Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21018 | 24 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan pusing beputar disertai mual muntah 8x,muntah berwarna kecoklatan keluhan lain disertai batuksulit mengeluarka dahak sering tersedak jika minum.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Aspirasi (00039)
Definisi: Kerentanan terhadap masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Gangguan Mobilitas Jaringan (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 10020
- Definisi: Kerentanan terhadap masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
- Kode: 10138
- Definisi: Sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Gangguan Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 10083
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 20020
- Definisi: Derajat penurunan risiko masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Mual (00134)
- Kode: 20138
- Definisi: Derajat penurunan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 20083
- Definisi: Derajat peningkatan gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Aspirasi (00039)
- Kode: 30020
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan risiko masuknya cairan, sekret, atau benda asing ke dalam trakea dan paru-paru, yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
2. Manajemen Mual (00134)
- Kode: 30138
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan dan berlawanan dengan keinginan untuk muntah.
3. Peningkatan Mobilitas Jaringan (00085)
- Kode: 30083
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan bebas, lancar, dan terkordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menghubungi saya kembali. -
Article No. 21019 | 24 Aug 2025
Klinis : Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas diantar oleh anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang dengan sendirinya. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut, skala 5 (NRS 0-10). Biasanya nyeri akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa seperti kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan. Pasien juga mengatakan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi lain, tetapi tidak pernah disertai bengkak ataupun kemerahan. Pasien mengaku pernah diperiksa asam urat dan hasilnya tinggi. Meskipun demikian, pasien masih dapat bekerja dan tapi tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi keluhannya. Riwayat merokok aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi tidak pernah dialami pasien. Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami tidak diketahui oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita keluhan berupa bengkak dan nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan makanan bersantan. Pasien mengaku sehari-hari kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang berolahraga. Pasien seorang lansia yang sudah menikah dan tidak bekerja, tinggal bersama dengan suami, anak perempuannya, menantu, dan kedua cucunya. Sehingga jumlah angota keluarga yang tinggal dirumah adalah enam orang. Dalam kegiatan sehari-hari pasien hanya di rumah saja, setiap pagi pasien berjualan nasi uduk di rumahnya untuk mengisi kekosongan agar tidak menganggur. Semua kegiatan rumah tangga dikerjakannya bersama dengan anak dan cucu yang tinggal serumah dengannya. Kebutuhan sehari-hari keluarga pasien dicukupi oleh suaminya, umumnya menggunakan uang dari gaji Tn. S sebagai buruh ± Rp 1,2jt/bulan dan dengan uang dari menantunya Tn. W ± 1,5jt/bulan. Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 C; tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight (IMT: 24,1). Status generalis: kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Status lokalis: Regio genu dextra/sinistra ? L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas normal F (feel): Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri tekan +/+ M (move): Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi 90 tidak terbatas) Hasil laboratorium • Asam urat: 7,39 mg/dl • Kolesterol: 165,2 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. S yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode dan definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Sendi (SDKI kode 00133)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial pada sendi.
Faktor yang berhubungan: Penyakit muskuloskeletal, aktivitas yang berlebihan.
2. Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu (SDKI kode 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang bertujuan dari satu titik ke titik lainnya, baik dengan berjalan, menggunakan alat bantu, atau cara lain.
Faktor yang berhubungan: Nyeri sendi, penurunan rentang gerak.
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Makan (SDKI kode 00102)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan dan minum secara mandiri.
Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi muskuloskeletal.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI kode 00188)
Definisi: Rentan mengalami kegagalan dalam pengaturan pribadi dari program pengobatan dan/atau regimen perawatan kesehatan yang efektif.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan terkait penyakit sendi, ketidakteraturan konsumsi obat.
5. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kekurangan Volume Cairan (SDKI kode 00028)
Definisi: Rentan terhadap kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan atau/intraseluler, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Asupan cairan yang tidak adekuat.
Penjelasan singkat:
- Nyeri sendi berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal dan aktivitas yang berlebihan. Pasien mengeluhkan nyeri sendi pada jari-jari tangan, lutut kanan, dan sendi lainnya.
- Mobilitas fisik terganggu akibat nyeri sendi dan penurunan rentang gerak, sehingga menimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas.
- Defisit perawatan diri: makan, karena penurunan fungsi muskuloskeletal yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas makan secara mandiri.
- Risiko ketidakefektifan manajemen kesehatan terkait kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit sendi dan ketidakteraturan konsumsi obat.
