Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9526 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan keluhan nyeri saat BAK, Bak sedikit ssedikit diagnosa medis BPH dan akan dilaksanakan operasi TURP
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala dan diagnosis medis yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N40.1
- Deskripsi: Hiperplasia prostatik benigna (BPH)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 60.29
- Deskripsi: Transurethral reseksi prostat (TURP), prosedur bedah untuk mengatasi gejala obstruksi saluran kemih akibat hiperplasia prostatik benigna.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 N40.1 mewakili diagnosis Hiperplasia Prostatik Benigna (BPH), yang merupakan kondisi di mana kelenjar prostat membesar secara abnormal, menyebabkan obstruksi saluran kemih dan gejala seperti nyeri saat berkemih.
- Kode ICD-9-CM 60.29 menunjukkan prosedur Transurethral Reseksi Prostat (TURP), yang merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengurangi ukuran prostat yang membesar dan memperbaiki aliran urin.
- TURP adalah prosedur standar yang sering dilakukan untuk mengatasi gejala BPH yang parah dan memperbaiki fungsi berkemih.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini digunakan oleh dokter, perekam medis, dan staf kesehatan lainnya untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan pada pasien, guna dokumentasi yang akurat dan penagihan yang sesuai. -
Article No. 9527 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan keluhan nyeri saat BAK, Bak sedikit ssedikit diagnosa medis BPH dan akan dilaksanakan operasi TURP
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berkaitan dengan prosedur pembedahan TURP.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Faktor yang Berhubungan: Prosedur pembedahan, nyeri akut.
- Karakteristik: Laporan atau ekspresi pasien tentang nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perilaku nyeri, tanda-tanda vital abnormal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mengatasi nyeri, pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, distraksi, kompres hangat/dingin, edukasi tentang manajemen nyeri.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat merusak kesehatan.
SDKI:
- Faktor yang Berhubungan: Tindakan pembedahan, penurunan sistem imun.
- Karakteristik: Adanya prosedur pembedahan, riwayat infeksi sebelumnya.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Tidak ada tanda dan gejala infeksi, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, pemberian antibiotik, edukasi tentang pencegahan infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan nyeri saat BAK dan diagnosis medis BPH akan menjalani operasi TURP. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang fokus pada pengelolaan nyeri akut akibat prosedur pembedahan dan pencegahan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, distraksi, kompres hangat/dingin, edukasi tentang manajemen nyeri, perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi. -
Article No. 9528 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan keluhan nyeri saat BAK, Bak sedikit ssedikit diagnosa medis BPH dan akan dilaksanakan operasi TURP
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi mengenai Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri saat BAK, dengan diagnosis medis BPH dan akan menjalani operasi TURP.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urinaria sekunder akibat BPH.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Karakteristik definisi ini adalah adanya keluhan nyeri, perubahan ekspresi wajah, perubahan postur tubuh, dan reaksi perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda nyeri, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Memberikan analgesik sesuai indikasi medis.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
4. Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap terapi nyeri.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan nyeri yang komprehensif.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang terintegrasi, diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat nyeri pasien dan memfasilitasi pemulihan pasien sebelum dan setelah operasi TURP. -
Article No. 9529 | 21 Dec 2024
Klinis : diagnosis keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada pasien dengan diagnosis BPH rencana tindakan TURP
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat siang. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan diagnosis BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dengan rencana tindakan TURP (Transurethral Resection of the Prostate).
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Pemberian Analgetik, Distraksi, Relaksasi
Pasien dengan BPH yang akan menjalani TURP dapat mengalami nyeri akut sebelum dan setelah prosedur. Perawat perlu melakukan pengkajian nyeri, memberikan intervensi manajemen nyeri yang sesuai, serta memantau efektivitasnya.
2. Gangguan eliminasi urine
- SDKI: Inkontinensia Urine
- SLKI: Manajemen Eliminasi Urine
- SIKI: Kateterisasi Vesika Urinaria, Bladder Training
Pasien dengan BPH sering mengalami gangguan eliminasi urine, seperti retensi urine atau inkontinensia. Setelah TURP, pasien mungkin memerlukan pemasangan kateter urin sementara untuk memfasilitasi eliminasi urine.
