Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9312 | 19 Dec 2024
Klinis : Gambaran Kasus Tn. R datang ke rumah Sakit tanggal 12 desember 2024 dengan keluhan nyeri ulu hati 3 jam SMRS. terasa seperti melilit namun tidak menjalar. Rasa pegal sampai ke lengan kiri, dada terasa berat. Riwayat penyakit Hipertensi dan Hepatitis B. Tn. R didiagnosa medis Unstable Angina Pectoris ditandai dengan NSTEMI. Pengkajian terfokus EKG: T Intervensi V4-V6, Foto thorax PA: Jantung dan paru dalam batas normal, tidak tampak tb paru aktif. Nyeri tekan (+) epigastrium, CRT > 2 detik, TTV: TD: 143/81 mmHg, N: 82x/menit, RR: 20x/menit SPO2: 98%, S:36,3°C Hasir lab: Kr: 1,4 mg/dL (<1.2), K: 3,4 mmol/L (3.5-5.0), CL: 108 mmol/L (95-105) RDW-CV: 34,7 FL (35-47) Eosinofil 7.7%% (1-3), GDS: 72 mg/dL (<140)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gambaran kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk Tn. R adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan sindrom koronaria akut (Unstable Angina Pectoris dengan NSTEMI)
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Klien akan melaporkan nyeri terkontrol, menunjukkan perilaku yang menunjukkan nyeri terkontrol, dan berfungsi sesuai kemampuan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, Relaksasi, Terapi komplementer, Edukasi kesehatan.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan sindrom koronaria akut (Unstable Angina Pectoris dengan NSTEMI)
Penjelasan:
- SDKI: Risiko ketidakseimbangan cairan adalah kerentanan terhadap kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Klien akan mempertahankan status cairan yang seimbang, tidak terjadi kelebihan atau kekurangan cairan.
- SIKI: Pemantauan cairan, Manajemen cairan, Edukasi kesehatan.
3. Risiko gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan sindrom koronaria akut (Unstable Angina Pectoris dengan NSTEMI)
Penjelasan:
- SDKI: Risiko gangguan perfusi jaringan jantung adalah kerentanan terhadap pengurangan suplai darah oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Klien akan mempertahankan perfusi jaringan jantung yang adekuat, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi komplikasi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen disfungsi jantung, Edukasi kesehatan. -
Article No. 9313 | 19 Dec 2024
Klinis : Gambaran Kasus Tn. R datang ke rumah Sakit tanggal 12 desember 2024 dengan keluhan nyeri ulu hati 3 jam SMRS. terasa seperti melilit namun tidak menjalar. Rasa pegal sampai ke lengan kiri, dada terasa berat. Riwayat penyakit Hipertensi dan Hepatitis B. Tn. R didiagnosa medis Unstable Angina Pectoris ditandai dengan NSTEMI. Pengkajian terfokus EKG: T Intervensi V4-V6, Foto thorax PA: Jantung dan paru dalam batas normal, tidak tampak tb paru aktif. Nyeri tekan (+) epigastrium, CRT > 2 detik, TTV: TD: 143/81 mmHg, N: 82x/menit, RR: 20x/menit SPO2: 98%, S:36,3°C Hasir lab: Kr: 1,4 mg/dL (<1.2), K: 3,4 mmol/L (3.5-5.0), CL: 108 mmol/L (95-105) RDW-CV: 34,7 FL (35-47) Eosinofil 7.7%% (1-3), GDS: 72 mg/dL (<140)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang dipaparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit Unstable Angina Pectoris ditandai dengan NSTEMI.
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
- Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisiologis dari angina pektoris.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan kegiatan rutin.
- Faktor yang Berhubungan: Kelemahan fisik.
3. Risiko perfusi jaringan jantung tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit Unstable Angina Pectoris.
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri minimal atau tidak ada nyeri, fungsi aktivitas normal, tidak ada tanda-tanda komplikasi.
2. Toleransi Aktivitas
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mempertahankan aktivitas harian tanpa kelelahan yang berlebihan, tidak ada gejala intoleransi aktivitas.
3. Perfusi Jaringan Jantung
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jantung, tidak ada komplikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi toleransi aktivitas pasien
- Anjurkan aktivitas sesuai kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan status kardiovaskular
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda penurunan perfusi jantung
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan masalah kesehatan yang dialami pasien, yaitu nyeri ulu hati, intoleransi aktivitas, dan risiko perfusi jaringan jantung tidak efektif akibat kondisi Unstable Angina Pectoris dengan NSTEMI. Luaran/output yang diharapkan sesuai dengan tujuan penatalaksanaan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu nyeri terkontrol, toleransi aktivitas yang baik, dan perfusi jaringan jantung yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan manajemen perfusi jaringan, dengan tujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9314 | 19 Dec 2024
Klinis : asien menyatakan sulit tidur dan sering terbangun di malam hari. Pasien merasa tidak segar setelah bangun tidur.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Gangguan Pola Tidur (00198). Berdasarkan SDKI, Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Dalam kasus ini, pasien menyatakan sulit tidur, sering terbangun di malam hari, dan merasa tidak segar setelah bangun tidur, yang menunjukkan adanya gangguan pola tidur.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Durasi Tidur Membaik (0004)
- Kriteria hasil: Pasien dapat tidur selama 6-8 jam setiap malam tanpa terbangun.
- Indikator: Pasien dapat tertidur dalam 30 menit atau kurang, terbangun tidak lebih dari 2 kali per malam, dan merasa segar setelah bangun.
2. Kualitas Tidur Membaik (0003)
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan tidur yang restoratif dan merasa lebih segar setelah bangun.
- Indikator: Pasien dapat tertidur dengan mudah, terbangun hanya sedikit, dan merasa segar setelah bangun tidur.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Pola Tidur (5290)
- Definisi: Memfasilitasi pola tidur yang teratur dan memadai untuk memenuhi kebutuhan tidur individu.
- Aktivitas:
- Evaluasi pola tidur pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam atau visualisasi, untuk memfasilitasi tidur.
- Buat lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur, seperti mengatur suhu, pencahayaan, dan menghindari gangguan.
- Beri edukasi tentang perilaku sehat tidur, seperti menjaga jam tidur dan bangun yang konsisten.
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan lain, jika diperlukan, untuk mengatasi faktor medis yang memengaruhi pola tidur.
2. Manajemen Stress (5380)
- Definisi: Membantu pasien untuk mengenali dan mengatasi ketegangan fisik dan psikologis.
- Aktivitas:
- Identifikasi sumber stres pasien dan bantu dalam mengelolanya.
- Ajarkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi, visualisasi, atau meditasi.
- Dorong partisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan dan meredakan stres.
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan lain, jika diperlukan, untuk intervensi psikologis yang lebih komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh pola tidur yang lebih baik, merasa lebih segar setelah bangun, dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9315 | 19 Dec 2024
Klinis : klinis 1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klinis 1, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
- Penurunan fungsi sistem imun
- Tindakan invasif
- Paparan lingkungan yang tidak higienis
Rencana Intervensi (SLKI):
- Mempertahankan hygiene personal
- Melakukan tindakan aseptik
- Meningkatkan pemantauan tanda-tanda infeksi
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
Faktor Risiko:
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan rentang gerak
- Nyeri
Rencana Intervensi (SLKI):
- Memfasilitasi latihan gerak aktif dan pasif
- Menyediakan alat bantu mobilitas
- Mengelola nyeri
3. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada kulit dan membran mukosa.
Faktor Risiko:
- Gangguan sirkulasi darah
- Tekanan pada area tubuh
- Perubahan sensasi
Rencana Intervensi (SLKI):
- Mempertahankan kebersihan kulit
- Menjaga posisi tubuh
- Memberikan perawatan luka
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosa keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar hasil keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI.
- Standar-standar ini digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar. -
Article No. 9316 | 19 Dec 2024
Klinis : gangguan raya nyaman nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan rasa nyaman nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
Penjelasan:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu. Nyeri adalah pengalaman subyektif yang kompleks dan unik pada setiap individu.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan rasa nyaman nyeri meliputi:
a. Pasien melaporkan nyeri terkendali.
b. Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas.
d. Pasien melaporkan peningkatan kualitas tidur.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan rasa nyaman nyeri antara lain:
a. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor penyebab dan faktor yang memperberat nyeri.
b. Terapi Komplementer: Tindakan pemberian terapi komplementer untuk mengurangi nyeri, seperti terapi relaksasi, terapi pijat, dan lain-lain.
c. Edukasi Manajemen Nyeri: Tindakan pemberian informasi dan pelatihan kepada pasien dan keluarga untuk mengelola nyeri secara mandiri.
Secara umum, penanganan gangguan rasa nyaman nyeri memerlukan pendekatan yang komprehensif, melibatkan identifikasi penyebab, penerapan intervensi farmakologis dan non-farmakologis, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9317 | 19 Dec 2024
Klinis : gangguan raya nyaman nyeri (apendisitis )
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan rasa nyaman nyeri pada penderita apendisitis.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri (PPNI, 2017)
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Definisi:
1. Perubahan toleransi rasa nyaman
2. Perubahan ekspresi wajah
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Pernyataan verbal rasa nyeri
5. Perilaku protektif
Faktor Berhubungan:
1. Agen cedera biologis (inflamasi apendiks)
2. Agen cedera kimia (produk inflamasi)
3. Agen cedera fisik (pembengkakan apendiks)
Intervensi Keperawatan (SLKI, SIKI):
1. Manajemen Nyeri (S 0108)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan intervensi farmakologi dan non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
2. Manajemen Aktivitas (S 0202)
- Identifikasi batasan aktivitas akibat nyeri
- Berikan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Libatkan pasien dalam perencanaan aktivitas
3. Edukasi Kesehatan (S 0305)
- Berikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan apendisitis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan pasien
- Diskusikan pencegahan komplikasi
Dengan penerapan intervensi keperawatan sesuai standar PPNI, diharapkan dapat membantu mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien dengan apendisitis. -
Article No. 9318 | 19 Dec 2024
Klinis : gangguan raya nyaman nyeri (apendisitis )
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan rasa nyaman nyeri (apendisitis):
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan semacam itu.
Karakteristik Definisi: Laporan verbal atau ekspresi nonverbal tentang nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perilaku protektif, dan/atau keterbatasan rentang gerak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengatur pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat rangsangan nociceptive.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang sesuai yang diharapkan
- Menggunakan teknik penanganan nyeri yang efektif
- Mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri
- Menyatakan bahwa nyeri terkontrol
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri fisik.
Aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri, seperti pemberian analgetik.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
- Lakukan intervensi yang dapat menurunkan kecemasan dan nyeri, seperti mendengarkan musik atau memberikan dukungan emosional.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang merupakan salah satu kondisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri akut" karena pasien dengan apendisitis akan mengalami nyeri akibat kerusakan jaringan yang terjadi.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Kontrol Nyeri", dimana pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, menggunakan teknik penanganan nyeri yang efektif, dan dapat menyatakan bahwa nyeri terkontrol.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri", yang meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri, mengajarkan teknik non-farmakologis, serta melakukan intervensi untuk menurunkan kecemasan dan nyeri. Evaluasi efektivitas intervensi juga perlu dilakukan untuk modifikasi rencana asuhan jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan apendisitis dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal dan memperoleh kenyamanan selama perawatan. -
Article No. 9319 | 19 Dec 2024
Klinis : gangguan rasa nyaman nyeri ( susp apendiks )
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "gangguan rasa nyaman nyeri (susp apendiks)":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.1
- Deskripsi: Nyeri perut bagian bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Apendektomi, terbuka
Penjelasan:
Kode ICD-10 R10.1 (Nyeri perut bagian bawah) sesuai dengan diagnosa "gangguan rasa nyaman nyeri (susp apendiks)". Hal ini dikarenakan nyeri pada perut bagian bawah dapat menjadi gejala awal dari kondisi peradangan pada apendiks (susp apendisitis).
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan jika diagnosa apendisitis terkonfirmasi, kode ICD-9-CM 47.0 (Apendektomi, terbuka) dapat digunakan. Prosedur ini meliputi pembedahan untuk mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi atau peradangan.
Perlu dicatat bahwa penegakan diagnosis dan pemilihan tindakan medis yang tepat harus dilakukan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan dan evaluasi komprehensif pada pasien. -
Article No. 9320 | 19 Dec 2024
Klinis : gangguan rasa nyaman nyeri ( susp apendiks )
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri (Susp. Apendisitis)
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Nyeri yang dilaporkan atau ditunjukkan oleh individu yang disebabkan oleh inflamasi dan peradangan pada apendiks.
- Penyebab: Obstruksi lumen apendiks, infeksi bakteri, perubahan aliran darah.
- Gejala Khas: Nyeri perut kanan bawah, mual, muntah, demam, nyeri tekan pada regio McBurney.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
- Kriteria Hasil: Skala nyeri menurun, pasien dapat beraktivitas sehari-hari, pasien dapat mengenali faktor yang mempengaruhi nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Pengaturan Posisi, Pemberian Analgetik, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
- Rasional: Menurunkan persepsi nyeri, meningkatkan istirahat, mengurangi inflamasi dan spasme otot.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penanganan yang komprehensif untuk mengatasi gangguan rasa nyaman: nyeri pada kasus susp. apendisitis. Pendekatan holistik yang melibatkan pengkajian, diagnosa, intervensi, dan evaluasi keperawatan sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 9321 | 19 Dec 2024
Klinis : gigi sakit, gusi tidak bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "gigi sakit, gusi tidak bengkak".
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Orofasial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Orofasial adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan pada struktur orofasial, seperti gigi, mulut, rahang, dan wajah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari penanganan nyeri orofasial adalah untuk mengurangi dan mengatasi nyeri pada area orofasial, serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri orofasial antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Identifikasi faktor penyebab nyeri, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, berikan analgesik sesuai resep.
2. Perawatan Oral: Bersihkan mulut dan area orofasial, aplikasikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi.
3. Edukasi Kesehatan: Ajarkan pasien tentang perawatan gigi dan mulut yang tepat, cara menghindari faktor pencetus nyeri.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang berpedoman pada PPNI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam mengatasi masalah nyeri orofasial pada pasien.