Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9426 | 20 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan pusing saat malam hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Tone saya akan akademis, dan saya akan menjawab sebagai seorang perawat yang pakar dalam bidang ini.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengatakan pusing saat malam hari:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakstabilan Hemodinamik". Diagnosa ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu pusing yang terjadi pada malam hari.
Pusing saat malam hari dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perubahan pola tidur, stres, atau masalah kesehatan lainnya. Diagnosa "Ketidakstabilan Hemodinamik" menggambarkan adanya perubahan dalam sistem kardiovaskular yang menyebabkan pusing atau gejala lainnya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
a. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal.
b. Manajemen Gejala: Pasien melaporkan penurunan gejala pusing yang dialami saat malam hari.
c. Pengetahuan tentang Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas hemodinamik dan strategi untuk mengurangi gejala pusing.
d. Kepatuhan terhadap Pengobatan: Pasien menunjukkan kepatuhan dalam mengikuti rencana pengobatan dan intervensi yang direkomendasikan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan:
a. Pemantauan Hemodinamik: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan, untuk mendeteksi perubahan hemodinamik.
b. Manajemen Hidrasi: Mengatur asupan cairan dan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
c. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan sekitar pasien, seperti pencahayaan, suhu, dan posisi tidur, untuk meminimalkan faktor-faktor yang dapat memicu pusing.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi stabilitas hemodinamik, seperti stres, pola tidur, dan gaya hidup, serta strategi untuk mengurangi gejala pusing.
e. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan dan menyesuaikannya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai stabilitas hemodinamik, mengurangi gejala pusing, dan meningkatkan pengetahuan serta kepatuhan terhadap pengobatan. -
Article No. 9427 | 20 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan pusing saat beraktivitas, dan malam hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu pusing saat beraktivitas dan malam hari, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas.
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh kekurangan energi, gangguan toleransi, atau kelemahan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien, seperti pusing saat beraktivitas dan malam hari, menunjukkan bahwa pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
- Pasien tidak mengalami pusing atau gejala lain saat beraktivitas.
- Pasien dapat menyelesaikan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
2. Manajemen Energi Efektif
- Pasien dapat mengatur penggunaan energi dengan baik saat melakukan aktivitas.
- Pasien dapat mengidentifikasi aktivitas yang membutuhkan energi lebih banyak dan menyusun strategi untuk mengelola energi.
- Pasien dapat beristirahat cukup untuk memulihkan energi setelah beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Aktivitas
- Mengkaji kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas.
- Membantu pasien merencanakan dan menjadwalkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- Mengajarkan pasien teknik manajemen energi, seperti mengatur irama aktivitas, melakukan istirahat yang cukup, dan memilih aktivitas yang sesuai.
- Memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti pusing, kelelahan, dan peningkatan denyut nadi.
2. Peningkatan Aktivitas Fisik
- Mengembangkan program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan ringan, jalan kaki, atau latihan peregangan.
- Membantu pasien mengatur intensitas dan durasi aktivitas fisik secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
- Memantau respons pasien selama aktivitas fisik dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
3. Manajemen Nutrisi
- Mengkaji status nutrisi pasien dan menentukan kebutuhan kalori dan nutrisi yang sesuai.
- Memberikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan energi.
- Membantu pasien menyusun rencana makanan yang memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi.
4. Manajemen Istirahat dan Tidur
- Mengkaji pola istirahat dan tidur pasien serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Memberikan edukasi tentang pentingnya istirahat dan tidur yang cukup untuk memulihkan energi.
- Membantu pasien mengembangkan rutinitas tidur yang baik, seperti mengatur jam tidur, menghindari stimulasi sebelum tidur, dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas dan manajemen energi yang efektif, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 9428 | 20 Dec 2024
Klinis : BENJOLAN DIPERUT
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menanggapi kondisi "BENJOLAN DI PERUT", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin digunakan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R19.0
- Deskripsi: Massa atau benjolan di abdomen
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.26
- Deskripsi: Biopsi dinding abdomen
Penjelasan:
Kode ICD-10 R19.0 "Massa atau benjolan di abdomen" digunakan untuk menggambarkan kondisi umum adanya benjolan atau massa di area perut atau abdomen pasien. Hal ini mencakup berbagai kemungkinan etiologi, dari abnormalitas struktural hingga proses patologis seperti tumor atau pembengkakan.