3. Risiko infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka, Pemberian Antibiotik
Prosedur TURP merupakan tindakan pembedahan yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Perawat perlu melakukan pencegahan infeksi, seperti perawatan luka dan pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Risiko gangguan integritas kulit
- SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SLKI: Perawatan Kulit
- SIKI: Perawatan Luka, Peningkatan Perfusi Jaringan
Pasien yang terbaring lama setelah operasi TURP berisiko mengalami gangguan integritas kulit, seperti luka tekan. Perawat harus memantau kondisi kulit dan melakukan tindakan perawatan kulit yang sesuai.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan BPH yang akan menjalani TURP. -
Article No. 9530 | 21 Dec 2024
Klinis : apa luaran untuk diagnosis Kesiapan peningkatan eliminasi urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjawab pertanyaan Anda dengan detil dan komprehensif.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Kesiapan peningkatan eliminasi urin":
Diagnosis Keperawatan: Kesiapan peningkatan eliminasi urin
Definisi: Pola eliminasi urin yang dapat ditingkatkan dan diperkuat.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengeluaran urin dalam batas normal
b. Frekuensi pengeluaran urin dalam batas normal
c. Warna dan bau urin dalam batas normal
d. Kemampuan pasien dalam melakukan manajemen eliminasi urin
e. Kepuasan pasien terhadap pola eliminasi urin
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Kaji pola eliminasi urin pasien saat ini
- Tanyakan frekuensi, volume, warna, dan bau urin
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi urin
b. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pola eliminasi urin yang sehat
- Jelaskan pentingnya eliminasi urin yang teratur
- Ajarkan teknik toilet training yang benar
- Anjurkan konsumsi cairan yang cukup
c. Berikan intervensi sesuai kebutuhan pasien
- Bantu pasien mengatur jadwal toileting
- Berikan alat bantu eliminasi urin jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan (misalnya pemberian obat diuretik)
d. Evaluasi perkembangan eliminasi urin pasien secara berkala
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan karakteristik urin
- Tinjau kembali intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
- Libatkan pasien dan keluarga dalam proses evaluasi
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan "Kesiapan peningkatan eliminasi urin" mengindikasikan bahwa pasien memiliki potensi untuk meningkatkan pola eliminasi urin yang sudah ada. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mencapai pola eliminasi urin yang optimal, ditandai dengan pengeluaran urin yang normal, frekuensi yang sesuai, serta warna dan bau urin yang normal. Pasien juga diharapkan mampu melakukan manajemen eliminasi urin secara mandiri dan merasa puas dengan pola eliminasinya.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian pola eliminasi urin saat ini, edukasi tentang eliminasi urin yang sehat, serta intervensi spesifik sesuai kebutuhan pasien. Evaluasi perkembangan pasien dilakukan secara berkala untuk memastikan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti pemberian obat diuretik, juga dapat dilakukan jika diperlukan untuk membantu mencapai pola eliminasi urin yang optimal. Keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses asuhan keperawatan sangat penting untuk memastikan keberhasilan intervensi yang diberikan. -
Article No. 9531 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena mengalami penurunan kemampuan melihat pada mata kiri. Orang tua melaporkan bahwa mereka melihat adanya cahaya putih atau refleks "mata kucing" pada mata kiri anak, terutama saat difoto dengan flash. Anak ini juga tampak sering menggosok-gosok mata dan sering mengeluh sakit kepala. Setelah dilakukan pemeriksaan funduskopi, dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Retinoblastoma pada mata kiri. Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai serta masalah keperawatan utama adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C69.2
- Deskripsi: Retinoblastoma pada mata kiri.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 14.31
- Deskripsi: Pemeriksaan funduskopi, yang dilakukan untuk mendiagnosis retinoblastoma pada pasien.