- Risiko kekurangan volume cairan akibat asupan cairan yang tidak adekuat. -
Article No. 21020 | 24 Aug 2025
Klinis : asi tidak keluar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi "ASI tidak keluar" yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\ul Gangguan Pemberian ASI\cf1\ulnone (Kode SDKI: B.3.2)\par
\par
\b DEFINISI (SDKI):\b0\par
Kondisi ketidakmampuan ibu dalam memberikan ASI secara adekuat kepada bayi, yang dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau teknik menyusui yang tidak tepat.\par
\par
\b LUARAN YANG DIHARAPKAN (SLKI):\par
\cf2\ul Pemberian ASI Efektif\cf1\ulnone (Kode SLKI: B.0303)\par
\par
\b KRITERIA LUARAN:\b0\par
1. Ibu mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang adekuat.\par
2. Ibu menunjukkan teknik menyusui yang benar.\par
3. Bayi menunjukkan tanda-tanda mendapatkan ASI yang cukup (misalnya: berat badan meningkat, frekuensi BAK 6-8 kali/hari).\par
4. Ibu melaporkan peningkatan rasa nyaman selama proses menyusui.\par
\par
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\par
\cf2\ul Manajemen Laktasi\cf1\ulnone (Kode SIKI: B.3.2.1)\par
\par
\b AKTIVITAS INTERVENSI:\b0\par
1. Ajarkan teknik menyusui yang benar (posisi dan perlekatan).\par
2. Anjurkan frekuensi menyusui yang sering (8-12 kali/hari) untuk merangsang produksi ASI.\par
3. Lakukan manajemen stress pada ibu untuk mengurangi faktor psikologis penghambat laktasi.\par
4. Ajarkan teknik pemijatan payudara dan penggunaan pompa ASI jika diperlukan.\par
5. Kolaborasi dengan konsultan laktasi atau tenaga kesehatan terkait jika diperlukan.\par
6. Monitor asupan nutrisi dan hidrasi ibu.\par
\par
\b CATATAN:\b0\par
Kondisi "ASI tidak keluar" dapat disebabkan oleh multifaktor, termasuk faktor anatomis, hormonal, psikologis, atau teknik menyusui. Penilaian komprehensif diperlukan untuk menentukan penyebab utama dan intervensi yang tepat. Dokumentasi yang akurat dan evaluasi berkala terhadap luaran harus dilakukan untuk memastikan efektivitas intervensi.\par
} -
Article No. 21021 | 24 Aug 2025
Klinis : defisit pengetahuan tentang IUD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi defisit pengetahuan tentang IUD berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
Defisit Pengetahuan (00126)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan (00126)
Definisi: Kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengetahuan Peningkatan Kesehatan (1805)
Definisi: Tingkat pemahaman dan kemampuan individu atau keluarga mengenai konsep dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi Kesehatan (6550)
Definisi: Pemberian informasi dan pengajaran secara terstruktur untuk memfasilitasi pemahaman dan pembelajaran tentang kesehatan.
Dalam konteks defisit pengetahuan tentang IUD, perawat dapat memberikan intervensi edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman pasien atau individu terkait penggunaan IUD sebagai metode kontrasepsi. Edukasi dapat mencakup informasi mengenai definisi, cara kerja, efektivitas, keuntungan, efek samping, serta prosedur pemasangan dan pelepasan IUD.
