Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19066 | 28 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif An. Y mengatakan bahwa nyeri pada saat area luka di sentuh atau di tekan Data Objektif : Tampak terlihat adanya luka pada daerah dada dan juga pada daerah ketiak bagian kiri, Luka bakar berwarna merah dan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T21.2
- Deskripsi: Luka bakar pada dada tingkat kedua
Penjelasan:
Kode T21.2 dalam ICD-10 menggambarkan luka bakar pada dada tingkat kedua. Hal ini sesuai dengan data objektif yang menunjukkan adanya luka bakar berwarna merah pada area dada dan ketiak bagian kiri pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.33
- Deskripsi: Debridemen luka atau jaringan mati
Penjelasan:
Kode 93.33 dalam ICD-9-CM Procedure menunjukkan prosedur debridemen luka atau jaringan mati. Dalam kasus ini, meskipun tidak disebutkan adanya jaringan mati atau infeksi, prosedur debridemen mungkin diperlukan untuk membersihkan dan merawat luka bakar pada pasien. -
Article No. 19067 | 28 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif An. Y mengatakan bahwa nyeri pada saat area luka di sentuh atau di tekan Data Objektif : Tampak terlihat adanya luka pada daerah dada dan juga pada daerah ketiak bagian kiri, Luka bakar berwarna merah dan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Penjelasan:
- Data subjektif: Pasien mengatakan nyeri saat area luka disentuh atau ditekan.
- Data objektif: Tampak adanya luka bakar pada daerah dada dan ketiak bagian kiri.
- Kode diagnosa: 00132 (Nyeri Akut)
2. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan:
- Data objektif: Tampak luka bakar pada daerah dada dan ketiak bagian kiri, namun tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
- Kode diagnosa: 00004 (Risiko Infeksi)
Singkatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Penjelasan singkat:
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 19068 | 28 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif An. Y mengatakan bahwa nyeri pada saat area luka di sentuh atau di tekan Data Objektif : Tampak terlihat adanya luka pada daerah dada dan juga pada daerah ketiak bagian kiri, Luka bakar berwarna merah dan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Nyeri Akut
Data Subjektif: An. Y mengatakan nyeri pada saat area luka di sentuh atau di tekan.
Data Objektif: Tampak terlihat adanya luka pada daerah dada dan juga pada daerah ketiak bagian kiri, luka bakar berwarna merah dan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri.
b. Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri sesuai target.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
c. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres hangat/dingin.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Akut" dipilih karena data subjektif menunjukkan adanya nyeri pada saat area luka di sentuh atau di tekan, dan data objektif menunjukkan adanya luka bakar pada daerah dada dan ketiak. Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri, di mana pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, melaporkan pengurangan nyeri sesuai target, dan mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri, yang mencakup pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik, pengajaran teknik nonfarmakologi, dan evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri. -
Article No. 19069 | 28 Jun 2025
Klinis : ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Kesehatan (00078)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur dan melakukan aktivitas terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (10021)
Definisi: Keadaan dimana terjadi fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Keseimbangan Glukosa Darah (10005)
Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Diabetes Melitus (10008)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengatur kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes melitus.
Pada kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah, perawat berperan dalam melakukan manajemen diabetes melitus untuk membantu pasien mencapai keseimbangan glukosa darah. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan pengkajian komprehensif terkait riwayat penyakit, pola makan, aktivitas, dan pemantauan glukosa darah.
2. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan diabetes melitus, termasuk diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan.
3. Memantau kadar glukosa darah secara teratur dan melakukan tindakan segera jika terjadi fluktuasi yang tidak normal.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif.
5. Melakukan evaluasi dan penyesuaian intervensi keperawatan sesuai dengan respon pasien. -
Article No. 19041 | 27 Jun 2025
Klinis : siki manajemen hipervolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "siki manajemen hipervolemia" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "siki manajemen hipervolemia" adalah "Hipervolemia". Hipervolemia didefinisikan sebagai kondisi kelebihan cairan atau volume darah yang melebihi kebutuhan tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat intake cairan yang berlebihan, gangguan fungsi ginjal, atau kondisi medis lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Sirkulasi Cairan Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda sirkulasi cairan yang adekuat, seperti tekanan darah stabil, nadi regular, dan ekstremitas hangat.
b. Keseimbangan Cairan: Pasien mencapai keseimbangan cairan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang.
c. Edema Berkurang: Pasien menunjukkan penurunan atau hilangnya edema yang sebelumnya dialami.
d. Gejala Hipervolemia Teratasi: Pasien tidak lagi menunjukkan gejala-gejala hipervolemia, seperti sesak napas, kenaikan berat badan, dan peningkatan tekanan vena jugularis.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi "siki manajemen hipervolemia" adalah:
a. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan rutin tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu, untuk mendeteksi perubahan dan memantau perkembangan kondisi pasien.
b. Pemantauan Intake dan Output Cairan: Melakukan pencatatan dan pemantauan yang cermat terhadap intake dan output cairan pasien, termasuk asupan oral, parenteral, dan pengeluaran urin, feses, dan lain-lain.
c. Pembatasan Asupan Cairan: Memberikan batasan asupan cairan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, untuk mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
d. Edukasi Manajemen Cairan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya manajemen cairan yang tepat, termasuk pengaturan diet, aktivitas, dan pemantauan mandiri.
e. Pemberian Diuretik: Jika diperlukan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian diuretik yang sesuai untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh.
f. Terapi Oksigen: Pemberian terapi oksigen jika pasien mengalami gejala sesak napas akibat hipervolemia.