Jika diperlukan, prosedur diagnostik seperti biopsi dinding abdomen (kode ICD-9-CM 88.26) dapat dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut karakteristik dan penyebab dari benjolan yang terdeteksi. Prosedur ini dapat membantu dalam menentukan diagnosis yang lebih spesifik dan rencana penatalaksanaan yang tepat bagi pasien.
Perekam medis dan profesional kesehatan harus memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap terkait kondisi pasien, temuan klinis, dan tindakan medis yang dilakukan untuk memastikan pengodean yang tepat dan pelaporan yang sesuai. -
Article No. 9429 | 20 Dec 2024
Klinis : AMBIEN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis untuk kondisi "AMBIEN":
1. Kode ICD-10:
- Kode: F13.0
- Deskripsi: Intoksikasi akut karena penggunaan hipnotik dan sedatif, termasuk barbiturat, termasuk amnesia yang disebabkan oleh obat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Pemberian obat hipnotik atau sedatif intravena.
Penjelasan:
Kode ICD-10 F13.0 digunakan untuk mendiagnosis intoksikasi akut karena penggunaan hipnotik dan sedatif, termasuk barbiturat, yang dapat menyebabkan amnesia. Ini mencakup kondisi "AMBIEN" yang merupakan salah satu jenis obat tidur dalam kategori hipnotik dan sedatif.
Kode ICD-9-CM 94.62 mengacu pada prosedur pemberian obat hipnotik atau sedatif secara intravena, yang mungkin dilakukan dalam penanganan kasus intoksikasi akibat penggunaan AMBIEN.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk menggunakan kode diagnosis dan prosedur yang sesuai untuk mendokumentasikan kondisi dan tindakan medis yang dilakukan dengan tepat. -
Article No. 9430 | 20 Dec 2024
Klinis : WASIR
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K64
- Deskripsi: Hemoroid dan varises anal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.44
- Deskripsi: Eksisi atau obliterasi hemoroid, dengan prosedur pembedahan lainnya
Penjelasan detail:
Kondisi wasir atau hemoroid merupakan pembengkakan vena di dalam atau di sekitar anus. Kode ICD-10 yang sesuai adalah K64, yang mencakup berbagai jenis hemoroid, termasuk eksternal, internal, trombosis, dan lainnya.
Jika diperlukan tindakan medis, prosedur yang dapat dilakukan adalah eksisi atau obliterasi hemoroid, yang dikodekan sebagai 49.44 dalam ICD-9-CM. Prosedur ini melibatkan penghilangan atau penyusutan secara pembedahan dari jaringan hemoroid yang membengkak.
Kode ini digunakan oleh dokter, perekam medis, dan tenaga kesehatan lainnya untuk dokumentasi, pengkodean, dan penagihan layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dengan kondisi wasir. -
Article No. 9431 | 20 Dec 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi oksigenasi atau pengeluaran karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme sel.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penyebab: Perubahan dalam ventilasi, perfusi, atau difusi, Obstruksi jalan napas, Perubahan volume cairan, Ketidakseimbangan elektrolit, Gangguan imunologi, dan lain-lain.
Gejala dan Tanda: Dispnea, Sianosis, Bunyi napas abnormal, Perubahan dalam gas darah, Perubahan dalam hasil tes fungsi paru, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan jalan napas yang paten, Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, Pasien menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat, dan lain-lain.
Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, Irama napas teratur, Tidak ada sianosis, dan lain-lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas, Manajemen oksigen, Manajemen ventilasi, Manajemen kardiovaskular, Manajemen cairan, dan lain-lain.
Aktivitas Keperawatan: Mempertahankan jalan napas paten, Memantau status respirasi, Memberikan oksigen, Memantau status kardiovaskular, dan lain-lain.
Jadi, dalam kondisi gangguan pertukaran gas, perawat perlu melakukan assessment yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan merumuskan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 9432 | 20 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan gatal gatal di seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pruritus (Gatal)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang mendorong keinginan untuk menggaruk.
Karakteristik mayor: Pasien mengeluhkan gatal di seluruh tubuh.
Karakteristik minor: Pasien tampak gelisah dan sering menggaruk kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Gatal
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan sensasi gatal pada kulit.
