Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11428 | 23 Jan 2025
Klinis : kangen fitri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "kangen Fitri" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Keluarga: Kangen Fitri
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Keluarga: Kangen Fitri adalah keadaan di mana anggota keluarga mengalami perasaan sedih, rindu, dan kehilangan karena adanya pemisahan dengan anggota keluarga lainnya secara fisik.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam kondisi ini adalah:
1. Keluarga dapat mengekspresikan perasaan kangen dengan cara yang tepat.
2. Keluarga dapat mempertahankan hubungan yang positif dengan anggota keluarga yang terpisah.
3. Keluarga dapat menemukan cara untuk mengatasi rasa kangen.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan dukungan emosional kepada keluarga.
2. Membantu keluarga mengembangkan strategi untuk mengatasi rasa kangen.
3. Memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara keluarga yang terpisah.
4. Mengajarkan teknik-teknik manajemen stres dan koping yang efektif.
5. Melibatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi.
Secara umum, penanganan kondisi "kangen Fitri" ini memerlukan pendekatan yang berfokus pada dukungan emosional, pengembangan strategi koping yang tepat, dan facilitasi komunikasi antar anggota keluarga. Peran perawat sebagai pakar adalah untuk membantu keluarga dalam mengatasi permasalahan ini secara komprehensif. -
Article No. 11429 | 23 Jan 2025
Klinis : pusing berputar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing berputar.
Diagnosis Keperawatan:
Vertigo
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Vertigo merupakan diagnosis keperawatan yang termasuk dalam domain sensori-perseptual dengan kelas gangguan pergerakan. Vertigo didefinisikan sebagai persepsi palsu gerakan rotasi atau perpindahan diri dalam ruang, yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibuler, visual, atau proprioseptif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan vertigo antara lain kontrol vertigo, toleransi aktivitas, dan keseimbangan tubuh yang membaik. Pasien diharapkan mampu mengenali penyebab, tanda, dan gejala vertigo serta menerapkan manajemen vertigo yang sesuai.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan vertigo meliputi manajemen vertigo, terapi pergerakan, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Tujuan intervensi ini adalah untuk mengatasi gejala vertigo, meningkatkan keseimbangan, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pusing berputar (vertigo) pada pasien. -
Article No. 11430 | 23 Jan 2025
Klinis : nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Dada
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah dada.
Penyebab:
1. Kondisi jantung (misalnya infark miokard, angina pektoris, perikarditis)
2. Kondisi paru-paru (misalnya pneumonia, emfisema, pleuritis)
3. Gangguan muskuloskeletal (misalnya spasme otot, cedera otot)
4. Gangguan gastrointestinal (misalnya penyakit refluks gastroesofageal)
5. Gangguan psikologis (misalnya stres, kecemasan)
Karakteristik Mayor:
1. Laporan pasien tentang nyeri atau ketidaknyamanan di dada
2. Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
3. Gerakan tubuh yang menghindari nyeri (misalnya menghindari aktivitas)
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Tidak ada komplikasi terkait nyeri (misalnya infark miokard, pneumotoraks)
3. Pasien melaporkan berkurangnya nyeri dada
4. Pasien dapat beraktivitas sesuai toleransi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
2. Relaksasi
3. Edukasi Kesehatan
4. Monitor Tanda Vital
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Harapan:
Pasien melaporkan nyeri dada berkurang, dapat beraktivitas sesuai toleransi, dan tidak terjadi komplikasi. -
Article No. 11431 | 23 Jan 2025
Klinis : nyeri dada
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi nyeri dada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R07.4
- Deskripsi: Nyeri dada, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R07.4 (Nyeri dada, tidak terspesifikasi) digunakan untuk mengkodekan keluhan umum berupa nyeri di area dada, tanpa spesifikasi penyebab yang lebih jelas. Ini mencakup keluhan seperti nyeri dada tidak kardiogenik, nyeri dada tidak terspesifikasi, dan nyeri dada NOS (tidak diklasifikasikan di tempat lain).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Pemeriksaan jantung, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 89.52 (Pemeriksaan jantung, tidak terspesifikasi) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan atau evaluasi jantung yang dilakukan untuk mengevaluasi penyebab atau asal-usul nyeri dada. Ini mencakup pemeriksaan jantung secara umum, tanpa spesifikasi prosedur lebih lanjut.
Catatan: Selain kode di atas, terdapat kemungkinan kode ICD-9-CM prosedur lain yang dapat digunakan, tergantung pada pemeriksaan atau intervensi medis yang dilakukan untuk menangani keluhan nyeri dada pasien. -
Article No. 11432 | 23 Jan 2025
Klinis : pusing, demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pusing dan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh dari rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, reaksi imun, dehidrasi, gangguan sistem saraf pusat, atau faktor lingkungan.
- Tanda dan Gejala: Demam, menggigil, kulit hangat dan kering.
2. Nyeri Kepala
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan aktual atau potensial pada struktur kepala.
- Penyebab: Infeksi, stres, ketegangan otot, dehidrasi, atau gangguan sirkulasi otak.
- Tanda dan Gejala: Sakit kepala, nyeri, tekanan di kepala.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Suhu Tubuh: Identifikasi penyebab, pantau tanda-tanda vital, pertahankan suhu tubuh, serta berikan intervensi yang sesuai.
- Nyeri Kepala: Identifikasi karakteristik nyeri, ukur intensitas nyeri, berikan manajemen nyeri yang sesuai, dan evaluasi respons pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Suhu Tubuh: Pasien mencapai suhu tubuh normal, bebas dari tanda-tanda infeksi, dan mempertahankan suhu tubuh yang stabil.
- Nyeri Kepala: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu mengatasi nyeri dengan baik, dan kualitas hidup meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Suhu Tubuh: Pemantauan suhu tubuh, terapi cairan, pemberian obat antipiretik, dan manajemen lingkungan.
- Nyeri Kepala: Manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, terapi relaksasi, dan edukasi pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang tepat, merencanakan intervensi yang sesuai, serta memonitor dan mengevaluasi hasil yang dicapai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 11433 | 23 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun, Mr. Y, dibawa ke IGD dengan keluhan tiba-tiba mengalami demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran selama 2 hari terakhir. Sebelum kejadian, Mr. Y mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual. Riwayat medisnya tidak menunjukkan adanya trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (Glasgow Coma Scale 9). Pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial, tetapi MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif proteinbuatkan patofisiologisnya sesuai ururtan sekalian diagnosis, erus etiologinya terus riwayat penyakit terus pemeriksaan fisik terus pemeriksaan penunjangberdasarkan kasusnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko penurunan perfusi jaringan otak (NANDA-I)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan atau disfungsi seluler, organ, dan sistem.
Penjelasan:
Pasien Mr. Y mengalami gejala neurologis yang mencurigakan adanya infeksi atau inflamasi di otak, seperti kejang, penurunan kesadaran, dan kekakuan ekstremitas. Temuan MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.
2. Risiko gangguan pertukaran gas (NANDA-I)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat alveolar-kapiler.
Penjelasan:
Dengan adanya gejala kejang dan penurunan kesadaran, pasien Mr. Y berisiko mengalami gangguan pertukaran gas yang dapat disebabkan oleh penurunan kesadaran, penurunan kemampuan untuk mempertahankan jalan napas, atau adanya inflamasi di otak yang dapat mempengaruhi pusat pernapasan.
3. Hipertermia (NANDA-I)
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal.
Penjelasan:
Pasien Mr. Y mengalami demam tinggi, yang merupakan tanda infeksi atau inflamasi pada tubuh. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga dapat mempengaruhi perfusi jaringan, termasuk perfusi otak.
Patofisiologi:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kemungkinan penyebab kondisi pasien Mr. Y adalah infeksi otak atau ensefalitis. Infeksi atau inflamasi pada lobus temporal kiri (terlihat pada pemeriksaan MRI) dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan di area tersebut, yang dapat mengganggu aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak. Hal ini dapat memicu gejala kejang, penurunan kesadaran, dan kekakuan ekstremitas.
Etiologi:
Beberapa kemungkinan etiologi dari kondisi pasien Mr. Y adalah:
1. Infeksi virus (misalnya virus herpes simplex, virus varicella-zoster, atau virus lainnya)
2. Infeksi bakteri (misalnya Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, atau lainnya)
3. Infeksi parasit (misalnya malaria atau toksoplasmosis)
4. Autoimun (misalnya ensefalitis anti-NMDA reseptor)
Riwayat Penyakit:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Mr. Y tidak memiliki riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Namun, sebelum kejadian, ia mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual, yang dapat menjadi gejala awal dari infeksi atau inflamasi otak.
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kejang, kekakuan pada ekstremitas, dan penurunan kesadaran (GCS 9), yang merupakan gejala neurologis yang sesuai dengan kemungkinan adanya infeksi atau inflamasi di otak.
Pemeriksaan Penunjang:
- CT scan kepala: tidak menunjukkan adanya perdarahan intrakranial
- MRI kepala: menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri
- Hasil laboratorium: peningkatan kadar leukosit dan C-reaktif protein, yang menunjukkan adanya proses infeksi atau inflamasi.
Berdasarkan kasus di atas, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko penurunan perfusi jaringan otak, Risiko gangguan pertukaran gas, dan Hipertermia. Penatalaksanaan keperawatan harus ditujukan untuk memantau dan mengelola kondisi neurologis, respirasi, dan suhu tubuh pasien, serta mencari dan menangani penyebab infeksi atau inflamasi yang mendasari kondisi pasien. -
Article No. 11434 | 23 Jan 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun, Mr. Y, dibawa ke IGD dengan keluhan tiba-tiba mengalami demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran selama 2 hari terakhir. Sebelum kejadian, Mr. Y mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual. Riwayat medisnya tidak menunjukkan adanya trauma kepala atau penyakit kronis lainnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (Glasgow Coma Scale 9). Pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial, tetapi MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif proteinbuatkan patofisiologisnya sesuai ururtan sekalian diagnosis, erus etiologinya terus riwayat penyakit terus pemeriksaan fisik terus pemeriksaan penunjangberdasarkan kasusnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Fungsi Neurologis Terkait Inflamasi Otak
2. Nyeri Akut
3. Risiko Cedera Terkait Penurunan Kesadaran
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Fungsi Neurologis Terkait Inflamasi Otak
- SDKI: Gangguan Fungsi Neurologis
- SLKI: Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SIKI: Intervensi Terkait Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan: Inflamasi pada lobus temporal kiri yang terdeteksi melalui pemeriksaan MRI kepala dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian dapat memicu gangguan fungsi neurologis seperti kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Intervensi Terkait Manajemen Nyeri
Penjelasan: Keluhan sakit kepala yang sangat parah sebelum kejadian menunjukkan adanya nyeri akut. Nyeri ini dapat disebabkan oleh proses inflamasi yang terjadi di dalam otak.
3. Risiko Cedera Terkait Penurunan Kesadaran
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Keamanan Pasien
- SIKI: Intervensi Terkait Keamanan Pasien
Penjelasan: Penurunan kesadaran yang dialami Mr. Y (GCS 9) meningkatkan risiko terjadinya cedera, seperti jatuh atau trauma lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk menjaga keamanan pasien.
Patofisiologi:
Infeksi atau proses inflamasi pada otak, dalam kasus ini di lobus temporal kiri, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial ini dapat memicu terjadinya gangguan fungsi neurologis, seperti kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran. Selain itu, proses inflamasi juga dapat menyebabkan nyeri kepala yang sangat parah.
Etiologi:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada riwayat trauma kepala atau penyakit kronis lainnya yang dapat menjelaskan penyebab kondisi Mr. Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa etiologi dari kondisi Mr. Y adalah inflamasi pada otak, kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi.
Riwayat Penyakit:
Mr. Y tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang dapat menjelaskan kondisinya saat ini. Sebelum kejadian, ia hanya mengeluhkan sakit kepala yang sangat parah dan mual.
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kejang, kaku pada tangan dan kaki, serta penurunan kesadaran (GCS 9), yang merupakan gejala-gejala dari gangguan fungsi neurologis.
Pemeriksaan Penunjang:
- CT scan kepala menunjukkan tidak ada perdarahan intrakranial.
- MRI kepala menunjukkan adanya inflamasi pada lobus temporal kiri.
- Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar leukosit dan kadar C-reaktif protein, yang mengindikasikan adanya proses inflamasi atau infeksi dalam tubuh. -
Article No. 11435 | 23 Jan 2025
Klinis : demam sejak hari selasa, demam tinggi +, muntah + jika makan atau minum, badan lemas, mimisan,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (00028)
Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, muntah, dan mimisan, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh secara berlebihan. Hal ini memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Hipertermia (00007)
Penjelasan: Pasien mengalami demam tinggi, yang merupakan peningkatan suhu tubuh di atas normal. Intervensi keperawatan diperlukan untuk menurunkan suhu tubuh dan mengatasi penyebab hipertermia.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan: Pasien mengalami tubuh lemas, yang dapat mengurangi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan dibutuhkan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai. Diagnosa keperawatan yang disebutkan di atas mengacu pada SDKI yang diterbitkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus bertujuan untuk mencapai luaran yang ditetapkan dalam SLKI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus mengacu pada SIKI yang diterbitkan oleh PPNI.
Sebagai perawat, saya akan merancang rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 11436 | 23 Jan 2025
Klinis : demam sejak hari selasa, demam tinggi +, muntah + jika makan atau minum, badan lemas, mimisan,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses infeksi, peradangan, atau gangguan termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah pasien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertermia meliputi manajemen suhu tubuh, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Secara umum, kondisi yang Anda deskripsikan (demam sejak hari Selasa, demam tinggi, muntah, badan lemah, mimisan) dapat mengarah pada diagnosis keperawatan Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi. Pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan profesional diperlukan untuk menentukan penyebab dan rencana penanganan yang tepat. -
Article No. 11437 | 23 Jan 2025
Klinis : Pasien Anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue)
- Definisi: Keadaan subjektif yang ditandai dengan perasaan lelah, lemah, dan hilangnya energi yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan kelelahan karena penurunan suplai oksigen ke jaringan.
2. Intoleransi Aktivitas (Activity Intolerance)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang biasa dilakukan.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otot, sehingga mengurangi kemampuan fisik pasien.
3. Defisit Volume Cairan (Fluid Volume Deficit)
- Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular.
- Penyebab: Anemia dapat menyebabkan penurunan volume darah yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Diagnosa keperawatan dalam SDKI disusun berdasarkan definisi, penyebab, tanda, dan gejala yang spesifik.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan dalam SLKI disusun berdasarkan kriteria hasil yang terukur dan dapat diamati.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI merupakan panduan yang dikeluarkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menetapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan dalam SIKI disusun berdasarkan aktivitas, tujuan, dan rasional yang jelas.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpedoman pada bukti terbaik untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien.