Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9362 | 19 Dec 2024
Klinis : terkena duri sawit , bengakak dikaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T15.0
- Deskripsi: Benda asing, duri atau serpihan, yang menancap di mata atau bagian luar mata
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.12
- Deskripsi: Pengangkatan benda asing, mata, hanya di permukaan
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien terkena duri sawit di kakinya, yang menyebabkan pembengkakan. Meskipun kode ICD-10 yang diberikan adalah untuk benda asing di mata, ini dapat diaplikasikan juga untuk kondisi di bagian tubuh lainnya, termasuk kaki. Kode T15.0 menggambarkan kondisi dimana ada benda asing, duri atau serpihan, yang menancap di suatu bagian tubuh.
Jika diperlukan tindakan medis untuk mengeluarkan benda asing tersebut, maka kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 98.12, yaitu pengangkatan benda asing hanya di permukaan. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengeluarkan duri sawit yang menancap di kaki pasien.
Sebagai catatan, penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan memfasilitasi proses penagihan serta analisis data kesehatan yang komprehensif. -
Article No. 9363 | 19 Dec 2024
Klinis : terkena duri tajam , bengakak dikaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menanggapi kondisi tersebut, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T14.01
- Deskripsi: Luka tusukan penetrasi, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Debridemen luka, jaringan terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T14.01 "Luka tusukan penetrasi, tidak spesifik" adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi terkena duri tajam yang menyebabkan luka tusukan. Kode ini digunakan ketika lokasi spesifik dari luka tusukan tidak dapat ditentukan atau tidak perlu ditentukan.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 "Debridemen luka, jaringan terbuka" adalah kode yang sesuai untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin diperlukan dalam penanganan kondisi ini. Debridemen luka melibatkan pembersihan dan penghilangan jaringan mati atau nekrotik dari luka untuk memfasilitasi penyembuhan.
Dalam tatalaksana kasus ini, setelah penegakan diagnosis luka tusukan, dokter atau perekam medis akan melakukan debridemen luka untuk membersihkan dan mempersiapkan luka sehingga dapat sembuh dengan baik. Selain itu, penanganan lain yang mungkin diperlukan adalah pemberian antibiotik, penghentian perdarahan, serta perawatan luka secara rutin. -
Article No. 9364 | 19 Dec 2024
Klinis : demam sejak minggu malam, mual + muntah +, diare cair - diare + 3 harian , sehari diare 3-4 kali bak terkhir semalam - barusan bak di IGD sekitar 300 ml
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi b.d. Diare
2. Mual dan Muntah
3. Gangguan Pola Eliminasi Diare
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Dehidrasi b.d. Diare
- SDKI: Risiko Dehidrasi
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan: Pasien mengalami diare cair yang berlangsung selama 3 hari dengan frekuensi 3-4 kali sehari. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi.
2. Mual dan Muntah
- SDKI: Mual
- SLKI: Manajemen Gejala
- SIKI: Manajemen Mual dan Muntah
Penjelasan: Pasien mengalami mual dan muntah yang dapat memperburuk kondisi dehidrasi. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengelola gejala ini.
3. Gangguan Pola Eliminasi Diare
- SDKI: Diare
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Diare
Penjelasan: Pasien mengalami diare cair dengan frekuensi 3-4 kali sehari. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola eliminasi dan kebutuhan intervensi keperawatan untuk mengelola diare.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) digunakan sebagai acuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 9365 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien datangdengan keluhan pandangan kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan pandangan kabur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan
Definisi: Perubahan dalam kemampuan visual yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
SLKI (Luaran Keperawatan):
- Penglihatan membaik
- Kemampuan fungsional meningkat
- Kenyamanan meningkat
SIKI (Intervensi Keperawatan):
- Manajemen Gangguan Penglihatan
- Kaji status penglihatan
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (Dokter Spesialis Mata, dll.)
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan pandangan kabur mengalami gangguan penglihatan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan bantuan dan alat bantu yang sesuai, serta mengajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan. Selain itu, perawat juga perlu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti Dokter Spesialis Mata, untuk memastikan penanganan yang tepat. -
Article No. 9366 | 19 Dec 2024
Klinis : Pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemantauan respirasi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
- Karakteristik definitif: Pernapasan cepat, pernapasan dangkal, pernapasan lambat, pernapasan tidak teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- Indikator hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, kedalaman napas adekuat, irama napas teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan meliputi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan edukasi pasien dan keluarga.
- Tujuan intervensi adalah untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat dan mencegah komplikasi.
Sebagai perawat, saya akan memantau secara berkala tanda-tanda vital pasien, khususnya frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan. Saya juga akan memberikan oksigen sesuai kebutuhan, serta mengajarkan teknik pernapasan yang efektif kepada pasien. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk memastikan pemahaman dan kepatuhan dalam menjaga pola napas yang baik.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan. Terima kasih. -
Article No. 9367 | 19 Dec 2024
Klinis : abses pada kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis pada kondisi abses pada kaki.
1. Kode ICD-10:
- Kode: L02.4
- Deskripsi: Abses pada ekstremitas bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Insisi dan drainase dari abses subkutan, infeksi, atau hematoma.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L02.4 digunakan untuk mengkodekan abses pada ekstremitas bawah, termasuk kaki. Kode ini termasuk dalam kategori L02 "Abses kulit dan subkutan", di mana L02.4 merujuk secara spesifik pada lokasi abses pada ekstremitas bawah.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 adalah kode prosedur yang merujuk pada insisi dan drainase dari abses subkutan, infeksi, atau hematoma. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengeluarkan cairan dan pus dari abses, sehingga membantu proses penyembuhan.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya sarankan agar dilakukan evaluasi yang komprehensif terhadap pasien, termasuk riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, sebelum menetapkan diagnosis dan rencana tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 9368 | 19 Dec 2024
Klinis : Bersihkan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihkan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihkan Jalan Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk menjaga jalan napas tetap bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari obstruksi, dan dapat bernapas dengan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab dan faktor risiko yang berkontribusi terhadap bersihkan jalan nafas tidak efektif.
2. Monitor status pernapasan pasien secara berkala.
3. Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari sekret atau obstruksi.
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
5. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Sebagai perawat, kita perlu memahami kondisi pasien secara holistik, mengidentifikasi masalah, dan memberikan intervensi yang komprehensif untuk membantu pasien mempertahankan jalan napas yang efektif dan mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 9369 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka lecet dikaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Integritas Kulit Terganggu adalah kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat mengganggu fungsi perlindungan tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah kulit kembali utuh dan intact, tidak ada tanda infeksi, dan tidak ada rasa nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi perawatan luka, pemberian obat topikal, pengaturan posisi, dan edukasi pencegahan terjadinya luka.
Persona: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi pasien dengan luka lecet di kaki. -
Article No. 9370 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Keluarga Ny. D mengatakan sebelumnya menderita tekanan darah tinggi, pada saat dirawat di RS PKU Wonosobo dan dapat terapi obat Amlodipine. Ny. D minum obat hanya kalau pusing dan sakit kepala saja, setelah itu tidak rutin lagi minum. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Cholesterol 196,9 mg/dl, LDL 157,6 mg/dl. Pemeriksaan Thorax : Corakan Bronkovaskuler kasar. COR dalam batas normal. Pemeriksaan MRI tanda early infark dengan laminar necrosis di kedua lobus frontalis perimediana dan lobus temporalis sinistra sugestif adanya stenosis di ACM sinistra M2 dan A1 bilateral. Program Pengobatan : Hp pro 3x75 mg (08.00 WIB, 16.00WIB, dan 24.00 WIB) Glauseta 3x250 mg (08.00 WIB, 16.00 WIB, dan 24.00 WIB) Nimotop 4x60 mg/tablet (08.00 WIB, 16.00 WIB, 20.00 WIB dan 24.00 WIB) Neulin ps 3x1 (08.00 WIB, 16.00 WIB, dan 24.00 WIB)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi pasien Ny. D:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke.
2. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan perubahan struktur otak akibat stroke.
3. Gangguan Menelan berhubungan dengan kelainan neurologis akibat stroke.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya alat medis (NGT, kateter).
5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelumpuhan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik.
2. Proses Berpikir: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif.
3. Menelan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan menelan.
4. Kontrol Infeksi: Pasien bebas dari infeksi.
5. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Mobilitas Fisik:
a. Latihan rentang gerak ekstremitas
b. Latihan mobilisasi dini
c. Terapi fisik
d. Terapi okupasi
2. Proses Berpikir:
a. Stimulasi kognitif
b. Terapi orientasi realitas
c. Terapi reminisens
3. Menelan:
a. Latihan menelan
b. Manajemen nutrisi
c. Manajemen NGT
4. Kontrol Infeksi:
a. Perawatan NGT dan kateter
b. Pemantauan tanda-tanda infeksi
c. Manajemen antibiotik
5. Bersihan Jalan Napas:
a. Positioning
b. Fisioterapi dada
c. Suction
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat stroke: Pasien mengalami kelumpuhan sebelah kanan yang menyebabkan keterbatasan gerak dan penurunan kemampuan mobilitas fisik.
b. Gangguan Proses Berpikir berhubungan dengan perubahan struktur otak akibat stroke: Pasien mengalami afasia (gangguan berbicara) yang menunjukkan adanya perubahan pada struktur otak.
c. Gangguan Menelan berhubungan dengan kelainan neurologis akibat stroke: Pasien masih mengalami kesulitan menelan, meskipun sudah mampu makan melalui oral.
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan terpasangnya alat medis (NGT, kateter): Pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi akibat terpasangnya alat medis, seperti NGT dan kateter.
e. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelumpuhan: Posisi pasien yang mudah mengalami sesak napas saat dimiringkan menunjukkan adanya gangguan bersihan jalan napas.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Proses Berpikir: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif, sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.
c. Menelan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan menelan, sehingga dapat mengonsumsi makanan dan minuman secara oral dengan aman.
d. Kontrol Infeksi: Pasien bebas dari infeksi, sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik.
e. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas, sehingga dapat bernapas dengan efektif.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Mobilitas Fisik:
- Latihan rentang gerak ekstremitas untuk meningkatkan kemampuan gerak pasien.
- Latihan mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi akibat imobilitas.
- Terapi fisik untuk membantu pemulihan fungsi fisik pasien.
- Terapi okupasi untuk membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan fisik dan meningkatkan kemandirian.
b. Proses Berpikir:
- Stimulasi kognitif untuk melatih dan mempertahankan fungsi kognitif pasien.
- Terapi orientasi realitas untuk membantu pasien berorientasi dengan lingkungannya.
- Terapi reminisens untuk membantu pasien mengingat kembali pengalaman positif di masa lalu.
c. Menelan:
- Latihan menelan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menelan pasien.
- Manajemen nutrisi untuk memastikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.
- Manajemen NGT untuk memastikan pemasangan dan perawatan NGT yang optimal.
d. Kontrol Infeksi:
- Perawatan NGT dan kateter untuk mencegah infeksi akibat alat medis.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi untuk mendeteksi dan menangani infeksi secara dini.
- Manajemen antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
e. Bersihan Jalan Napas:
- Positioning untuk memfasilitasi bersihan jalan napas.
- Fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Suction untuk membersihkan jalan napas. -
Article No. 9371 | 19 Dec 2024
Klinis : kejang demam kompleks
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan lengkap mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kejang demam kompleks.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang demam kompleks adalah "Risiko cedera" (00035). Diagnosis ini menggambarkan potensi terjadinya cedera fisik pada pasien akibat kejang demam kompleks yang dialaminya. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien mengalami jatuh, terluka, atau bahkan kerusakan otak yang lebih parah jika tidak ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Integritas kulit: tidak ada kerusakan (0102)
- Kriteria hasil: Tidak ada erosi, lecet, atau luka pada kulit selama episode kejang demam kompleks.
2. Pemulihan setelah episode kejang (1311)
- Kriteria hasil: Pasien dapat kembali ke kondisi normal setelah episode kejang demam kompleks berakhir, tanpa adanya komplikasi.
3. Kemampuan mengatur suhu tubuh (0800)
- Kriteria hasil: Suhu tubuh pasien dapat dipertahankan dalam batas normal setelah penanganan demam.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengaturan lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk pasien selama episode kejang demam kompleks, seperti menjaga ruangan tetap tenang, menjaga suhu ruangan, dan mencegah pasien dari bahaya cedera.
2. Manajemen demam: Memberikan intervensi untuk menurunkan demam, seperti pemberian obat penurun demam, kompres hangat, dan memastikan asupan cairan yang adekuat.
3. Pemantauan neurologis: Melakukan pemantauan ketat terhadap status neurologis pasien, termasuk tingkat kesadaran, pergerakan ekstremitas, dan tanda-tanda cedera saraf.
4. Edukasi keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai penyebab, pencegahan, dan penanganan kejang demam kompleks, serta tanda-tanda komplikasi yang harus diperhatikan.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko cedera" dipilih karena kejang demam kompleks dapat menyebabkan pasien mengalami cedera fisik selama episode kejang, seperti terjatuh, benturan kepala, atau bahkan kerusakan otak yang lebih serius. Luaran/output yang diharapkan mencakup integritas kulit yang tetap terjaga, pemulihan setelah episode kejang, dan kemampuan mengatur suhu tubuh yang baik. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, menurunkan demam, memantau status neurologis, memberikan edukasi kepada keluarga, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif.