Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9593 | 21 Dec 2024
Klinis : Data objektif - Frekuensi napas 28x/menit, SpO₂ : 96%, TD 150/98 MmHg, CRT <3 detik Suara napas vesikular - Nadi meningkat (129x/menit) - Pasien memerlukan bantuan aktivitas - Pasien terlihat lelah dan gelisah - Hasil laboratorium : Bilirubin total 0.2-1.3 mg/dl Bilirubin direk 0-0.4 mg/dl Bilirubin indirek 0-0.09 mg/dl asam urat 3.5-8.5 mg/dl Kolesterol HDL project 40-60 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan fungsi pernafasan berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung dan paru.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan fungsi pernafasan, yang ditandai dengan frekuensi napas yang meningkat, SpO2 yang menurun, dan suara napas yang abnormal.
- Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan beban kerja jantung dan paru, yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi dan tanda-tanda takikardi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan fungsi pernafasan yang optimal, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada tanda-tanda distress pernafasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, dan status hemodinamik, serta pemberian terapi oksigen jika diperlukan.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung dan paru.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Kelelahan, yang ditandai dengan pasien terlihat lelah dan gelisah, serta memerlukan bantuan dalam beraktivitas.
- Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan beban kerja jantung dan paru.
SLKI:
- Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan tingkat energi yang optimal, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada tanda-tanda kelelahan.
SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian istirahat yang cukup, dan pemberian dukungan emosional.
Berdasarkan data laboratorium yang diberikan, tidak terlihat adanya kelainan pada parameter darah yang signifikan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang diberikan berfokus pada penurunan fungsi pernafasan dan kelelahan yang terkait dengan peningkatan beban kerja jantung dan paru. -
Article No. 9594 | 21 Dec 2024
Klinis : - Pasien rujukan dari puskesmas palembayan dg dyspneu ec TB paru aktif + sindrom dispepsia - pasien TB paru on OAT, hari ke-2 konsumsi OAT - sesak sejak 1 hari SMRS - batuk (+) >3 bulan - batuk berdarah (-) - keringat malam (+) - penurunan BB disangkal - riw. demam (+) hilang timbul, saat ini demam (-) - perut terasa nyeri terutama di ulu hati - sulit tidur 2 hari ini - penurunan nafsu makan (+) 2 hari ini - mual (-), muntah (-) - warna BAK seperti air cucian daging (-) - BAB biasa -pasien tampak memakai oksigen nasal kanul
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kondisi dan gejala yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.0
- Deskripsi: Pneumonia akibat Klebsiella pneumoniae
- Kode: K30
- Deskripsi: Dispepsia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.01
- Deskripsi: Pemberian oksigen melalui kanula hidung
Penjelasan:
Pasien ini memiliki riwayat tuberkulosis paru aktif dan mengeluhkan gejala-gejala seperti sesak napas, batuk lebih dari 3 bulan, riwayat demam, dan penurunan nafsu makan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri perut, terutama di ulu hati, yang mengarah pada sindrom dispepsia. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah J15.0 untuk pneumonia akibat Klebsiella pneumoniae (terkait dengan tuberkulosis paru aktif) dan K30 untuk sindrom dispepsia.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien tampak memakai oksigen nasal kanul, sehingga kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 94.01 untuk pemberian oksigen melalui kanula hidung. -
Article No. 9595 | 21 Dec 2024
Klinis : - Pasien rujukan dari puskesmas palembayan dg dyspneu ec TB paru aktif + sindrom dispepsia - pasien TB paru on OAT, hari ke-2 konsumsi OAT - sesak sejak 1 hari SMRS - batuk (+) >3 bulan - batuk berdarah (-) - keringat malam (+) - penurunan BB disangkal - riw. demam (+) hilang timbul, saat ini demam (-) - perut terasa nyeri terutama di ulu hati - sulit tidur 2 hari ini - penurunan nafsu makan (+) 2 hari ini - mual (-), muntah (-) - warna BAK seperti air cucian daging (-) - BAB biasa -pasien tampak memakai oksigen nasal kanul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen batuk.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status nutrisi, pemberian makanan, dan konseling gizi.
3. Nyeri Kronis
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berpotensi atau aktual, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan semacam itu, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Pasien dapat mengelola nyeri kronis secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan terapi komplementer.
4. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan, terapi relaksasi, dan edukasi.
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami kondisi yang terkait dengan Tuberkulosis Paru Aktif, disertai sindrom dispepsia. Selain itu, pasien juga mengalami permasalahan pernapasan, nutrisi, nyeri, dan pola tidur. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, pemantauan dan pemberian nutrisi, manajemen nyeri, serta terapi relaksasi dan edukasi untuk memperbaiki pola tidur. -
Article No. 9596 | 21 Dec 2024
Klinis : - Pasien rujukan dari puskesmas palembayan dg dyspneu ec TB paru aktif + sindrom dispepsia - pasien TB paru on OAT, hari ke-2 konsumsi OAT - sesak sejak 1 hari SMRS - batuk (+) >3 bulan - batuk berdarah (-) - keringat malam (+) - penurunan BB disangkal - riw. demam (+) hilang timbul, saat ini demam (-) - perut terasa nyeri terutama di ulu hati - sulit tidur 2 hari ini - penurunan nafsu makan (+) 2 hari ini - mual (-), muntah (-) - warna BAK seperti air cucian daging (-) - BAB biasa -pasien tampak memakai oksigen nasal kanul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penyumbatan jalan napas akibat infeksi TB paru aktif.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Berhubungan dengan peningkatan usaha napas akibat disfungsi paru-paru karena TB paru aktif.
3. Nyeri Kronis
- Berhubungan dengan infeksi TB paru aktif dan sindrom dispepsia.
4. Gangguan Pola Tidur
- Berhubungan dengan nyeri, batuk, dan demam yang timbul hilang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif dan mengeluarkan sekret dengan mudah.
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda penyumbatan jalan napas.
2. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Kontrol Nyeri
- Pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas tanpa hambatan.
- Pasien dapat menggunakan strategi meredakan nyeri secara efektif.
4. Pola Tidur yang Memadai
- Pasien dapat tidur tanpa interupsi dan bangun merasa segar.
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan atau kantuk di siang hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitoring pola napas, bunyi napas, dan produksi sekret.
- Lakukan batuk efektif dan dada assisted coughing.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep.
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Pertahankan posisi semifowler atau posisi yang nyaman.
3. Nyeri Kronis:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgetik sesuai resep.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari pemicu nyeri.
4. Gangguan Pola Tidur:
- Kaji pola tidur, lama tidur, dan kualitas tidur.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur.
- Berikan terapi farmakologis untuk membantu tidur sesuai resep.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 9597 | 21 Dec 2024
Klinis : - Pasien rujukan dari puskesmas palembayan dg dyspneu ec TB paru aktif + sindrom dispepsia - pasien TB paru on OAT, hari ke-2 konsumsi OAT - sesak sejak 1 hari SMRS - batuk (+) >3 bulan - batuk berdarah (-) - keringat malam (+) - penurunan BB disangkal - riw. demam (+) hilang timbul, saat ini demam (-) - perut terasa nyeri terutama di ulu hati - sulit tidur 2 hari ini - penurunan nafsu makan (+) 2 hari ini - mual (-), muntah (-) - warna BAK seperti air cucian daging (-) - BAB biasa -pasien tampak memakai oksigen nasal kanul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekresi berlebih akibat Tuberkulosis Paru Aktif.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh akibat Tuberkulosis Paru Aktif.
3. Nyeri akut berhubungan dengan Sindrom Dispepsia.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nyeri dan Sesak Napas.
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Anoreksia dan Keluhan Mual.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat bernafas dengan mudah, tidak ada suara nafas tambahan, dan mampu mengeluarkan sekret dengan efektif.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup dan tidak merasa kelelahan.
3. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, mengatasi nyeri dengan bantuan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
4. Pola Tidur Membaik: Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam dan merasa segar saat bangun.
5. Status Nutrisi Membaik: Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal, asupan nutrisi yang adekuat, dan tidak ada keluhan mual/muntah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas:
- Monitor pola napas, bunyi napas, dan produksi sekret
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif dan drainase postural
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Rencanakan aktivitas bertahap sesuai kemampuan pasien
- Anjurkan istirahat yang cukup di sela-sela aktivitas
- Berikan bantuan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, frekuensi)
- Berikan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik nonfarmakologis (relaksasi, distraksi)
- Kolaborasi ahli gizi untuk pengaturan diet yang sesuai
4. Peningkatan Pola Tidur:
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhi
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur
- Berikan obat tidur sesuai resep jika diperlukan
5. Manajemen Nutrisi:
- Kaji status nutrisi dan riwayat makan pasien
- Kolaborasi ahli gizi untuk perencanaan diet yang adekuat
- Anjurkan asupan nutrisi tinggi kalori dan protein
- Berikan nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan
Setiap intervensi keperawatan harus dilaksanakan dengan teliti, terdokumentasi dengan baik, serta dievaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 9598 | 21 Dec 2024
Klinis : nyeri pada tangan kanan, digigit ular di jari kedua bengkak sudah hingga hampir siku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan.
Penjelasan:
- Pasien mengalami nyeri pada tangan kanan akibat gigitan ular.
- Nyeri yang dirasakan bersifat akut, karena terjadi secara tiba-tiba dan terkait dengan cedera.
- Nyeri ini perlu segera ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan:
- Gigitan ular dapat menyebabkan luka terbuka dan berisiko tinggi untuk terinfeksi.
- Pembengkakan yang terjadi hingga hampir siku menunjukkan adanya reaksi sistemik yang perlu penanganan cepat.
- Risiko infeksi harus diantisipasi dan diberikan penatalaksanaan yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Meliputi karakteristik nyeri, penyebab nyeri, skala nyeri, dan pengaruh nyeri terhadap aktivitas.
- Risiko Infeksi: Meliputi faktor risiko, tanda dan gejala infeksi, serta pemantauan tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Penurunan rasa nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, dan peningkatan kepuasan pasien terhadap pengelolaan nyeri.
- Risiko Infeksi: Tidak terjadinya infeksi, penurunan tanda dan gejala infeksi, serta penurunan faktor risiko infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Manajemen nyeri, terapi farmakologi, dan edukasi tentang nyeri.
- Risiko Infeksi: Pencegahan infeksi, perawatan luka, dan pemberian antibiotik.
Kesimpulan, pasien dengan kondisi gigitan ular pada tangan kanan perlu mendapatkan penanganan keperawatan yang komprehensif, meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, dan evaluasi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 9599 | 21 Dec 2024
Klinis : Data subjektif - Pasien mengatakan terasa sesak nafas dan lemas - Pasien mengatakan aktivitas masih bisa dilakukan sendiri namun terkadang perlu bantuan - Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak - Klien perokok Data objektif - Frekuensi napas 28x/menit, SpO₂ : 96%, TD 150/98 MmHg, CRT <3 detik Suara napas vesikular - Nadi meningkat (129x/menit) - Pasien memerlukan bantuan aktivitas - Pasien terlihat lelah dan gelisah - Hasil laboratorium : Bilirubin total 2.64 mg/dl Bilirubin direk 1.65 mg/dl Bilirubin indirek 0.99 mg/dl asam urat 13.7 mg/dl Kolesterol HDL project 12mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Faktor Terkait: Imobilisasi, penyakit jantung, stress, rokok.
- Gejala dan Tanda: Frekuensi napas meningkat, sesak napas, perubahan pola napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- Faktor Terkait: Kelemahan, gejala penyakit, kurang latihan.
- Gejala dan Tanda: Pasien memerlukan bantuan dalam aktivitas, kelelahan, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor Terkait: Ketidaknyamanan fisik, stres, gaya hidup.
- Gejala dan Tanda: Pasien mengeluh kesulitan tidur, perubahan pola tidur.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 9600 | 21 Dec 2024
Klinis : Data subjektif - Pasien mengatakan terasa sesak nafas dan lemas - Pasien mengatakan aktivitas masih bisa dilakukan sendiri namun terkadang perlu bantuan - Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak - Klien perokok Data objektif - Frekuensi napas 28x/menit, SpO₂ : 96%, TD 150/98 MmHg, CRT <3 detik Suara napas vesikular - Nadi meningkat (129x/menit) - Pasien memerlukan bantuan aktivitas - Pasien terlihat lelah dan gelisah - Hasil laboratorium : Bilirubin total 2.64 mg/dl Bilirubin direk 1.65 mg/dl Bilirubin indirek 0.99 mg/dl asam urat 13.7 mg/dl Kolesterol HDL project 12mg/dl
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah analisis diagnostik keperawatan, luaran (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Ditandai dengan data subjektif: sesak napas, mengatakan sulit tidur nyenyak, dan data objektif: frekuensi napas meningkat, suara napas vesikular, dan SpO2 96%.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Ditandai dengan data subjektif: pasien mengatakan aktivitas masih dapat dilakukan sendiri namun terkadang perlu bantuan, data objektif: pasien memerlukan bantuan aktivitas dan terlihat lelah.
3. Kelelahan
Definisi: Pengalaman subjektif dari keletihan atau ketidakmampuan untuk berfungsi pada tingkat normal.
Ditandai dengan data subjektif: pasien mengatakan lemas dan data objektif: pasien terlihat lelah dan gelisah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- SpO2 dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan
- Pasien tidak mengeluh lelah setelah beraktivitas
3. Istirahat Terpenuhi
- Pasien dapat tidur nyenyak
- Pasien tidak mengeluh kelelahan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan status pernafasan
- Manajemen jalan napas
- Terapi oksigen
- Edukasi manajemen pernapasan
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen energi
- Latihan aktivitas
- Bantuan perawatan diri
- Edukasi manajemen aktivitas
3. Kelelahan
- Manajemen aktivitas dan istirahat
- Terapi relaksasi
- Terapi nutrisi
- Edukasi manajemen kelelahan
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Berdasarkan data subjektif (sesak napas) dan data objektif (frekuensi napas tinggi, SpO2 96%), pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
- Intoleransi Aktivitas: Berdasarkan data subjektif (pasien mengatakan aktivitas masih dapat dilakukan sendiri namun terkadang perlu bantuan) dan data objektif (pasien memerlukan bantuan aktivitas), pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Kelelahan: Berdasarkan data subjektif (pasien mengatakan lemas) dan data objektif (pasien terlihat lelah dan gelisah), pasien mengalami pengalaman subjektif dari keletihan atau ketidakmampuan untuk berfungsi pada tingkat normal.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Frekuensi napas dalam rentang normal, SpO2 dalam rentang normal, dan tidak ada suara napas tambahan, menunjukkan jalan napas pasien terbebas dari obstruksi.
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan dan tidak mengeluh lelah setelah beraktivitas, menunjukkan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
- Istirahat Terpenuhi: Pasien dapat tidur nyenyak dan tidak mengeluh kelelahan, menunjukkan terpenuhinya kebutuhan istirahat pasien.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status pernapasan, manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan edukasi manajemen pernapasan untuk membantu membersihkan jalan napas pasien.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen energi, latihan aktivitas, bantuan perawatan diri, dan edukasi manajemen aktivitas untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
- Kelelahan: Manajemen aktivitas dan istirahat, terapi relaksasi, terapi nutrisi, dan edukasi manajemen kelelahan untuk membantu mengatasi kelelahan yang dialami pasien. -
Article No. 9601 | 21 Dec 2024
Klinis : bayi tampak kuning
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis komprehensif mengenai kondisi bayi yang tampak kuning, sesuai dengan standar diagnosa dan intervensi keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi bayi yang tampak kuning adalah Hiperbilirubinemia Neonatorum (SDKI, 2016). Hiperbilirubinemia Neonatorum adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kondisi kuning pada kulit dan sklera.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan kadar bilirubin dalam darah bayi
2. Penurunan tanda-tanda klinis hiperbilirubinemia (kuning pada kulit dan sklera)
3. Tidak terjadi komplikasi akibat hiperbilirubinemia, seperti kernikterus
4. Peningkatan rasa nyaman dan kesejahteraan bayi
5. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan orang tua dalam merawat bayi dengan hiperbilirubinemia
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Observasi dan Pemantauan:
- Pantau tanda-tanda klinis hiperbilirubinemia (kuning pada kulit dan sklera)
- Lakukan pemeriksaan kadar bilirubin darah secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital dan tumbuh kembang bayi
2. Terapi Fototerapi:
- Berikan terapi fototerapi sesuai indikasi dan pedoman penatalaksanaan hiperbilirubinemia
- Pantau respon bayi terhadap terapi fototerapi
- Ajarkan orang tua cara perawatan bayi selama fototerapi
3. Edukasi dan Dukungan:
- Berikan edukasi kepada orang tua mengenai hiperbilirubinemia, penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaannya
- Dorong partisipasi aktif orang tua dalam perawatan bayi
- Berikan dukungan psikologis dan emosional kepada orang tua
4. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan dokter dalam penentuan diagnosis dan rencana terapi
- Koordinasi dengan unit lain (misalnya, laboratorium) untuk pemeriksaan kadar bilirubin
- Konsultasi dengan ahli gizi atau laktasi untuk memastikan cukup asupan nutrisi bayi
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan kadar bilirubin, perbaikan tanda-tanda klinis, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kesejahteraan serta kemampuan orang tua dalam merawat bayi dengan hiperbilirubinemia. -
Article No. 9469 | 21 Dec 2024
Klinis : vagina keluar cairan putih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap penyebaran organisme patogen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Asimptomatik: Individu bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Bebas Infeksi: Individu bebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak adanya manifestasi klinis.
3. Pengetahuan Manajemen Infeksi: Individu mengetahui cara mencegah dan mengenali tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
2. Edukasi Manajemen Infeksi: Memberikan informasi kepada individu tentang cara mencegah dan mengenali tanda-tanda infeksi.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi: Observasi secara berkala terhadap tanda-tanda infeksi yang mungkin terjadi.
Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, yaitu vagina keluar cairan putih, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab dan mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen infeksi, edukasi manajemen infeksi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.