g. Pemantauan Keseimbangan Cairan: Melakukan pemantauan yang cermat terhadap keseimbangan cairan pasien, termasuk input, output, dan tanda-tanda kelebihan cairan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien, diharapkan luaran/output yang diinginkan dapat tercapai, sehingga pasien dapat memperoleh perawatan yang optimal dan mencapai pemulihan yang baik. -
Article No. 19042 | 27 Jun 2025
Klinis : siki manajemen hipervolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi siki manajemen hipervolemia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi siki manajemen hipervolemia adalah Kelebihan Volume Cairan. Diagnosa ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang menjelaskan bahwa Kelebihan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu mengalami peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, gangguan regulasi cairan, atau penurunan eliminasi cairan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah Manajemen Hipervolemia Efektif. Luaran ini mengacu pada SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang menjelaskan bahwa Manajemen Hipervolemia Efektif adalah kemampuan individu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi kelebihan cairan dalam tubuh. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini antara lain: intake dan output cairan seimbang, tidak ada edema, tekanan darah dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran Manajemen Hipervolemia Efektif, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Pantau tanda-tanda kelebihan cairan (edema, peningkatan berat badan, sesak napas)
- Pantau nilai laboratorium yang terkait (elektrolit, BUN, kreatinin)
2. Manajemen Cairan
- Atur intake cairan sesuai kebutuhan pasien
- Berikan diuretik sesuai instruksi dokter
- Lakukan pembatasan cairan jika perlu
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab, tanda, dan bahaya kelebihan cairan
- Ajarkan teknik pemantauan cairan di rumah
- Beri edukasi tentang diet rendah garam dan pembatasan cairan
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Koordinasi dengan dokter untuk pengaturan terapi cairan
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
1. Pemantauan Cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat untuk memastikan keseimbangan cairan. Catat semua asupan cairan (oral, parenteral, dan obat-obatan) serta output (urin, feses, muntah, dll).
- Pantau tanda-tanda kelebihan cairan seperti edema, peningkatan berat badan, dan sesak napas. Hal ini penting untuk mendeteksi dini adanya kelebihan cairan.
- Pantau nilai laboratorium yang terkait seperti elektrolit, BUN, dan kreatinin untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
2. Manajemen Cairan
- Atur intake cairan sesuai kebutuhan pasien berdasarkan kondisi klinis dan nilai laboratorium. Kurangi asupan cairan jika diperlukan.
- Berikan diuretik sesuai instruksi dokter untuk meningkatkan eliminasi cairan dan mengatasi kelebihan cairan.
- Lakukan pembatasan cairan jika diperlukan untuk mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan penyebab, tanda, dan bahaya kelebihan cairan agar pasien dan keluarga memahami kondisi yang dialami.
- Ajarkan teknik pemantauan cairan sederhana yang dapat dilakukan di rumah, seperti mengukur berat badan, mencatat intake dan output cairan.
- Beri edukasi tentang diet rendah garam dan pembatasan cairan yang perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Koordinasi dengan dokter untuk pengaturan terapi cairan, pemberian diuretik, dan pemantauan nilai laboratorium.
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan cairan pasien dan membantu mencapai keseimbangan cairan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Manajemen Hipervolemia Efektif, sehingga kelebihan cairan dapat dikendalikan dan komplikasi dapat dicegah. -
Article No. 19043 | 27 Jun 2025
Klinis : 4. Tipe Keluarga Keluarga Inti (Nuclear Family) yang sedang dalam tahapan perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja yang beranggotakan empat orang yaitu, Tn. I sebagai KK, Ny. Y sebagai IK, An. 1 sebagai AK1, An. A sebagai AK 2. 5. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga Keluarga mengatakan suku mereka campuran kutai dan madura. Tidak ada kebudayaan kebudayaan khusus yang menyimpang dari lingkungan, keluarga tinggal di lingkungan heterogen dan mudah beradaptasi. 6. Kegiatan Keagamaan Keluarga mengatakan keyakinan mereka sekeluarga sama yaitu islam, namun jarang beribadah atau mengikuti keagamaan lainnya. Tidak ada nilai khusus yang menjadi prinsip dasar dalam keluarga. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga mengatakan KK yang bekerja untuk mencari nafkah dan rata-rata penghasilan KK Rp 2.500.000 perbulan dan dipotong bank jadi hanya sisa Rp 500.000 untuk kerperluan bahan makanan dan biaya Listrik. Keluarga mengatakan tidak memiliki Tabungan, dan memiliki 2 kendaraan pribadi yaitu motor. 8. Kegiatan Waktu Luang/Rekreasi Keluarga mengatakan biasanya ada kegiatan dasawisma, senam dan gotong royong setiap minggunya dan biasaya bersantai di taman saja. Biasanya aktivitas dilakukan sendiri-sendiri dan keluarga merasa nyaman saja dengan aktivitas mereka. 9. Kebiasaan Hidup Sehari-Hari a. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah Keluarga mengatakan saat dirumah hanya menggunakan Bahasa Indonesia b. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi Keluarga mengatakan saat sakit biasanya pergi kerumah sakit karena dekat dengan rumah. B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Terpenuhi Dan Belum Terpenuhi Tahapan yang sudah dilalui yaitu Keluarga Pemula (Pasangan Baru Menikah), Keluarga dengan Anak Balita, Keluarga dengan Anak Prasekolah, Keluarga dengan Anak Usia Sekolah. Keluarga mengatakan belum optimal dalam komunikasi dan dalam mengawasi perkembangan anak remaja mereka saat ini yaitu An. I seorang merokok dan KK juga merokok. 3. Riwayat Keluarga Inti Keluarga mengatakan Ny. Y ada penyakit hipertensi, diabetes dan memiliki Riwayat penyakit kista tetapi sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Untuk anggota keluarga lainnya tidak ada penyakit akut maupun kronis yang di derita. 4. Riwayat Keluarga Asal Dari Kedua Orang Tua Keluarga mengatakan orang tua dari Ny. Y memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. C. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah: a. Gambaran tipe tempat tinggal Keluarga mengatakan rumah mereka berukuran 10x20 dengan 3 kamar tidur, dapur, toilet, ruang tamu, ruang keluarga, teras dan kamar mandi diluar depan dirumah. Tinggal di area perkotaan rumah milik pribadi, ventilasi kurang, pencahayan dalam rumah kurang. b. Denah rumah c. Gambaran kondisi rumah Tampak di dalam rumah gelap kurang pencahayaan dan ventilasi dan didalam rumah berserakan. Didepan rumah tampak berantakan dan barang-barang tidak tertata rapi, Sebagian barang dan lantai berdebu, ada beberapa sampa berserakan di halaman rumah. Terdapat kamar mandi yang dibangun di depan rumah hanya menggunakan seng dan tidak ditutup dengan baik. d. Sumber air untuk minum dan kebutuhan rumah tangga Keluarga mengatakan untuk kebutuhan rumah tangga keluraga menggunakan air PDAM, dan air isi ulang (gallon) untuk minum. e. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah Keluarga mengatakan merasa nyaman dengan rumah dan juga dekat dengan fasilitas umum. f. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah Keluarga mengatakan bisanya untuk sampak itu dibakar dipekarangan depan rumah. 2. Karakteristik Lingkungan Rumah (tetangga dan komunitas RT/RW) Keluarga mengatakan tinggal ditengah kota daerah perumahan padat penduduk, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan sekolah, perkantoran, dekat indomaret, dekat dengan pasar, warung, dekat taman, dan tidak ada insiden seperti kejahatan. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga mengatakan sudah tinggal dilingkungan tersebut sejak 2006 hingga sekarang 2025. 4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Keluarga mengatakan sering berkumpul, berhubungan baik dengan tetangga, dan rutin bergotong royong bersama tetangga sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga Keluarga mengatakan system pendukung saat dalam masalah yaitu keluarga/kakak ipar, keluarga akan berbincang bersama untuk mencari jalan keluar. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola dan proses komunikasi keluarga Keluarga mengatakan saat ada masalah akan berkumpul bersama kemudian dinasehati, saling terbuka dan mencari jalan keluar bersama. 2. Struktur Kekuatan Keluarga mengatakan KK dan IK yang membuat Keputusan bersama, tetapi jika menyangkut anak biasanya IK yang mengambil Keputusan. Teknik yang digunakan yaitu diskusi Bersama. 3. Struktur Peran a) Peran Formal: - Ayah: sebagai suami dari istri pencari nafkah, penanggung jawab utama, sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. - Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya. - Anak-anak: melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, spiritual dan belajar, membantu pekerjaan rumah tangga ringan. b) Peran Informal: - Ayah: Memberikan nasihat, mengatur arah perilaku anak-anak - Ibu: berperan sebagai mediator emosi anak (penenang ketika ada konflik kecil) - Anak-anak: kadang membantu menjaga adik atau mengingatkan belajar 4. Nilai-Nilai dan Norma-Norma Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma-norma khusus yang dianut dan kurang disiplin. E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga mengatakan sering berkumpul berbincang bersama dan berinteraksi dengan baik 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga mengatakan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik, namun belum terlalu disiplin dalam jam tidur, perilaku merokok anak dan suaminya, dan penggunaan gadget. 3. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga mengatakan biasa makan 2/3 kali sehari, hanya makan sayur saja, lebih sering di olah berkuah, dan tidak ada pantangan, diet ataupun riwayat alergi pada semua anggota keluarga. Saat dikaji keluarga berpenampilan rapi mengenakan dress, kalung manik, anting bulat, dan make up, rambut tampak sedikit basah di jepit tampaknya baru sehabis mandi. Keluarga mengatakan biasanya saat sakit akan pergi ke rumah sakit karena dekat dengan rumah, dan jika tidak kerumah sakit keluarga membeli obat di apotek terdekat. Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya akan dibawa ke puskesmas atau diberikan obat saja. Keluarga mengatakan Sehat itu ketika bisa meklakukan aktivitas sehari-hari dan sakit itu saat tidak bisa melakukan apa-apa. 4. Fungsi Reproduksi Keluarga mengatakan tidak ada pembicaraan tentang rencana memiliki beberapa anak, rajin KB suntik 1bulan 1x di fakes terdekat. 5. Fungsi Ekonomi Keluarga mengatakan untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, Kesehatan berusaha di cukup-cukupkan, karna keluarga memiliki tunggakan pada bank (Rp 2.000.000), keluarga memiliki rumah milik pribadi, sepeda motor sebagai alat transportasi, barang-barang tersebut digunakan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sepeda motor digunakan KK untuk bekerja dan IK untuk berbelanja kebutuhan sehari. Handphone untuk komunikasi keluarga dan anak-anak menggunakannya untuk akses informasi dan hiburan. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stresor Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Jangka Panjang: Keluarga mengatakan kekhawatiran mereka yaitu tentang tunggakan pinjaman dibank, biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-harinya dengan penghasilan yang tidak seberapa (Rp 2.500.000/bulan dipotong bank sisa Rp 500.000) 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga mengatakan berusaha menyikapi dengan tabah dan mengikuti alurnya saja. 3. Strategi koping yang digunakan Keluarga mengatakan strategi koping yaitu dengan musyawarah Bersama mencari jalan keluar dan berolahraga Bersama tetangga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, beserta kode dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Keluarga Terganggu (00051)
SDKI: Proses interaksi dan pertukaran informasi, pikiran, perasaan, dan emosi antar anggota keluarga yang tidak efektif.
SLKI: Terbentuknya proses komunikasi yang efektif antar anggota keluarga.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam berkomunikasi secara efektif.
2. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (00075)
SDKI: Kegagalan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
SLKI: Terbentuknya kemampuan keluarga dalam mengelola kesehatan anggota keluarga.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengelola kesehatan anggota keluarga.
3. Risiko Ketidakstabilan Ekonomi Keluarga (00155)
SDKI: Adanya kemungkinan ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
SLKI: Terbentuknya stabilitas ekonomi keluarga.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan stabilitas ekonomi keluarga.
4. Perilaku Kesehatan Keluarga Berisiko (00251)
SDKI: Perilaku keluarga yang dapat menyebabkan masalah kesehatan anggota keluarga.
SLKI: Terbentuknya perilaku kesehatan keluarga yang aman.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan perilaku kesehatan keluarga yang aman.
Penjelasan singkat:
1. Komunikasi Keluarga Terganggu: Terdapat masalah dalam proses interaksi dan pertukaran informasi, pikiran, perasaan, dan emosi antar anggota keluarga yang tidak efektif.
2. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif: Keluarga gagal dalam mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
3. Risiko Ketidakstabilan Ekonomi Keluarga: Adanya kemungkinan ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
4. Perilaku Kesehatan Keluarga Berisiko: Terdapat perilaku keluarga yang dapat menyebabkan masalah kesehatan anggota keluarga. -
Article No. 19044 | 27 Jun 2025
Klinis : 4. Tipe Keluarga Keluarga Inti (Nuclear Family) yang sedang dalam tahapan perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja yang beranggotakan empat orang yaitu, Tn. I sebagai KK, Ny. Y sebagai IK, An. 1 sebagai AK1, An. A sebagai AK 2. 5. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga Keluarga mengatakan suku mereka campuran kutai dan madura. Tidak ada kebudayaan kebudayaan khusus yang menyimpang dari lingkungan, keluarga tinggal di lingkungan heterogen dan mudah beradaptasi. 6. Kegiatan Keagamaan Keluarga mengatakan keyakinan mereka sekeluarga sama yaitu islam, namun jarang beribadah atau mengikuti keagamaan lainnya. Tidak ada nilai khusus yang menjadi prinsip dasar dalam keluarga. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga mengatakan KK yang bekerja untuk mencari nafkah dan rata-rata penghasilan KK Rp 2.500.000 perbulan dan dipotong bank jadi hanya sisa Rp 500.000 untuk kerperluan bahan makanan dan biaya Listrik. Keluarga mengatakan tidak memiliki Tabungan, dan memiliki 2 kendaraan pribadi yaitu motor. 8. Kegiatan Waktu Luang/Rekreasi Keluarga mengatakan biasanya ada kegiatan dasawisma, senam dan gotong royong setiap minggunya dan biasaya bersantai di taman saja. Biasanya aktivitas dilakukan sendiri-sendiri dan keluarga merasa nyaman saja dengan aktivitas mereka. 9. Kebiasaan Hidup Sehari-Hari a. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah Keluarga mengatakan saat dirumah hanya menggunakan Bahasa Indonesia b. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi Keluarga mengatakan saat sakit biasanya pergi kerumah sakit karena dekat dengan rumah. B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Terpenuhi Dan Belum Terpenuhi Tahapan yang sudah dilalui yaitu Keluarga Pemula (Pasangan Baru Menikah), Keluarga dengan Anak Balita, Keluarga dengan Anak Prasekolah, Keluarga dengan Anak Usia Sekolah. Keluarga mengatakan belum optimal dalam komunikasi dan dalam mengawasi perkembangan anak remaja mereka saat ini yaitu An. I seorang merokok dan KK juga merokok. 3. Riwayat Keluarga Inti Keluarga mengatakan Ny. Y ada penyakit hipertensi, diabetes dan memiliki Riwayat penyakit kista tetapi sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Untuk anggota keluarga lainnya tidak ada penyakit akut maupun kronis yang di derita. 4. Riwayat Keluarga Asal Dari Kedua Orang Tua Keluarga mengatakan orang tua dari Ny. Y memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. C. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah: a. Gambaran tipe tempat tinggal Keluarga mengatakan rumah mereka berukuran 10x20 dengan 3 kamar tidur, dapur, toilet, ruang tamu, ruang keluarga, teras dan kamar mandi diluar depan dirumah. Tinggal di area perkotaan rumah milik pribadi, ventilasi kurang, pencahayan dalam rumah kurang. b. Denah rumah c. Gambaran kondisi rumah Tampak di dalam rumah gelap kurang pencahayaan dan ventilasi dan didalam rumah berserakan. Didepan rumah tampak berantakan dan barang-barang tidak tertata rapi, Sebagian barang dan lantai berdebu, ada beberapa sampa berserakan di halaman rumah. Terdapat kamar mandi yang dibangun di depan rumah hanya menggunakan seng dan tidak ditutup dengan baik. d. Sumber air untuk minum dan kebutuhan rumah tangga Keluarga mengatakan untuk kebutuhan rumah tangga keluraga menggunakan air PDAM, dan air isi ulang (gallon) untuk minum. e. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah Keluarga mengatakan merasa nyaman dengan rumah dan juga dekat dengan fasilitas umum. f. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah Keluarga mengatakan bisanya untuk sampak itu dibakar dipekarangan depan rumah. 2. Karakteristik Lingkungan Rumah (tetangga dan komunitas RT/RW) Keluarga mengatakan tinggal ditengah kota daerah perumahan padat penduduk, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan sekolah, perkantoran, dekat indomaret, dekat dengan pasar, warung, dekat taman, dan tidak ada insiden seperti kejahatan. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga mengatakan sudah tinggal dilingkungan tersebut sejak 2006 hingga sekarang 2025. 4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Keluarga mengatakan sering berkumpul, berhubungan baik dengan tetangga, dan rutin bergotong royong bersama tetangga sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga Keluarga mengatakan system pendukung saat dalam masalah yaitu keluarga/kakak ipar, keluarga akan berbincang bersama untuk mencari jalan keluar. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola dan proses komunikasi keluarga Keluarga mengatakan saat ada masalah akan berkumpul bersama kemudian dinasehati, saling terbuka dan mencari jalan keluar bersama. 2. Struktur Kekuatan Keluarga mengatakan KK dan IK yang membuat Keputusan bersama, tetapi jika menyangkut anak biasanya IK yang mengambil Keputusan. Teknik yang digunakan yaitu diskusi Bersama. 3. Struktur Peran a) Peran Formal: - Ayah: sebagai suami dari istri pencari nafkah, penanggung jawab utama, sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. - Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya. - Anak-anak: melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, spiritual dan belajar, membantu pekerjaan rumah tangga ringan. b) Peran Informal: - Ayah: Memberikan nasihat, mengatur arah perilaku anak-anak - Ibu: berperan sebagai mediator emosi anak (penenang ketika ada konflik kecil) - Anak-anak: kadang membantu menjaga adik atau mengingatkan belajar 4. Nilai-Nilai dan Norma-Norma Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma-norma khusus yang dianut dan kurang disiplin. E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga mengatakan sering berkumpul berbincang bersama dan berinteraksi dengan baik 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga mengatakan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik, namun belum terlalu disiplin dalam jam tidur, perilaku merokok anak dan suaminya, dan penggunaan gadget. 3. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga mengatakan biasa makan 2/3 kali sehari, hanya makan sayur saja, lebih sering di olah berkuah, dan tidak ada pantangan, diet ataupun riwayat alergi pada semua anggota keluarga. Saat dikaji keluarga berpenampilan rapi mengenakan dress, kalung manik, anting bulat, dan make up, rambut tampak sedikit basah di jepit tampaknya baru sehabis mandi. Keluarga mengatakan biasanya saat sakit akan pergi ke rumah sakit karena dekat dengan rumah, dan jika tidak kerumah sakit keluarga membeli obat di apotek terdekat. Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya akan dibawa ke puskesmas atau diberikan obat saja. Keluarga mengatakan Sehat itu ketika bisa meklakukan aktivitas sehari-hari dan sakit itu saat tidak bisa melakukan apa-apa. 4. Fungsi Reproduksi Keluarga mengatakan tidak ada pembicaraan tentang rencana memiliki beberapa anak, rajin KB suntik 1bulan 1x di fakes terdekat. 5. Fungsi Ekonomi Keluarga mengatakan untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, Kesehatan berusaha di cukup-cukupkan, karna keluarga memiliki tunggakan pada bank (Rp 2.000.000), keluarga memiliki rumah milik pribadi, sepeda motor sebagai alat transportasi, barang-barang tersebut digunakan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sepeda motor digunakan KK untuk bekerja dan IK untuk berbelanja kebutuhan sehari. Handphone untuk komunikasi keluarga dan anak-anak menggunakannya untuk akses informasi dan hiburan. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stresor Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Jangka Panjang: Keluarga mengatakan kekhawatiran mereka yaitu tentang tunggakan pinjaman dibank, biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-harinya dengan penghasilan yang tidak seberapa (Rp 2.500.000/bulan dipotong bank sisa Rp 500.000) 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga mengatakan berusaha menyikapi dengan tabah dan mengikuti alurnya saja. 3. Strategi koping yang digunakan Keluarga mengatakan strategi koping yaitu dengan musyawarah Bersama mencari jalan keluar dan berolahraga Bersama tetangga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga
2. Risiko Kondisi Rumah yang Tidak Sehat
3. Kurangnya Pengetahuan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga
- Keluarga mampu mengidentifikasi masalah dan sumber stres
- Keluarga mampu menggunakan strategi koping yang efektif
- Keluarga mampu meningkatkan dukungan sosial
- Keluarga mampu mengelola stres dengan baik
2. Risiko Kondisi Rumah yang Tidak Sehat
- Keluarga mampu mengidentifikasi karakteristik rumah yang tidak sehat
- Keluarga mampu melakukan upaya perbaikan kondisi rumah yang tidak sehat
- Keluarga mampu mempertahankan kondisi rumah yang sehat
3. Kurangnya Pengetahuan
- Keluarga mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan perawatan diri
- Keluarga mampu meningkatkan pengetahuan tentang gaya hidup sehat
- Keluarga mampu meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan sumber daya kesehatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga
- Kaji kemampuan koping keluarga
- Bantu keluarga mengidentifikasi masalah dan sumber stres
- Ajarkan keluarga strategi koping yang efektif
- Fasilitasi keluarga untuk meningkatkan dukungan sosial
- Ajarkan keluarga teknik pengelolaan stres
2. Risiko Kondisi Rumah yang Tidak Sehat
- Kaji karakteristik rumah yang tidak sehat
- Berikan edukasi tentang pentingnya kondisi rumah yang sehat
- Bantu keluarga melakukan upaya perbaikan kondisi rumah yang tidak sehat
- Monitor pemeliharaan kondisi rumah yang sehat
3. Kurangnya Pengetahuan
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan dan perawatan diri
- Berikan edukasi tentang kesehatan dan perawatan diri
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang gaya hidup sehat
- Berikan edukasi tentang gaya hidup sehat
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pemanfaatan sumber daya kesehatan
- Berikan edukasi tentang pemanfaatan sumber daya kesehatan
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 19045 | 27 Jun 2025
Klinis : 4. Tipe Keluarga Keluarga Inti (Nuclear Family) yang sedang dalam tahapan perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja yang beranggotakan empat orang yaitu, Tn. I sebagai KK, Ny. Y sebagai IK, An. 1 sebagai AK1, An. A sebagai AK 2. 5. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga Keluarga mengatakan suku mereka campuran kutai dan madura. Tidak ada kebudayaan kebudayaan khusus yang menyimpang dari lingkungan, keluarga tinggal di lingkungan heterogen dan mudah beradaptasi. 6. Kegiatan Keagamaan Keluarga mengatakan keyakinan mereka sekeluarga sama yaitu islam, namun jarang beribadah atau mengikuti keagamaan lainnya. Tidak ada nilai khusus yang menjadi prinsip dasar dalam keluarga. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga mengatakan KK yang bekerja untuk mencari nafkah dan rata-rata penghasilan KK Rp 2.500.000 perbulan dan dipotong bank jadi hanya sisa Rp 500.000 untuk kerperluan bahan makanan dan biaya Listrik. Keluarga mengatakan tidak memiliki Tabungan, dan memiliki 2 kendaraan pribadi yaitu motor. 8. Kegiatan Waktu Luang/Rekreasi Keluarga mengatakan biasanya ada kegiatan dasawisma, senam dan gotong royong setiap minggunya dan biasaya bersantai di taman saja. Biasanya aktivitas dilakukan sendiri-sendiri dan keluarga merasa nyaman saja dengan aktivitas mereka. 9. Kebiasaan Hidup Sehari-Hari a. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah Keluarga mengatakan saat dirumah hanya menggunakan Bahasa Indonesia b. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi Keluarga mengatakan saat sakit biasanya pergi kerumah sakit karena dekat dengan rumah. B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Terpenuhi Dan Belum Terpenuhi Tahapan yang sudah dilalui yaitu Keluarga Pemula (Pasangan Baru Menikah), Keluarga dengan Anak Balita, Keluarga dengan Anak Prasekolah, Keluarga dengan Anak Usia Sekolah. Keluarga mengatakan belum optimal dalam komunikasi dan dalam mengawasi perkembangan anak remaja mereka saat ini yaitu An. I seorang merokok dan KK juga merokok. 3. Riwayat Keluarga Inti Keluarga mengatakan Ny. Y ada penyakit hipertensi, diabetes dan memiliki Riwayat penyakit kista tetapi sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Untuk anggota keluarga lainnya tidak ada penyakit akut maupun kronis yang di derita. 4. Riwayat Keluarga Asal Dari Kedua Orang Tua Keluarga mengatakan orang tua dari Ny. Y memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. C. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah: a. Gambaran tipe tempat tinggal Keluarga mengatakan rumah mereka berukuran 10x20 dengan 3 kamar tidur, dapur, toilet, ruang tamu, ruang keluarga, teras dan kamar mandi diluar depan dirumah. Tinggal di area perkotaan rumah milik pribadi, ventilasi kurang, pencahayan dalam rumah kurang. b. Denah rumah c. Gambaran kondisi rumah Tampak di dalam rumah gelap kurang pencahayaan dan ventilasi dan didalam rumah berserakan. Didepan rumah tampak berantakan dan barang-barang tidak tertata rapi, Sebagian barang dan lantai berdebu, ada beberapa sampa berserakan di halaman rumah. Terdapat kamar mandi yang dibangun di depan rumah hanya menggunakan seng dan tidak ditutup dengan baik. d. Sumber air untuk minum dan kebutuhan rumah tangga Keluarga mengatakan untuk kebutuhan rumah tangga keluraga menggunakan air PDAM, dan air isi ulang (gallon) untuk minum. e. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah Keluarga mengatakan merasa nyaman dengan rumah dan juga dekat dengan fasilitas umum. f. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah Keluarga mengatakan bisanya untuk sampak itu dibakar dipekarangan depan rumah. 2. Karakteristik Lingkungan Rumah (tetangga dan komunitas RT/RW) Keluarga mengatakan tinggal ditengah kota daerah perumahan padat penduduk, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan sekolah, perkantoran, dekat indomaret, dekat dengan pasar, warung, dekat taman, dan tidak ada insiden seperti kejahatan. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga mengatakan sudah tinggal dilingkungan tersebut sejak 2006 hingga sekarang 2025. 4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Keluarga mengatakan sering berkumpul, berhubungan baik dengan tetangga, dan rutin bergotong royong bersama tetangga sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga Keluarga mengatakan system pendukung saat dalam masalah yaitu keluarga/kakak ipar, keluarga akan berbincang bersama untuk mencari jalan keluar. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola dan proses komunikasi keluarga Keluarga mengatakan saat ada masalah akan berkumpul bersama kemudian dinasehati, saling terbuka dan mencari jalan keluar bersama. 2. Struktur Kekuatan Keluarga mengatakan KK dan IK yang membuat Keputusan bersama, tetapi jika menyangkut anak biasanya IK yang mengambil Keputusan. Teknik yang digunakan yaitu diskusi Bersama. 3. Struktur Peran a) Peran Formal: - Ayah: sebagai suami dari istri pencari nafkah, penanggung jawab utama, sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. - Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya. - Anak-anak: melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, spiritual dan belajar, membantu pekerjaan rumah tangga ringan. b) Peran Informal: - Ayah: Memberikan nasihat, mengatur arah perilaku anak-anak - Ibu: berperan sebagai mediator emosi anak (penenang ketika ada konflik kecil) - Anak-anak: kadang membantu menjaga adik atau mengingatkan belajar 4. Nilai-Nilai dan Norma-Norma Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma-norma khusus yang dianut dan kurang disiplin. E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga mengatakan sering berkumpul berbincang bersama dan berinteraksi dengan baik 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga mengatakan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik, namun belum terlalu disiplin dalam jam tidur, perilaku merokok anak dan suaminya, dan penggunaan gadget. 3. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga mengatakan biasa makan 2/3 kali sehari, hanya makan sayur saja, lebih sering di olah berkuah, dan tidak ada pantangan, diet ataupun riwayat alergi pada semua anggota keluarga. Saat dikaji keluarga berpenampilan rapi mengenakan dress, kalung manik, anting bulat, dan make up, rambut tampak sedikit basah di jepit tampaknya baru sehabis mandi. Keluarga mengatakan biasanya saat sakit akan pergi ke rumah sakit karena dekat dengan rumah, dan jika tidak kerumah sakit keluarga membeli obat di apotek terdekat. Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya akan dibawa ke puskesmas atau diberikan obat saja. Keluarga mengatakan Sehat itu ketika bisa meklakukan aktivitas sehari-hari dan sakit itu saat tidak bisa melakukan apa-apa. 4. Fungsi Reproduksi Keluarga mengatakan tidak ada pembicaraan tentang rencana memiliki beberapa anak, rajin KB suntik 1bulan 1x di fakes terdekat. 5. Fungsi Ekonomi Keluarga mengatakan untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, Kesehatan berusaha di cukup-cukupkan, karna keluarga memiliki tunggakan pada bank (Rp 2.000.000), keluarga memiliki rumah milik pribadi, sepeda motor sebagai alat transportasi, barang-barang tersebut digunakan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sepeda motor digunakan KK untuk bekerja dan IK untuk berbelanja kebutuhan sehari. Handphone untuk komunikasi keluarga dan anak-anak menggunakannya untuk akses informasi dan hiburan. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stresor Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Jangka Panjang: Keluarga mengatakan kekhawatiran mereka yaitu tentang tunggakan pinjaman dibank, biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-harinya dengan penghasilan yang tidak seberapa (Rp 2.500.000/bulan dipotong bank sisa Rp 500.000) 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga mengatakan berusaha menyikapi dengan tabah dan mengikuti alurnya saja. 3. Strategi koping yang digunakan Keluarga mengatakan strategi koping yaitu dengan musyawarah Bersama mencari jalan keluar dan berolahraga Bersama tetangga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran SLKI, dan Intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan perawatan kesehatan keluarga
2. Risiko penyakit kardiovaskular keluarga
3. Ketidakefektifan peran orang tua
4. Kesiapan peningkatan manajemen stres keluarga
Luaran SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan perawatan kesehatan keluarga:
- Perilaku pemeliharaan kesehatan keluarga
- Pengetahuan keluarga tentang kesehatan
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan
2. Risiko penyakit kardiovaskular keluarga:
- Kontrol faktor risiko penyakit kardiovaskular
- Pengetahuan keluarga tentang penyakit kardiovaskular
- Perilaku pencegahan penyakit kardiovaskular
3. Ketidakefektifan peran orang tua:
- Kemampuan orang tua dalam mengasuh anak
- Interaksi orang tua-anak
- Pengelolaan perilaku anak
4. Kesiapan peningkatan manajemen stres keluarga:
- Kemampuan keluarga mengatasi stres
- Dukungan keluarga
- Pemanfaatan sumber daya
Intervensi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan perawatan kesehatan keluarga:
- Manajemen kesehatan keluarga
- Edukasi kesehatan keluarga
- Peningkatan akses pelayanan kesehatan
2. Risiko penyakit kardiovaskular keluarga:
- Manajemen risiko penyakit kardiovaskular
- Edukasi penyakit kardiovaskular
- Modifikasi gaya hidup
3. Ketidakefektifan peran orang tua:
- Bimbingan pengasuhan anak
- Konseling keluarga
- Peningkatan interaksi orang tua-anak
4. Kesiapan peningkatan manajemen stres keluarga:
- Manajemen stres keluarga
- Fasilitasi dukungan keluarga
- Pemanfaatan sumber daya keluarga
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan perawatan kesehatan keluarga: Terlihat dari kurangnya perilaku pemeliharaan kesehatan, pengetahuan kesehatan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
- Risiko penyakit kardiovaskular keluarga: Terlihat dari riwayat penyakit hipertensi dan diabetes pada keluarga.
- Ketidakefektifan peran orang tua: Terlihat dari kurangnya pengawasan terhadap perilaku merokok anak dan kurangnya disiplin dalam penggunaan gadget.
- Kesiapan peningkatan manajemen stres keluarga: Terlihat dari adanya stressor jangka panjang terkait tunggakan pinjaman dan kebutuhan sehari-hari.
2. Luaran SLKI:
- Luaran yang diharapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, meliputi perilaku pemeliharaan kesehatan, pengetahuan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan; kontrol faktor risiko dan pengetahuan tentang penyakit kardiovaskular; kemampuan orang tua dalam mengasuh anak, interaksi orang tua-anak, dan pengelolaan perilaku anak; serta kemampuan keluarga mengatasi stres, dukungan keluarga, dan pemanfaatan sumber daya.
3. Intervensi SIKI:
- Intervensi yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan, seperti manajemen kesehatan keluarga, edukasi kesehatan keluarga, peningkatan akses pelayanan kesehatan; manajemen risiko penyakit kardiovaskular, edukasi penyakit kardiovaskular, modifikasi gaya hidup; bimbingan pengasuhan anak, konseling keluarga, peningkatan interaksi orang tua-anak; serta manajemen stres keluarga, fasilitasi dukungan keluarga, dan pemanfaatan sumber daya keluarga. -
Article No. 19046 | 27 Jun 2025
Klinis : 4. Tipe Keluarga Keluarga Inti (Nuclear Family) yang sedang dalam tahapan perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja yang beranggotakan empat orang yaitu, Tn. I sebagai KK, Ny. Y sebagai IK, An. 1 sebagai AK1, An. A sebagai AK 2. 5. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga Keluarga mengatakan suku mereka campuran kutai dan madura. Tidak ada kebudayaan kebudayaan khusus yang menyimpang dari lingkungan, keluarga tinggal di lingkungan heterogen dan mudah beradaptasi. 6. Kegiatan Keagamaan Keluarga mengatakan keyakinan mereka sekeluarga sama yaitu islam, namun jarang beribadah atau mengikuti keagamaan lainnya. Tidak ada nilai khusus yang menjadi prinsip dasar dalam keluarga. 7. Status Sosial Ekonomi Keluarga mengatakan KK yang bekerja untuk mencari nafkah dan rata-rata penghasilan KK Rp 2.500.000 perbulan dan dipotong bank jadi hanya sisa Rp 500.000 untuk kerperluan bahan makanan dan biaya Listrik. Keluarga mengatakan tidak memiliki Tabungan, dan memiliki 2 kendaraan pribadi yaitu motor. 8. Kegiatan Waktu Luang/Rekreasi Keluarga mengatakan biasanya ada kegiatan dasawisma, senam dan gotong royong setiap minggunya dan biasaya bersantai di taman saja. Biasanya aktivitas dilakukan sendiri-sendiri dan keluarga merasa nyaman saja dengan aktivitas mereka. 9. Kebiasaan Hidup Sehari-Hari a. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah Keluarga mengatakan saat dirumah hanya menggunakan Bahasa Indonesia b. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi Keluarga mengatakan saat sakit biasanya pergi kerumah sakit karena dekat dengan rumah. B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Terpenuhi Dan Belum Terpenuhi Tahapan yang sudah dilalui yaitu Keluarga Pemula (Pasangan Baru Menikah), Keluarga dengan Anak Balita, Keluarga dengan Anak Prasekolah, Keluarga dengan Anak Usia Sekolah. Keluarga mengatakan belum optimal dalam komunikasi dan dalam mengawasi perkembangan anak remaja mereka saat ini yaitu An. I seorang merokok dan KK juga merokok. 3. Riwayat Keluarga Inti Keluarga mengatakan Ny. Y ada penyakit hipertensi, diabetes dan memiliki Riwayat penyakit kista tetapi sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Untuk anggota keluarga lainnya tidak ada penyakit akut maupun kronis yang di derita. 4. Riwayat Keluarga Asal Dari Kedua Orang Tua Keluarga mengatakan orang tua dari Ny. Y memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus. C. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah: a. Gambaran tipe tempat tinggal Keluarga mengatakan rumah mereka berukuran 10x20 dengan 3 kamar tidur, dapur, toilet, ruang tamu, ruang keluarga, teras dan kamar mandi diluar depan dirumah. Tinggal di area perkotaan rumah milik pribadi, ventilasi kurang, pencahayan dalam rumah kurang. b. Denah rumah c. Gambaran kondisi rumah Tampak di dalam rumah gelap kurang pencahayaan dan ventilasi dan didalam rumah berserakan. Didepan rumah tampak berantakan dan barang-barang tidak tertata rapi, Sebagian barang dan lantai berdebu, ada beberapa sampa berserakan di halaman rumah. Terdapat kamar mandi yang dibangun di depan rumah hanya menggunakan seng dan tidak ditutup dengan baik. d. Sumber air untuk minum dan kebutuhan rumah tangga Keluarga mengatakan untuk kebutuhan rumah tangga keluraga menggunakan air PDAM, dan air isi ulang (gallon) untuk minum. e. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah Keluarga mengatakan merasa nyaman dengan rumah dan juga dekat dengan fasilitas umum. f. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah Keluarga mengatakan bisanya untuk sampak itu dibakar dipekarangan depan rumah. 2. Karakteristik Lingkungan Rumah (tetangga dan komunitas RT/RW) Keluarga mengatakan tinggal ditengah kota daerah perumahan padat penduduk, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan sekolah, perkantoran, dekat indomaret, dekat dengan pasar, warung, dekat taman, dan tidak ada insiden seperti kejahatan. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga mengatakan sudah tinggal dilingkungan tersebut sejak 2006 hingga sekarang 2025. 4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Keluarga mengatakan sering berkumpul, berhubungan baik dengan tetangga, dan rutin bergotong royong bersama tetangga sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga Keluarga mengatakan system pendukung saat dalam masalah yaitu keluarga/kakak ipar, keluarga akan berbincang bersama untuk mencari jalan keluar. D. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola dan proses komunikasi keluarga Keluarga mengatakan saat ada masalah akan berkumpul bersama kemudian dinasehati, saling terbuka dan mencari jalan keluar bersama. 2. Struktur Kekuatan Keluarga mengatakan KK dan IK yang membuat Keputusan bersama, tetapi jika menyangkut anak biasanya IK yang mengambil Keputusan. Teknik yang digunakan yaitu diskusi Bersama. 3. Struktur Peran a) Peran Formal: - Ayah: sebagai suami dari istri pencari nafkah, penanggung jawab utama, sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. - Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya. - Anak-anak: melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, spiritual dan belajar, membantu pekerjaan rumah tangga ringan. b) Peran Informal: - Ayah: Memberikan nasihat, mengatur arah perilaku anak-anak - Ibu: berperan sebagai mediator emosi anak (penenang ketika ada konflik kecil) - Anak-anak: kadang membantu menjaga adik atau mengingatkan belajar 4. Nilai-Nilai dan Norma-Norma Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada nilai dan norma-norma khusus yang dianut dan kurang disiplin. E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga mengatakan sering berkumpul berbincang bersama dan berinteraksi dengan baik 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga mengatakan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik, namun belum terlalu disiplin dalam jam tidur, perilaku merokok anak dan suaminya, dan penggunaan gadget. 3. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga mengatakan biasa makan 2/3 kali sehari, hanya makan sayur saja, lebih sering di olah berkuah, dan tidak ada pantangan, diet ataupun riwayat alergi pada semua anggota keluarga. Saat dikaji keluarga berpenampilan rapi mengenakan dress, kalung manik, anting bulat, dan make up, rambut tampak sedikit basah di jepit tampaknya baru sehabis mandi. Keluarga mengatakan biasanya saat sakit akan pergi ke rumah sakit karena dekat dengan rumah, dan jika tidak kerumah sakit keluarga membeli obat di apotek terdekat. Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya akan dibawa ke puskesmas atau diberikan obat saja. Keluarga mengatakan Sehat itu ketika bisa meklakukan aktivitas sehari-hari dan sakit itu saat tidak bisa melakukan apa-apa. 4. Fungsi Reproduksi Keluarga mengatakan tidak ada pembicaraan tentang rencana memiliki beberapa anak, rajin KB suntik 1bulan 1x di fakes terdekat. 5. Fungsi Ekonomi Keluarga mengatakan untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, Kesehatan berusaha di cukup-cukupkan, karna keluarga memiliki tunggakan pada bank (Rp 2.000.000), keluarga memiliki rumah milik pribadi, sepeda motor sebagai alat transportasi, barang-barang tersebut digunakan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sepeda motor digunakan KK untuk bekerja dan IK untuk berbelanja kebutuhan sehari. Handphone untuk komunikasi keluarga dan anak-anak menggunakannya untuk akses informasi dan hiburan. F. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stresor Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Jangka Panjang: Keluarga mengatakan kekhawatiran mereka yaitu tentang tunggakan pinjaman dibank, biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-harinya dengan penghasilan yang tidak seberapa (Rp 2.500.000/bulan dipotong bank sisa Rp 500.000) 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga mengatakan berusaha menyikapi dengan tabah dan mengikuti alurnya saja. 3. Strategi koping yang digunakan Keluarga mengatakan strategi koping yaitu dengan musyawarah Bersama mencari jalan keluar dan berolahraga Bersama tetangga.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan/atau mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
Faktor yang Berhubungan: Tingkat pengetahuan keluarga yang kurang, keterampilan keluarga yang kurang, sumber daya keluarga yang terbatas.
2. Risiko Koping Keluarga Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami ketidakmampuan keluarga untuk melakukan adaptasi yang efektif dalam merespon stressor.
Faktor Risiko: Stresor jangka panjang, kemampuan keluarga yang terbatas dalam merespon stressor.
3. Risiko Integritas Lingkungan Rumah Tidak Adekuat
Definisi: Berisiko mengalami kondisi lingkungan rumah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga.
Faktor Risiko: Kondisi rumah yang kurang baik, higiene dan sanitasi yang kurang memadai.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Efektif
Indikator:
- Keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan anggota keluarga
- Keluarga dapat mencegah masalah kesehatan anggota keluarga
- Keluarga dapat mengelola masalah kesehatan anggota keluarga
2. Koping Keluarga Efektif
Indikator:
- Keluarga dapat mengidentifikasi stressor
- Keluarga dapat menggunakan strategi koping yang efektif
- Keluarga merasa nyaman dengan kemampuan mengatasi stressor
3. Integritas Lingkungan Rumah Adekuat
Indikator:
- Kondisi fisik rumah yang memadai
- Higiene dan sanitasi rumah yang baik
- Keluarga merasa aman dan nyaman dengan kondisi rumah
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kesehatan Keluarga
- Kaji pemahaman keluarga tentang kesehatan anggota keluarga
- Ajarkan keluarga tentang identifikasi, pencegahan, dan pengelolaan masalah kesehatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk perawatan anggota keluarga yang sakit
2. Dukungan Koping Keluarga
- Kaji stressor jangka pendek dan jangka panjang yang dihadapi keluarga
- Ajarkan keluarga teknik koping yang efektif untuk mengatasi stressor
- Fasilitasi diskusi dan musyawarah keluarga dalam mencari solusi atas masalah
3. Manajemen Lingkungan Rumah
- Kaji kondisi fisik, higiene, dan sanitasi rumah
- Berikan edukasi tentang pentingnya lingkungan rumah yang sehat dan aman
- Kolaborasi dengan pihak terkait untuk perbaikan kondisi rumah
Catatan:
Asuhan keperawatan yang diberikan diharapkan dapat membantu keluarga dalam mengelola masalah kesehatan, mengatasi stressor, dan meningkatkan kualitas lingkungan rumah, sehingga tercapai kondisi keluarga yang sehat, sejahtera, dan dapat beradaptasi secara efektif.