Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11323 | 22 Jan 2025
Klinis : resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko jatuh:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko jatuh adalah "Risiko Jatuh". Risiko Jatuh didefinisikan sebagai "Kerentanan untuk jatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik, yang disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor intrinsik (misalnya gangguan keseimbangan, penurunan mobilitas) dan/atau faktor-faktor ekstrinsik (misalnya lingkungan tidak aman)".
Beberapa karakteristik definisi yang mendukung diagnosa ini antara lain:
- Riwayat jatuh sebelumnya
- Gangguan keseimbangan dan mobilitas
- Kondisi medis yang meningkatkan risiko jatuh (misalnya stroke, penyakit Parkinson, osteoporosis)
- Penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan pusing, mengantuk, atau gangguan keseimbangan
- Lingkungan yang tidak aman (misalnya lantai licin, pencahayaan buruk, halangan/barang di jalan)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan untuk menangani Risiko Jatuh, diharapkan dapat tercapai luaran sebagai berikut:
a. Keseimbangan: Klien menunjukkan peningkatan keseimbangan tubuh saat berdiri dan berjalan.
b. Mobilitas: Klien dapat bergerak dengan aman dan mandiri dalam lingkungan sekitar.
c. Pengetahuan: Klien dan keluarga memahami faktor-faktor risiko jatuh dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.
d. Perilaku: Klien dan keluarga menerapkan tindakan pencegahan jatuh dalam aktivitas sehari-hari.
e. Cedera Fisik: Klien tidak mengalami cedera fisik akibat jatuh selama perawatan.
Luaran-luaran ini diharapkan dapat tercapai untuk mengurangi risiko jatuh dan mencegah terjadinya cedera pada klien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan dalam menangani Risiko Jatuh:
a. Asesmen Risiko Jatuh
- Identifikasi faktor-faktor risiko jatuh (intrinsik dan ekstrinsik)
- Evaluasi riwayat jatuh sebelumnya
- Penilaian fungsi fisik (keseimbangan, mobilitas, kekuatan otot)
b. Manajemen Lingkungan
- Identifikasi dan eliminasi bahaya/potensi bahaya di lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh (penerangan, lantai tidak licin, eliminasi halangan)
- Penggunaan alat bantu mobilitas (walker, kursi roda) sesuai kebutuhan
c. Intervensi Keseimbangan dan Mobilitas
- Latihan keseimbangan dan koordinasi
- Latihan penguatan otot dan fleksibilitas
- Pelatihan teknik berjalan yang aman
d. Edukasi dan Konseling
- Edukasi klien dan keluarga tentang risiko jatuh dan tindakan pencegahan
- Konseling untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan dalam menerapkan tindakan pencegahan
e. Pemantauan dan Evaluasi
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status fungsional klien
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan
Intervensi-intervensi ini diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu meningkatkan keseimbangan, mobilitas, pengetahuan, perilaku, dan mencegah terjadinya cedera fisik akibat jatuh pada klien. -
Article No. 11324 | 22 Jan 2025
Klinis : 1. Pasien tidak mengetahui diet piring penderita DM tipe 2 2. Anak pasien mengatakan bahwa pasien seringnya makan nasi merah namun porsi makanannya tetap dalam jumlah banyak 1. Pasien makan nasi putih banyak dengan perbandingan sayur dan lauk yang tidak sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
1. Pasien tidak mengetahui diet piring penderita DM tipe 2:
Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan tentang Diet DM tipe 2
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Individu memiliki pengetahuan yang kurang tentang diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat menjelaskan kembali diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan edukasi tentang diet piring penderita DM tipe 2, seperti porsi nasi, sayur, dan lauk yang seimbang.
2. Anak pasien mengatakan bahwa pasien sering makan nasi merah namun porsi makanannya tetap dalam jumlah banyak:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan Diet pada Penderita DM tipe 2
Penjelasan:
- SDKI: Individu tidak mengikuti rekomendasi diet yang telah ditetapkan untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2.
- SLKI: Pasien dapat menyebutkan diet yang sesuai untuk pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 2 dan berkomitmen untuk menerapkannya.
- SIKI: Memberikan konseling dan motivasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap diet DM tipe 2, termasuk penjelasan tentang porsi yang sesuai.
3. Pasien makan nasi putih banyak dengan perbandingan sayur dan lauk yang tidak sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI: Asupan nutrisi pasien tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, ditandai dengan konsumsi nasi putih yang berlebihan dan proporsi sayur serta lauk yang tidak seimbang.
- SLKI: Pasien dapat menunjukkan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh, termasuk porsi nasi, sayur, dan lauk yang seimbang.
- SIKI: Memberikan edukasi tentang pola makan yang seimbang untuk penderita DM tipe 2, serta memantau asupan makan pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait kondisi yang Anda sampaikan. Jangan ragu untuk menanyakan hal lainnya jika diperlukan. -
Article No. 11325 | 22 Jan 2025
Klinis : ketidak seimbangan kadar glukosa dalam darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Karakteristik Utama: Fluktuasi kadar glukosa darah, polidipsi, poliuri, dan perubahan status mental.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Indikator Luaran: Kadar glukosa darah dalam kisaran normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipoglikemia atau hiperglikemia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin atau agen hipoglikemik, edukasi terkait diet, olahraga, dan manajemen stres.
- Aktivitas Keperawatan: Pengukuran kadar glukosa darah, pemberian insulin sesuai resep, konseling gaya hidup sehat.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengelola ketidakstabilan kadar glukosa darah. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, edukasi pasien dan keluarga, serta pemantauan yang ketat merupakan kunci dalam mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 11326 | 22 Jan 2025
Klinis : sdki ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Diagnosa ini mengacu pada keadaan ketidakseimbangan atau ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah, baik hiperglikemia (kadar glukosa tinggi) maupun hipoglikemia (kadar glukosa rendah). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit diabetes, stres, diet yang tidak tepat, aktivitas fisik yang tidak seimbang, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
a. Kadar glukosa darah dalam rentang normal
b. Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi akibat ketidakseimbangan kadar glukosa darah
c. Klien dapat melakukan manajemen diri yang efektif untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil
d. Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan kadar glukosa darah
e. Klien menunjukkan motivasi dan kemampuan untuk mengikuti rencana perawatan yang telah disusun.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Pemantauan kadar glukosa darah secara rutin
b. Pemberian edukasi dan konseling terkait pengelolaan kadar glukosa darah, meliputi:
- Pengaturan diet yang tepat
- Aktivitas fisik yang sesuai
- Penggunaan obat-obatan secara benar
- Identifikasi dan pencegahan faktor-faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa darah
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll) untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif
d. Pemberian dukungan emosional dan motivasi kepada klien untuk meningkatkan kepatuhan terhadap rencana perawatan
e. Pemantauan tanda-tanda komplikasi akibat ketidakseimbangan kadar glukosa darah dan melakukan tindakan pencegahan/penanganan yang tepat
f. Evaluasi dan modifikasi rencana perawatan secara berkala berdasarkan respons klien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 11327 | 22 Jan 2025
Klinis : ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah yang disebkan oleh hipogliemia, kadar glukosa dalam darah 40mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh hipoglikemia dengan kadar glukosa dalam darah 40 mg/dl.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Penurunan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana individu berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa dalam darah dari rentang normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Tindakan memantau kadar glukosa darah secara berkala.
- Pemberian Nutrisi: Tindakan memberikan asupan nutrisi yang sesuai untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Manajemen Hipoglikemia: Tindakan mengatasi kondisi penurunan kadar glukosa darah di bawah normal.
Dalam kasus ini, dengan kadar glukosa darah 40 mg/dl, terdapat risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang harus segera ditangani. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan kadar glukosa darah secara berkala, pemberian nutrisi yang sesuai, dan manajemen hipoglikemia untuk mengembalikan kadar glukosa darah ke dalam rentang normal. -
Article No. 11328 | 22 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluh kurang tidur, gelisah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang berkualitas dan kuantitas yang dibutuhkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur adalah pasien dapat mencapai dan mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk tidur.
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan untuk mengurangi kecemasan dan memfasilitasi tidur.
3. Edukasi Tentang Tidur: Memberikan edukasi kepada pasien tentang pola tidur yang sehat dan strategi untuk mengatasi insomnia.
4. Kolaborasi dengan Farmasi: Jika diperlukan, pemberian obat-obatan untuk membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan standar-standar ini sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 11329 | 22 Jan 2025
Klinis : Seorang Wanita 35 tahun, datang ke IGD. Keluhan utama adalah sesak. Hasil pemeriksaan fisik Pernafasan 25 x/mnt, dangkal dan irreguler, pernafasan menggunakan otot-otot bantu pernafasan, saat ekspirasi memanjang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan utama pasien yaitu sesak nafas, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan pernafasan 25x/mnt, dangkal dan irreguler, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, serta ekspirasi yang memanjang, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernafasan, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Pola nafas dalam batas normal (12-20x/menit)
2. Tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan
3. Tidak ada suara nafas tambahan (wheezing, stridor, ronchi)
4. Mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau status pernafasan (frekuensi, kedalaman, irama, penggunaan otot bantu pernafasan)
2. Auskultasi suara nafas
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Berikan bronkodilator/mukolitik sesuai indikasi
6. Latih teknik batuk efektif
7. Berikan humidifikasi udara
8. Kolaborasi pemberian terapi lanjutan sesuai kondisi pasien
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam membersihkan saluran nafas sehingga terjadi peningkatan upaya pernafasan dengan penggunaan otot bantu pernafasan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, dan kemampuan batuk yang efektif. Intervensi keperawatan yang diberikan ditujukan untuk memantau status pernafasan, membantu pasien membersihkan jalan nafas, dan mengatasi penyebab gangguan pernafasan. -
Article No. 11330 | 22 Jan 2025
Klinis : Seorang Wanita 35 tahun, datang ke IGD. Keluhan utama adalah sesak. Hasil pemeriksaan fisik Pernafasan 25 x/mnt, dangkal dan irreguler, pernafasan menggunakan otot-otot bantu pernafasan, saat ekspirasi memanjang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan frekuensi pernapasan (25 x/menit)
- Pernapasan dangkal dan tidak teratur
- Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Ekspirasi memanjang
Luaran/Outcome yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Nafas
- Indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12-20 x/menit)
- Irama pernapasan teratur
- Tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sputum yang tertahan
- Target: Pasien menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif dalam 1-2 hari perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Nafas
- Intervensi:
- Posisikan pasien dengan semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru
- Auskultasi suara napas untuk mendeteksi adanya suara napas tambahan
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk menjaga saturasi oksigen
- Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, vibrasi) untuk membantu pengeluaran sekresi
- Berikan nebulizer atau inhaler bronkodilator sesuai resep untuk memperlancar aliran udara
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
- Rasional:
- Menjaga posisi yang memudahkan ekspansi paru
- Mengidentifikasi adanya obstruksi pada jalan napas
- Memantau status pernapasan pasien
- Memberikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen
- Membantu pengeluaran sekresi untuk mempertahankan bersihan jalan napas
- Memperlancar aliran udara ke dalam dan keluar paru
- Memberikan pengobatan sesuai indikasi untuk mengatasi penyebab gangguan bersihan jalan napas
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" karena pasien menunjukkan tanda-tanda gangguan pada jalan nafas, seperti pernapasan yang dangkal, tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan, dan ekspirasi yang memanjang. Luaran yang diharapkan adalah pasien menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif dalam 1-2 hari perawatan, yang ditandai dengan frekuensi pernapasan dalam rentang normal, irama pernapasan teratur, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak ada suara napas tambahan, dan tidak ada sputum yang tertahan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan nafas, seperti menjaga posisi yang memudahkan ekspansi paru, memantau status pernapasan, memberikan oksigen, membantu pengeluaran sekresi, dan memberikan pengobatan sesuai indikasi. -
Article No. 11331 | 22 Jan 2025
Klinis : Nyeri perut sesak nafas mual muntak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan, yaitu nyeri perut, sesak napas, mual, dan muntah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Napas
3. Mual
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien menggunakan metode manajemen nyeri yang efektif, dan pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan terapi farmakologis.
2. Gangguan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, pasien menunjukkan status oksigenasi yang adekuat, dan pasien melaporkan bernapas lebih mudah.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen oksigenasi, manajemen jalan napas, dan perawatan dada.
3. Mual
- SDKI: Perasaan tidak nyaman yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual, pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan pasien menggunakan metode manajemen mual yang efektif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen mual, terapi anti-mual, dan edukasi terkait manajemen mual.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 11332 | 22 Jan 2025
Klinis : pusing sakit kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Sakit kepala
Diagnosis sakit kepala (R51) adalah salah satu gejala umum yang dapat muncul pada berbagai kondisi medis. Sakit kepala dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, dehidrasi, gangguan penglihatan, cedera kepala, atau kondisi medis lainnya. Untuk menentukan penyebab yang mendasari, diperlukan evaluasi komprehensif dari riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik untuk gejala sakit kepala.
- Deskripsi: Manajemen sakit kepala biasanya melibatkan pendekatan multimodal, termasuk pengobatan simptomatik, identifikasi dan penanganan penyebab yang mendasari, serta intervensi terapeutik jika diperlukan. Tindakan medis yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan neurologis, penggunaan analgesik, terapi relaksasi, atau pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI kepala jika diperlukan untuk mengevaluasi penyebab yang mendasari.