Masalah keperawatan utama dari kasus tersebut adalah:
Gangguan penglihatan: Pasien, seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, mengalami penurunan kemampuan melihat pada mata kiri. Orang tua melaporkan adanya cahaya putih atau refleks "mata kucing" pada mata kiri anak, terutama saat difoto dengan flash. Hal ini mengarah pada diagnosis retinoblastoma, yang merupakan tumor ganas pada retina mata.
Gejala yang menyertai, seperti sering menggosok-gosok mata dan mengeluh sakit kepala, juga perlu diperhatikan. Pasien membutuhkan penanganan medis yang tepat untuk menangani kondisi ini, serta dukungan emosional dan edukasi bagi orang tua dalam menghadapi diagnosis retinoblastoma pada anak mereka.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan pengkajian komprehensif terhadap fungsi penglihatan dan gejala yang dialami pasien.
- Memberikan perawatan mata yang sesuai, seperti membersihkan mata dan menghindari iritasi.
- Memantau tanda-tanda perburukan kondisi dan komplikasi yang mungkin terjadi.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis bagi pasien dan orang tua.
- Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai perawatan mata, gejala, dan penanganan retinoblastoma.
- Berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan terpadu bagi pasien.
Dengan pemahaman yang baik mengenai masalah keperawatan utama dan tindakan keperawatan yang sesuai, perawat dapat berperan aktif dalam memberikan perawatan komprehensif dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan retinoblastoma. -
Article No. 9532 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan perut yang membesar, muntah, dan tidak bisa buang air besar selama 2 hari terakhir. Orang tua melaporkan bahwa bayi ini mengalami kesulitan buang air besar sejak lahir dan sering menangis hebat. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan distensi abdomen yang signifikan dan tanda-tanda obstruksi usus. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan diagnosis Penyakit Hirschsprung pada bagian distal kolon. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan dengan penyakit Hirschsprung.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Hambatan Buang Air Besar (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses secara teratur dan efektif.
Penjelasan:
Pada kasus ini, bayi mengalami distensi abdomen yang signifikan dan tanda-tanda obstruksi usus, serta riwayat kesulitan buang air besar sejak lahir. Hal ini menunjukkan adanya hambatan dalam proses pengeluaran feses, yang merupakan karakteristik utama dari diagnosa keperawatan Hambatan Buang Air Besar.
Penyebab: Penyakit Hirschsprung, yang ditandai dengan ketiadaan sel saraf pada bagian distal kolon, menyebabkan ketidakmampuan usus untuk berkontraksi dan mendorong feses keluar.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Kaji pola eliminasi, frekuensi, konsistensi, dan volume feses.
2. Berikan nutrisi yang sesuai untuk memfasilitasi fungsi usus.
3. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit Hirschsprung.
4. Edukasi orang tua tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Pola eliminasi feses membaik.
2. Tidak ada komplikasi akibat obstruksi usus.
3. Orang tua dapat merawat bayi dengan penyakit Hirschsprung.
Dengan demikian, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Hambatan Buang Air Besar, yang memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi penyebab dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9533 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang bayi laki-laki, lahir secara spontan per vagina dengan berat badan lahir 1500 gram. Keadaan umum lemah. Hasil pemeriksaan ditemukan denyut jantung 100x/menit, pernapasan 68x/menit, dan suhu badan 36,4°C. Toraks berbentuk simetris, dengan retraksi subkostal minimal. Hasil pemeriksaan mendapatkan gambaran EKG aritmia, edema, nadi perifer teraba lemah, CRT<3 detik, kulit pucat, terdengar suara jantung S3, Ejection Fraction (EF) menurun, murmur. Hasil diagnose anak suspect Tetralogy of Fallot (ToF). Apa masalah keperawatan utama dalam kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Perawat ahli yang akan memberikan analisis dan masalah keperawatan utama pada kasus yang Anda sampaikan. Dengan tone akademis dan persona seorang pakar perawat, berikut adalah penjelasannya:
Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Penurunan curah jantung (Decreased Cardiac Output)
Penjelasan:
- Bayi ini lahir dengan berat badan rendah (1500 gram), yang dapat menyebabkan imaturitas organ-organ vital termasuk jantung.
- Ditemukan adanya aritmia, edema, nadi perifer lemah, waktu pengisian kapiler (CRT) lebih dari 3 detik, serta penurunan ejeksi fraksi (EF) yang mengindikasikan penurunan fungsi pompa jantung.
- Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, yang berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan bayi.
Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Domain: Kardiovaskular
- Kelas: Fungsi Kardiak
- Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran Keperawatan: Perfusi Jaringan
- Indikator: Nadi perifer, Waktu pengisian kapiler, Tekanan darah, Suhu kulit
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Kardiovaskular
- Aktivitas: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian oksigen, Pemberian cairan intravena, Manajemen medikasi
Demikian penjelasan mengenai masalah keperawatan utama dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diterapkan dalam kasus tersebut. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. -
Article No. 9534 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan demam tinggi, lemas, dan mudah memar. Orang tua juga melaporkan bahwa anak sering kali mengeluh sakit pada tulang dan mengalami perdarahan gusi. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hepatosplenomegali dan beberapa lebam pada kulitnya. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih yang sangat tinggi, dan trombosit yang sangat rendah. Dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sel akibat leukemia limfoblastik akut (LLA).
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh, penurunan massa otot, lemah, letih, apatis, dan perubahan kadar biokimia darah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Berat badan dalam rentang normal, komposisi tubuh sesuai usia, tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi, dan kadar biokimia darah normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian nutrisi yang sesuai kebutuhan, edukasi gizi pada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi asupan nutrisi.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat, menghindari komplikasi akibat defisiensi nutrisi, dan mendukung proses pengobatan leukemia limfoblastik akut. -
Article No. 9535 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan demam tinggi, lemas, dan mudah memar. Orang tua juga melaporkan bahwa anak sering kali mengeluh sakit pada tulang dan mengalami perdarahan gusi. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hepatosplenomegali dan beberapa lebam pada kulitnya. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih yang sangat tinggi, dan trombosit yang sangat rendah. Dokter mendiagnosis anak tersebut dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA). Apa masalah keperawatan utama dari kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik akibat anemia dan trombositopenia.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan penyakit kronis.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh akibat penurunan jumlah sel darah putih.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan status fungsional dan tidak mengalami penurunan kemampuan.
- Pasien dapat mengelola kelelahan dan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
2. Risiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami perdarahan aktif.
- Pasien dapat mempertahankan status hemodinamik yang stabil.
- Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang sesuai.
3. Kelelahan:
- Pasien dapat mengelola energi dan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
4. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
- Pasien dapat mempertahankan status imunitas yang optimal.
- Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitoring tanda-tanda vital dan toleransi aktivitas.
- Pengaturan aktivitas dan istirahat sesuai dengan kondisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
2. Risiko Perdarahan:
- Pemantauan tanda-tanda perdarahan.
- Pencegahan cedera fisik dan trauma.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda perdarahan dan manajemen yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
3. Kelelahan:
- Manajemen energi dan aktivitas.
- Penyediaan lingkungan yang nyaman dan mendukung istirahat.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
4. Risiko Infeksi:
- Pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Pencegahan infeksi melalui teknik aseptik dan pencucian tangan.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan utama yang muncul berdasarkan kasus ini adalah Intoleransi Aktivitas, Risiko Perdarahan, Kelelahan, dan Risiko Infeksi. Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang dialami oleh pasien, seperti demam, lemas, mudah memar, perdarahan gusi, serta hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan penurunan sel darah merah, peningkatan sel darah putih, dan trombositopenia.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, tidak mengalami perdarahan aktif, dapat mengelola kelelahan, serta dapat mempertahankan status imunitas yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital dan toleransi aktivitas, edukasi pasien dan keluarga, pencegahan cedera dan infeksi, serta kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup selama menjalani perawatan untuk Leukimia Limfoblastik Akut (LLA).