Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9352 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan (M) usia 18tahun dengan diagnosa atresia ani saat ini telah dilakukan stoma. Saat ini persiapan operasi untuk dilakukan pembuatan membran anal. Hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data : TD 130/70 mmhg, suhu 36.8 C, nadi 120x/menit, RR = 30x/menit. Didapatkan adanya stoma dengan kondisi stoma terlihat kemerahan adanya pus, dengan adanya iritasi pada kulit abdomen sekitar stoma, terlihat adanya feses penuh di kantong stoma dengan warna feses agak hitam dan tidak terlalu padat, perut terlihat kembung, klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa mual, klien juga terlihat ketakutan karena akan dilakukan operasi besok pagi. Obat-obat yang diberikan : ranitidin 3 x 1 tablet,cefixime : 3 x 500 mg per IV, terpasang infus RL 30 tetes/menit makro.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q42.3
- Deskripsi: Atresia ani tanpa fistula
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 46.10
- Deskripsi: Kolostomi, tidak dinyatakan tempat lain
Penjelasan:
Pasien adalah seorang anak perempuan berusia 18 tahun dengan diagnosis atresia ani (kelainan bawaan di mana anus tidak terbuka secara normal). Saat ini, pasien telah menjalani prosedur pembentukan stoma (kolostomi) sebagai tindakan sementara. Selanjutnya, pasien akan menjalani operasi untuk pembuatan membran anal.
Saat ini, ditemukan adanya komplikasi pada stoma, yaitu:
- Stoma terlihat kemerahan dan terdapat pus, menandakan adanya infeksi
- Iritasi pada kulit abdomen sekitar stoma
- Feses penuh di kantong stoma dengan warna agak hitam dan tidak terlalu padat, menandakan adanya masalah pada saluran pencernaan
- Perut terlihat kembung
- Pasien mengeluh tidak nafsu makan karena merasa mual
Untuk mengatasi kondisi tersebut, pasien mendapatkan terapi obat-obatan, yaitu:
- Ranitidin 3 x 1 tablet, sebagai antagonis reseptor H2 untuk mengurangi produksi asam lambung
- Cefixime 3 x 500 mg per IV, sebagai antibiotik untuk mengatasi infeksi
- Cairan infus RL 30 tetes/menit, untuk mengganti cairan dan elektrolit
Secara keseluruhan, pasien ini membutuhkan penanganan komprehensif terkait kondisi atresia ani dan komplikasi pada stoma yang terjadi. Pemantauan yang ketat serta pemberian terapi yang tepat sangat penting untuk mendukung kesembuhan pasien. -
Article No. 9353 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita umur 28 tahun dibawa ke rumah sakit jiwa karena sering ketakutan. Setelah dikaji oleh perawat pasien sering menangis, bilang sering takut, ngomong sendiri. Sebutkan diagnosa ICD, SDKI, SLKI, SIKI, Strategi pelaksanaan beserta kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yg sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Perilaku Kekerasan (SDKI Kode 00149)
- Definisi: Resiko untuk berperilaku atau bertindak dengan cara yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain secara fisik, psikologis, sosial, atau verbal.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan psikologis, riwayat penyalahgunaan zat, riwayat kekerasan.
Diagnosa ICD:
1. F41.1 Gangguan Kecemasan Generalisasi
SLKI (Luaran Keperawatan):
1. Kontrol Perilaku (SLKI Kode 1405)
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan perilaku negatif.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan.
- Pasien dapat menggunakan strategi untuk mengontrol perilaku kekerasan.
- Pasien dapat mengatasi faktor pencetus perilaku kekerasan.
SIKI (Intervensi Keperawatan):
1. Manajemen Perilaku (SIKI Kode 4390)
- Definisi: Menciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik serta memfasilitasi perilaku yang diinginkan.
- Aktivitas:
- Kaji faktor-faktor pencetus perilaku kekerasan.
- Bantu pasien mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif.
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan.
2. Terapi Reminissensi (SIKI Kode 4820)
- Definisi: Menggunakan kenangan masa lalu untuk memfasilitasi pengungkapan perasaan dan emosi.
- Aktivitas:
- Dorong pasien untuk menceritakan pengalaman dan kenangan masa lalunya.
- Diskusikan makna dan perasaan yang terkait dengan kenangan tersebut.
- Bantu pasien mengintegrasikan pengalaman masa lalu ke dalam kehidupannya saat ini.
Strategi Pelaksanaan:
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
2. Kaji secara komprehensif riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat penyakit jiwa dan penggunaan obat-obatan.
3. Kolaborasi dengan ahli kesehatan jiwa lainnya, seperti psikiater dan psikolog, untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai gangguan kecemasan yang dialami, serta pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
5. Monitor respons pasien terhadap intervensi keperawatan dan obat-obatan yang diberikan.
6. Evaluasi secara berkala kemajuan yang dicapai oleh pasien dan lakukan penyesuaian rencana perawatan jika diperlukan.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan darah rutin (seperti profil darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal)
2. Pemeriksaan CT-Scan atau MRI otak untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan struktural otak
3. Tes psikologis (seperti tes kepribadian, tes kecemasan, atau tes depresi)
Obat-Obatan:
1. Antidepresan (seperti SSRI atau SNRI) untuk mengatasi gejala kecemasan dan depresi
2. Benzodiazepine (seperti diazepam atau lorazepam) untuk mengelola kecemasan akut
3. Antipsikotik (seperti risperidone atau olanzapine) jika diperlukan untuk mengatasi gejala psikotik atau perilaku kekerasan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku (SLKI Kode 1405)
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan.
- Pasien dapat menggunakan strategi untuk mengontrol perilaku kekerasan.
- Pasien dapat mengatasi faktor pencetus perilaku kekerasan.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa menunjukkan perilaku kekerasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku (SIKI Kode 4390)
- Aktivitas:
- Kaji faktor-faktor pencetus perilaku kekerasan.
- Bantu pasien mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif.
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan.
2. Terapi Reminissensi (SIKI Kode 4820)
- Aktivitas:
- Dorong pasien untuk menceritakan pengalaman dan kenangan masa lalunya.
- Diskusikan makna dan perasaan yang terkait dengan kenangan tersebut.
- Bantu pasien mengintegrasikan pengalaman masa lalu ke dalam kehidupannya saat ini.
Saya berharap informasi yang saya berikan dapat membantu Anda dalam memahami dan menangani kasus ini secara komprehensif. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9354 | 19 Dec 2024
Klinis : nyeri lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sesuai dengan informasi yang Anda berikan, untuk kondisi nyeri lutut, kode medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.56
- Deskripsi: Nyeri sendi, lutut
Penjelasan:
Kode ICD-10 M25.56 adalah kode yang digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri sendi pada area lutut. Nyeri lutut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti osteoarthritis, cedera, atau kondisi lainnya yang mempengaruhi sendi lutut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik mengacu pada tindakan medis untuk nyeri lutut.
- Deskripsi: Tindakan medis untuk nyeri lutut dapat bervariasi, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Beberapa contoh tindakan yang mungkin dilakukan antara lain pemberian obat anti-nyeri, terapi fisik, suntikan kortikosteroid, atau bahkan pembedahan (seperti artroskopi atau penggantian sendi lutut) jika diperlukan.
Dalam mengidentifikasi kode medis yang sesuai, dokter atau perekam medis harus mempertimbangkan riwayat medis pasien, hasil pemeriksaan, dan rencana penanganan yang sesuai untuk mengatasi kondisi nyeri lutut tersebut. -
Article No. 9355 | 19 Dec 2024
Klinis : nyeri lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter/Perekam Medik,
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.56
- Deskripsi: Nyeri lutut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.44
- Deskripsi: Artroplasti lutut, tidak terperinci
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M25.56 merujuk pada "Nyeri lutut", yang merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti:
- Osteoartritis lutut
- Cedera lutut (misalnya, keseleo atau robekan ligamen)
- Infeksi lutut
- Kondisi peradangan lainnya di sekitar lutut
2. Kode ICD-9-CM 81.44 merujuk pada "Artroplasti lutut, tidak terperinci", yang merupakan prosedur operatif untuk mengganti sebagian atau seluruh permukaan sendi lutut dengan komponen buatan (protesis). Ini dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi seperti osteoartritis lutut yang parah.
Perlu dicatat bahwa diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, tes diagnostik, dan riwayat medis pasien yang lengkap. -
Article No. 9356 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien mengatkan jika terasa lapar dan dingin serta nyeri pada luka di tempat wsd nya berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan rasa lapar, yang mengindikasikan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan nafsu makan, ketidakmampuan menelan, malabsorpsi, atau peningkatan kebutuhan metabolik.
2. Penurunan Suhu Tubuh
Penjelasan:
Pasien juga mengeluhkan rasa dingin, yang menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti hipotermia, gangguan sistem pengaturan suhu tubuh, atau paparan lingkungan yang dingin.
3. Nyeri Kronis
Penjelasan:
Pasien juga mengatakan bahwa nyeri pada luka di tempat pemasangan WSD (Wound Suction Drain) berkurang. Hal ini mengindikasikan adanya nyeri kronis yang sebelumnya dialami oleh pasien. Nyeri kronis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti luka, penyakit, atau kondisi medis lainnya.
Dalam konteks SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), diagnosis keperawatan di atas dapat digunakan sebagai panduan untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 9357 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 10 tahun ke ruang UGD diperiksa di bed, pada saat pengkajian diperoleh data keluarga mengatakan mata kanan anaknya bengkak dan memerah, bisa dibuka ketika diberikan rangsangan nyeri, pasien tidak menyadari keterbatasannya, kornea mata kanan tampak mengalami perdarahan, TD= 90/60 mmHg, Nadi=89 x/mnt, RR=23 x/mnt.Perawat melakukan pengkajian jatuh humpty dumpty Berapa hasil skor pada kasus di atas? a. 12 b. 15 c. 13 d. 11 e. 14
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera mata terkait penyebab yang belum diketahui
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko cedera mata: Kemungkinan terjadinya kerusakan struktur atau fungsi mata yang dapat mengakibatkan penurunan atau hilangnya penglihatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan kesehatan mata: Kemampuan klien dalam memulihkan fungsi dan struktur mata yang terganggu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen mata: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah pada mata.
Berdasarkan pengkajian Jatuh Humpty Dumpty, skor yang sesuai dengan kasus tersebut adalah 14.
Jadi, jawaban yang tepat adalah e. 14, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse. -
Article No. 9358 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien datangdengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Definisi:
Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
SLKI:
1. Suhu tubuh kembali normal
2. Gejala demam berkurang
3. Keluhan kelelahan berkurang
SIKI:
1. Manajemen hipertermia
a. Pantau suhu tubuh secara berkala
b. Berikan cairan yang cukup
c. Atur lingkungan yang nyaman
d. Terapkan metode penurunan suhu (kompres hangat, kipas, dll)
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat penurun demam, jika perlu
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, yang merupakan salah satu tanda dari hipertermia. Perawat perlu melakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala, memberikan cairan yang cukup, mengatur lingkungan yang nyaman, dan menerapkan metode penurunan suhu untuk mengembalikan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, juga diperlukan untuk pemberian obat penurun demam, jika diperlukan. -
Article No. 9359 | 19 Dec 2024
Klinis : ebelum saudara menusuk pembeluh darah vena pasien, Apa yang harus saudara perhatikan? a. Pastikan sudah di swab b. Memasang turniquet pasien c. menganjurkan pasien untuk mengepal tangan d. Patikan vena yang akan diambil, vena yang besar e. Menganjurkan pasien Rilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebelum melakukan pemasangan infus atau pengambilan sampel darah vena, perawat harus memperhatikan beberapa hal penting sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang tertuang dalam SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Berikut adalah penjelasan singkatnya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap serangan mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan peradangan dan berpotensi menyebar.
- SLKI: Bebas Infeksi, dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi pada lokasi tindakan.
- SIKI: Tindakan yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan dan sterilitas, seperti melakukan cuci tangan, menggunakan alat steril, dan melakukan disinfeksi pada area tindakan.
Jawaban yang tepat adalah:
a. Pastikan sudah di swab
d. Pastikan vena yang akan diambil, vena yang besar
Penjelasan:
a. Pastikan sudah di swab
- Sebelum melakukan tindakan, perawat harus memastikan bahwa area yang akan ditusuk (vena) sudah dibersihkan dan didesinfeksi dengan antiseptik sesuai prosedur.
d. Pastikan vena yang akan diambil, vena yang besar
- Perawat harus memilih vena yang besar dan mudah terlihat atau diraba agar proses pemasangan infus atau pengambilan sampel darah dapat berjalan lancar dan mengurangi risiko komplikasi. -
Article No. 9360 | 19 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan badan terasa lemah di kaki dan letih, timbul sesak nafas setelah pasien bermain sepak bola selama 10 menit. Pemeriksaan tanda-tanda vital : nadi : 108 x/menit, TD : 125/85 mmHg, Pernafasan : 30 x/menit, dyspnea. Ketika perawat melakukan pengkajian MFS, pasien menyadari keterbatasannya Berapa hasil skor pada pasien di atas? a. 20 b. 25 c. 15 d. 0 e. 10
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang diberikan, berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya memberikan diagnosis dan penjelasan singkat sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik yang ditandai dengan sesak napas, kelelahan, peningkatan denyut nadi, dan pasien menyadari keterbatasannya.
Penjelasan singkat:
- Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik, fisiologis, atau psikologis.
- Dalam kasus ini, pasien mengalami sesak napas, kelelahan, dan peningkatan denyut nadi setelah melakukan aktivitas fisik berupa bermain sepak bola selama 10 menit, serta pasien menyadari keterbatasannya.
- Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, pasien memiliki nadi 108 x/menit, tekanan darah 125/85 mmHg, dan respirasi 30 x/menit, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
Skor MFS (Morse Fall Scale):
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien menyadari keterbatasannya, sehingga skor MFS yang sesuai adalah 10.
Jadi, jawaban yang tepat adalah e. 10. -
Article No. 9361 | 19 Dec 2024
Klinis : pasien datangdengan keluhan lemas dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala yang dialami pasien, yaitu lemas dan demam, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan, peningkatan tingkat energi, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring asupan dan output nutrisi
2. Pemberian makanan yang tinggi kalori dan protein
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kebutuhan nutrisi
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Penjelasan diberikan dengan bahasa yang formal dan terperinci, sesuai dengan kapasitas pakar/perawat dalam bidang keperawatan.