Indikator:
a. Melaporkan berkurangnya sensasi gatal.
b. Menunjukkan perilaku untuk mengurangi gatal (seperti menggunakan pelembab, tidak menggaruk secara berlebihan).
c. Melaporkan tidak ada gangguan tidur akibat gatal.
d. Menunjukkan perubahan warna kulit dan/atau ruam yang berkurang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pruritus
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kontrol dan pengurangan sensasi gatal pada kulit.
Aktivitas:
a. Kaji penyebab, lokasi, durasi, dan intensitas gatal.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gatal (misalnya, stres, alergi, kering, dll.).
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli kulit) untuk menentukan penyebab dan penanganan gatal.
d. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi gatal, seperti menggunakan pelembab, menghindari sabun, dan menghindari garukan.
e. Berikan obat anti-gatal sesuai resep dokter.
f. Pantau respons pasien terhadap intervensi dan lakukan modifikasi jika dibutuhkan.
g. Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Pruritus (Gatal)" dipilih karena pasien mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, yang merupakan karakteristik mayor dari diagnosa ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Kontrol Gatal", yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan sensasi gatal pada kulit.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Pruritus", yang bertujuan untuk memfasilitasi kontrol dan pengurangan sensasi gatal pada kulit. Aktivitas-aktivitas dalam intervensi ini mencakup pengkajian, identifikasi faktor penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemberian intervensi non-farmakologis dan farmakologis, serta pemantauan respons pasien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 9433 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi dengan diagnosa BBLSR tampak pucat dengan hasil pemeriksaan darah kadar haemoglobin darah 7.3 gr/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi dengan diagnosa BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) yang tampak pucat dengan hasil pemeriksaan darah kadar hemoglobin 7,3 gr/dl:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan.
Faktor Risiko: Anemia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Adekuat
2. Tanda-Tanda Vital dalam Batas Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Nutrisi Adekuat
3. Pemberian Suplemen Zat Besi
Penjelasan Singkat:
Bayi dengan diagnosa BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) memiliki risiko perfusi jaringan terganggu karena anemia yang ditandai dengan kadar hemoglobin darah yang rendah (7,3 gr/dl). Hal ini dapat menyebabkan penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat dan menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal melalui pemantauan tanda-tanda vital, pemberian nutrisi adekuat, dan pemberian suplemen zat besi. -
Article No. 9434 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi usia 0 hari dengan berat badan 2100 gram dan ada labioschisis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Labioschisis
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko terjadinya penurunan volume darah dari satu atau lebih sistem tubuh yang dapat mengancam kehidupan.
- Faktor Risiko: Kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit (labioschisis).
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi perdarahan pada bayi.
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda perdarahan, seperti perdarahan aktif atau perubahan warna kulit.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan secara berkala.
2. Pertahankan lingkungan yang bersih dan steril untuk mencegah infeksi.
3. Berikan perawatan dan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses penyembuhan.
4. Berikan edukasi kepada keluarga tentang pencegahan dan deteksi dini perdarahan.
5. Koordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, terapis) untuk penanganan komprehensif.
Dengan persona seorang pakar perawat, penjelasan ini memberikan informasi yang jelas dan komprehensif mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi bayi usia 0 hari dengan berat badan 2100 gram dan labioschisis. -
Article No. 9435 | 20 Dec 2024
Klinis : seorang bayi dengan berat badan 2100 gram, ada labioschisis dan mengalami hipoglikemia dengan kadar gds 48 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan: Bayi dengan berat badan 2100 gram mengalami hipoglikemia dengan kadar glukosa darah sewaktu 48 mg/dl, menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh labioschisis yang dapat mengganggu proses menelan dan intake nutrisi yang adekuat.
2. Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan: Adanya labioschisis pada bayi dapat menyebabkan gangguan integritas kulit di area tersebut, yang membutuhkan penanganan khusus.
3. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan: Bayi dengan berat badan 2100 gram dan hipoglikemia memiliki risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital, seperti perubahan frekuensi denyut jantung, pernafasan, dan suhu tubuh.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Gangguan Integritas Kulit
- Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Keseimbangan Nutrisi
- Integritas Kulit
- Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Nutrisi
- Perawatan Luka
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital