidak diklasifikasikan di tempat lain). Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk kondisi ini, karena penanganannya biasanya bersifat simptomatik.
Saya harap informasi ini bermanfaat. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 11234 | 20 Jan 2025
Klinis : stroke ringan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis, jika ada, untuk kondisi stroke ringan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Infark serebri, tidak ditentukan
Penjelasan:
Kode I63.9 dalam klasifikasi ICD-10 (International Classification of Diseases, 10th Revision) digunakan untuk mendiagnosis stroke ringan atau infark serebri yang tidak ditentukan secara spesifik. Stroke ringan adalah salah satu tipe stroke iskemik, di mana aliran darah ke otak terhambat sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak yang terbatas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.41
- Deskripsi: Angiografi serebral
Penjelasan:
Kode 88.41 dalam klasifikasi ICD-9-CM (International Classification of Diseases, 9th Revision, Clinical Modification) dapat digunakan untuk prosedur angiografi serebral. Angiografi serebral adalah teknik pencitraan medis yang digunakan untuk mengevaluasi pembuluh darah di otak, termasuk dalam kasus stroke ringan, untuk mengidentifikasi penyebab dan membantu dalam perencanaan perawatan yang tepat. -
Article No. 11235 | 20 Jan 2025
Klinis : Klien mengatakan pernah memeriksakan asam urat, dan diapatkan hasil nilainya tinggi. Klien mengatakan jika kesemutan hanya didiamkan saja dan beranggapan bahwa akan hilang sendirinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien adalah:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan pernah memeriksakan asam urat dan ditemukan nilai yang tinggi, namun klien hanya membiarkan gejala kesemutan tanpa melakukan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa klien belum mampu mengelola kesehatan dengan efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan:
1. Perilaku Manajemen Kesehatan Efektif
Klien mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami, memahami pentingnya penanganan yang tepat, dan secara aktif terlibat dalam upaya perawatan diri untuk mencapai status kesehatan yang optimal.
2. Kontrol Gejala
Klien mampu mengenali gejala yang dialami, seperti kesemutan, serta melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi atau meminimalkan gejala tersebut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Edukasi Kesehatan
a. Memberikan informasi tentang asam urat, termasuk penyebab, gejala, dan dampak yang dapat terjadi jika tidak ditangani dengan baik.
b. Menjelaskan pentingnya pemantauan dan penanganan asam urat sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan.
c. Mengedukasi klien tentang strategi manajemen asam urat, seperti modifikasi gaya hidup, penggunaan obat-obatan, dan konsultasi rutin dengan tenaga kesehatan.
2. Manajemen Gejala
a. Membantu klien mengidentifikasi gejala yang dialami, seperti kesemutan.
b. Mengajarkan klien teknik-teknik untuk mengelola gejala, seperti melakukan peregangan, mengompres, atau menggunakan obat pereda gejala jika diperlukan.
c. Mendorong klien untuk segera melaporkan gejala yang muncul kepada tenaga kesehatan.
3. Dukungan dan Bimbingan
a. Memberikan dukungan emosional kepada klien dalam mengatasi tantangan terkait kondisi kesehatannya.
b. Membantu klien mengembangkan rencana perawatan diri yang realistis dan dapat dilaksanakan.
c. Memantau kemajuan klien dalam menerapkan perilaku manajemen kesehatan yang efektif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perilaku manajemen kesehatan yang efektif dan kontrol gejala yang optimal. -
Article No. 11236 | 20 Jan 2025
Klinis : nyeri tekan lumbal kiri kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri tekan lumbal kiri kanan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan cedera muskuloskeletal, ditandai dengan nyeri tekan pada daerah lumbal kiri dan kanan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Gejala klinisnya dapat berupa keluhan nyeri, ekspresi wajah mengernyit, dan peningkatan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, teknik relaksasi, terapi musik, dan edukasi manajemen nyeri. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memfasilitasi pemulihan.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk melakukan penilaian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pasien mengatasi nyeri dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 11237 | 20 Jan 2025
Klinis : nyeri tekan abdomen bawah kiri kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri tekan abdomen bawah kiri kanan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (SDKI)
Penjelasan:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan seperti itu (IASP, 2017). Pada kasus nyeri tekan abdomen bawah kiri kanan, pasien dapat merasakan nyeri yang tiba-tiba dan tidak menyenangkan di wilayah abdomen bawah bagian kiri dan kanan.
Penyebab Nyeri Akut dapat berasal dari berbagai kondisi, seperti infeksi, inflamasi, trauma, atau penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi abdomen. Pasien mungkin akan mengeluhkan nyeri yang menetap atau hilang timbul, serta dapat merasakan nyeri saat ditekan pada area abdomen bawah kiri dan kanan.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Pengurangan Nyeri
3. Pemantauan Tanda Vital
4. Kolaborasi Pemberian Analgesik
Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, memantau tanda-tanda vital pasien, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik yang sesuai.
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan pemantauan yang ketat, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri tekan abdomen bawah kiri kanan dan mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 11238 | 20 Jan 2025
Klinis : INFEKSI PUERPERIUM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Infeksi Puerperium.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Puerperium
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan, yang dapat terjadi pada masa nifas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Puerperium
- Faktor risiko: Riwayat infeksi, prosedur invasif, malnutrisi, defisiensi imunitas, hygiene yang buruk
- Gejala dan tanda: Demam, nyeri, kemerahan, edema, deskuamasi, drainase purulent
- Hasil yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi puerperium, tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Faktor risiko: Kelelahan, nyeri, gangguan neuromuskular, penurunan perfusi jaringan
- Gejala dan tanda: Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama napas, penggunaan otot bantu napas, sesak napas
- Hasil yang diharapkan: Pola napas efektif, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Puerperium
- Luaran: Kontrol Infeksi, Perawatan Luka, Pemulihan Kondisi Pasca Persalinan
- Kriteria Hasil: Bebas infeksi, luka sembuh, tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Luaran: Perfusi Perifer, Oksigenasi, Efektivitas Ventilasi
- Kriteria Hasil: Fungsi kardiovaskular dan respirasi memadai, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Puerperium
- Intervensi: Observasi tanda-tanda infeksi, Perawatan Luka, Edukasi Higiene, Pemberian Antibiotik
- Rasional: Mencegah infeksi, memantau perkembangan, meningkatkan pemahaman pasien
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Intervensi: Observasi pola napas, Terapi Oksigen, Latihan Pernapasan, Manajemen Nyeri
- Rasional: Memantau status pernapasan, memfasilitasi oksigenasi, meningkatkan kerja pernapasan, mengurangi nyeri yang dapat mengganggu pola napas.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Infeksi Puerperium. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 11239 | 20 Jan 2025
Klinis : RESIKO INFEKSI PUERPERIUM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi RESIKO INFEKSI PUERPERIUM.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi RESIKO INFEKSI PUERPERIUM adalah "Risiko infeksi puerperium". Diagnosis ini mengidentifikasi adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada ibu selama masa nifas atau masa puerperium, yang dapat mengakibatkan komplikasi dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi: Ibu menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi selama masa puerperium.
2. Status Kesehatan: Ibu menunjukkan pemulihan yang baik selama masa puerperium.
3. Pengetahuan: Ibu memahami tanda-tanda infeksi dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
4. Perilaku Kesehatan: Ibu melakukan tindakan pencegahan infeksi puerperium secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian:
- Kaji tanda-tanda vital ibu (suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah).
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi, luka operasi, atau area perineum.
- Kaji riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti diabetes, anemia, atau penyakit kronis lainnya.
- Kaji perilaku ibu dalam menjaga kebersihan diri dan area genitalia.
2. Intervensi:
- Edukasi ibu tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya segera melaporkan kepada tenaga kesehatan.
- Ajarkan ibu teknik perawatan luka episiotomi/operasi dan perawatan area genitalia yang benar.
- Dorong ibu untuk menjaga kebersihan diri, termasuk mandi 2 kali sehari dan mengganti pembalut secara teratur.
- Berikan antibiotik atau terapi lain sesuai dengan kondisi ibu, jika diperlukan.
- Pantau tanda-tanda vital ibu secara berkala dan lakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.
- Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, ahli gizi) untuk memastikan penanganan yang komprehensif.
3. Evaluasi:
- Monitor perkembangan kondisi ibu dan tanda-tanda infeksi selama masa puerperium.
- Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencegah dan mengatasi infeksi puerperium.
- Lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan untuk memaksimalkan hasil.
Dengan melaksanakan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi risiko infeksi puerperium pada ibu, sehingga ia dapat pulih dengan baik selama masa nifas. -
Article No. 11240 | 20 Jan 2025
Klinis : abortus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat yang akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan standar dokumentasi asuhan keperawatan untuk kondisi abortus berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktif
Definisi: Keadaan rentan di mana individu mengalami peningkatan kemungkinan mengalami perdarahan yang belum terkendali.
Faktor Terkait: Proses abortus, gangguan fungsi pembekuan darah.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor Terkait: Kontraksi uterus, dilatasi serviks.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Keadaan rentan di mana individu mengalami peningkatan kemungkinan terkena atau terpapar patogen.
Faktor Terkait: Proses abortus, pembukaan serviks.
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan penilaian komprehensif.
- Perumusan diagnosa yang spesifik, jelas, dan dapat diukur.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai sesuai diagnosa keperawatan.
- Indikator hasil yang terukur dan dapat dievaluasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada luaran.
- Intervensi yang didasarkan pada bukti ilmiah dan best practice.
Dengan menggunakan standar dokumentasi SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terarah, dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. Hal ini akan membantu dalam mengoptimalkan kualitas dan keamanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan kondisi abortus.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya bersedia untuk membantu. Terima kasih. -
Article No. 11241 | 20 Jan 2025
Klinis : abortus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi abortus:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan Aktif
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam kesehatan, yang disebabkan oleh proses abortus.
Penjelasan:
Abortus merupakan kondisi dimana kehamilan berakhir sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pada kondisi ini, terjadi perdarahan yang dapat mengancam kesehatan ibu. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perdarahan Aktif, dimana pasien berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat membahayakan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
Definisi: Kemampuan untuk meminimalkan atau menghentikan kehilangan darah.
Kriteria hasil:
- Perdarahan terkendali
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada gejala syok hipovolemik
2. Integritas Jaringan
Definisi: Keberfungsian jaringan tubuh.
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Luka/trauma pada serviks atau rahim dalam proses penyembuhan
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus adalah kontrol perdarahan dan integritas jaringan. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko perdarahan yang dapat membahayakan pasien, serta memastikan proses penyembuhan jaringan yang terkena dampak abortus berjalan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait tanda-tanda vital pasien.
Aktivitas:
- Pantau tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara berkala
- Identifikasi tanda-tanda perdarahan atau syok hipovolemik
2. Manajemen Perdarahan
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan dan menghentikan perdarahan.
Aktivitas:
- Lakukan kompresi pada daerah yang berdarah
- Berikan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, sesuai instruksi dokter
- Pantau kehilangan darah dan tanda-tanda vital
3. Perawatan Luka
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan kesehatan dan integritas jaringan.
Aktivitas:
- Bersihkan dan balut luka pada serviks atau rahim dengan teknik aseptik
- Pantau tanda-tanda infeksi dan proses penyembuhan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan abortus meliputi pemantauan tanda vital, manajemen perdarahan, dan perawatan luka. Tujuannya adalah untuk mengendalikan perdarahan, mencegah komplikasi, dan memastikan proses penyembuhan berlangsung dengan baik.
Seluruh tindakan keperawatan ini harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan, dengan melibatkan peran aktif pasien dan keluarga, serta koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 11242 | 20 Jan 2025
Klinis : abortus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi abortus.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan proses abortus.
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan proses abortus.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap integritas tubuh dan gangguan proses kehamilan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan pembukaan serviks dan manipulasi intrauterina.
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang berisi definisi, karakteristik, faktor berhubungan, dan fokus intervensi untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Dalam kasus abortus, SDKI membantu perawat untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Berisi deskripsi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Untuk kasus abortus, SLKI dapat memandu perawat dalam menetapkan luaran yang diharapkan, seperti tidak terjadi perdarahan, penurunan nyeri, dan penurunan ansietas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memuat deskripsi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Dalam kasus abortus, SIKI dapat membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi yang tepat, seperti pemantauan tanda vital, pemberian analgesik, dan edukasi terkait proses abortus.
Dengan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi abortus.