Dengan memberikan edukasi yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat terkait penggunaan IUD sebagai metode kontrasepsi. -
Article No. 21022 | 24 Aug 2025
Klinis : defisit pengetahuan tentang IUD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red255\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Defisit Pengetahuan tentang IUD\par
\b Kode SDKI:\b0 D.0018\par
\b Definisi (SDKI):\b0 Keadaan individu atau kelompok dengan informasi atau pemahaman yang tidak adekuat mengenai IUD (Intrauterine Device) sebagai metode kontrasepsi, termasuk mekanisme kerja, manfaat, efek samping, prosedur pemasangan, dan perawatan lanjutan.\par
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0\par
\b Kode SLKI:\b0 L.15018 - \i Pengetahuan: Kontrasepsi\i0\par
\b Definisi (SLKI):\b0 Tingkat pemahaman tentang metode, efek, dan penggunaan alat atau obat kontrasepsi.\par
\b Indikator Perilaku (contoh):\par
1. Menyebutkan jenis IUD yang tersedia.\par
2. Menjelaskan mekanisme kerja IUD.\par
3. Mengidentifikasi manfaat penggunaan IUD.\par
4. Menyebutkan efek samping yang mungkin terjadi.\par
5. Menjelaskan prosedur pemasangan dan pencabutan IUD.\par
6. Menyatakan pentingnya kontrol berkala.\par
7. Menyebutkan tanda-tanda komplikasi yang perlu dilaporkan.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\b Kode SIKI:\b0 I.15021 - \i Edukasi: Kontrasepsi\i0\par
\b Definisi (SIKI):\b0 Pemberian informasi dan pembelajaran mengenai metode kontrasepsi untuk membantu individu membuat keputusan yang terinformasi.\par
\b Aktivitas Keperawatan (contoh):\par
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang IUD.\par
2. Jelaskan pengertian, jenis, dan mekanisme kerja IUD.\par
3. Informasikan manfaat, kelebihan, dan kekurangan IUD.\par
4. Diskusikan efek samping dan cara mengatasinya.\par
5. Jelaskan prosedur pemasangan, durasi penggunaan, dan pencabutan.\par
6. Ajarkan tanda-tanda komplikasi yang memerlukan konsultasi medis.\par
7. Anjurkan kontrol berkala sesuai jadual.\par
8. Berikan bahan edukasi tertulis atau visual tentang IUD.\par
9. Evaluasi pemahaman klien dengan metode \i teach back\i0 .\par
\par
\b Catatan:\b0 Kode dan definisi mengacu pada \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 5-6 yang ditetapkan oleh PPNI.\par
} -
Article No. 21023 | 24 Aug 2025
Klinis : nyeri melahirkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri melahirkan, dengan nada akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (NOAK)
Definisi SDKI:
Nyeri Akut (NOAK) adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat sementara, dan biasanya berhubungan dengan suatu penyebab yang dapat diidentifikasi.
Kode SDKI: NOAK
Definisi SLKI:
Manajemen Nyeri (MNYI) adalah kemampuan individu dalam mengidentifikasi, mengurangi, dan mengontrol nyeri yang dirasakan.
Kode SLKI: MNYI
Definisi SIKI:
Pengkajian Nyeri (PNYI) adalah tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yang dialami individu.
Kode SIKI: PNYI
Sebagai perawat pakar, saya dapat menegakkan diagnosa keperawatan Nyeri Akut (NOAK) pada pasien yang mengalami nyeri melahirkan. Diagnosa ini didasarkan pada pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat proses persalinan. Dalam memberikan asuhan keperawatan, saya akan fokus pada Manajemen Nyeri (MNYI) untuk membantu pasien mengidentifikasi, mengurangi, dan mengontrol nyeri yang dirasakan, serta melakukan Pengkajian Nyeri (PNYI) untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri pasien. -
Article No. 21024 | 24 Aug 2025
Klinis : Sesek,pusing,ngliwet badan lemes
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Efektif
Kode: 00032
Definisi: Tercapainya ventilasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Nafas
Kode: 00032
Definisi: Mempertahankan atau memulihkan jalan nafas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. Manajemen Kelelahan (00093)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Kelelahan
Kode: 00093
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pemulihan Kelelahan
Kode: 00093
Definisi: Pemulihan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi
Kode: 00093
Definisi: Membantu klien untuk mengatur aktivitas dan istrahat untuk mencapai keseimbangan energi.
Jadi, berdasarkan gejala yang Anda sebutkan, yaitu sesak, pusing, badan lemas, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Kelelahan. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk masing-masing diagnosa juga telah saya berikan. -
Article No. 21025 | 24 Aug 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 45 tahun, dibawa ke UGD akibat kecelakaan lalu lintas. Keluarga mengatakan pasien sempat muntah menyembur. Hasil pemeriksaan: pupil anisokor, deformitas tulang kepala, hematom periorbita, TD 162/95 mmHg, frekuensi nadi 58 kali / menit, frekuensi napas 30 kali / menit; GCS 12, fraktur tertutup pada tibia fibula. Pertanyaan 1. Sebutkan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus di atas sesuai SDKI 2. Sebutkan 3 intervensi mandiri keperawatan dengan kasus di atas sesuai SIKI ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan sesuai SDKI:
a. Risiko Cedera Intrakranial (10024)
Definisi: Risiko mengalami kerusakan struktur dan fungsi otak akibat trauma atau luka pada kepala.
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (10009)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
c. Nyeri Akut (10029)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
2. Intervensi Mandiri Keperawatan sesuai SIKI:
a. Pemantauan Tanda Tanda Vital (80153)
Definisi: Pengumpulan dan pemantauan data tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi kesehatan.
b. Manajemen Nyeri (80122)
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperburuk nyeri.
c. Manajemen Jalan Napas (80124)
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk mempertahankan dan memfasilitasi fungsi pernapasan yang adekuat.
Kode dan definisi yang saya berikan di atas berasal dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 21026 | 24 Aug 2025
Klinis : Dyspnea ADHF/ NRM 15 lpm, RR 25 x/menit. TD 90/60 support dengan Dobutamin 5 mcg/kg/menit. lasix 5 mg/jam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang ditandai dengan Dyspnea ADHF/NRM 15 lpm, RR 25 x/menit, TD 90/60 dengan support Dobutamin 5 mcg/kg/menit dan Lasix 5 mg/jam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Kekurangan oksigen dan/atau penumpukan karbondioksida pada tingkat seluler.
Karakteristik Definisi: Dispnea, takipnea, sianosis, dan perubahan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Pertukaran Gas (0402)
Indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (0402.1)
- Irama pernapasan teratur (0402.2)
- Saturasi oksigen dalam batas normal (0402.3)
- Tidak ada tanda-tanda sianosis (0402.4)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3120)
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
Aktivitas:
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan ketidaknyamanan)
- Monitor oksigenasi jaringan (saturasi oksigen, warna kulit)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi oksigen, ventilasi mekanik, atau intervensi lain yang diperlukan
2. Manajemen Cairan (4120)
Tujuan: Mempertahankan volume cairan yang adekuat untuk mendukung fungsi kardiovaskular.
Aktivitas:
- Monitor intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi cairan, diuretik, atau intervensi lain yang diperlukan
3. Manajemen Kardiovaskular (4040)
Tujuan: Mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital, irama jantung, dan perfusi perifer
- Pantau efek terapi vasopressor atau inotropik yang diberikan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian terapi kardiovaskular yang diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas" dipilih karena pasien mengalami gejala dispnea, takipnea, dan penurunan saturasi oksigen yang merupakan tanda-tanda gangguan pertukaran gas. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan pertukaran gas, ditandai dengan frekuensi pernapasan normal, irama pernapasan teratur, saturasi oksigen dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten, manajemen cairan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat, dan manajemen kardiovaskular untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti pemberian oksigen, terapi cairan, dan terapi kardiovaskular, juga diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 21027 | 24 Aug 2025
Klinis : Dyspnea ADHF/ NRM 15 lpm, RR 20 x/menit. TD 90/60 support dengan Dobutamin 5 mcg/kg/menit. lasix 5 mg/jam. Saturasi 98%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Berikut adalah penjelasan rinci terkait kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang disebutkan, yaitu Dyspnea ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) dengan dukungan O2 15 lpm, RR 20x/menit, TD 90/60 mmHg dengan tukak Dobutamin 5 mcg/kg/menit, dan pemberian Lasix 5 mg/jam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan nyaman, yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit jantung, edema paru, Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan curah jantung, Acute Decompensated Heart Failure (ADHF), hipotensi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pasien menunjukkan pola napas yang dalam dan teratur
- Pasien menunjukkan SpO2 yang meningkat menjadi 98-100%
- Pasien menunjukkan RR yang menurun menjadi 12-20x/menit
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Pasien menunjukkan peningkatan tekanan darah menjadi 110/70 mmHg
- Pasien menunjukkan peningkatan nadi perifer yang kuat dan teratur
- Pasien menunjukkan peningkatan suhu kulit ekstremitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Monitor dan catat pola napas, frekuensi, irama, dan kedalaman
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (15 lpm)
- Kolaborasi pemberian terapi diuretik (Lasix 5 mg/jam)
- Kolaborasi pemberian inotropik (Dobutamin 5 mcg/kg/menit)
- Ajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi pemberian cairan intravena dan vasopresor (Dobutamin)
- Posisikan pasien dengan kepala tempat tidur elevasi 30-45 derajat
- Pantau intake dan output cairan
- Kaji tanda-tanda sirkulasi perifer (suhu, warna, dan nadi)
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Perfusi Jaringan Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada gejala klinis yang ditunjukkan pasien, yaitu Dyspnea ADHF dengan dukungan oksigen 15 lpm, RR 20x/menit, dan hipotensi (TD 90/60 mmHg) yang membutuhkan dukungan Dobutamin dan diuretik (Lasix).
Luaran/output yang diharapkan adalah stabilisasi pola napas dengan penurunan RR menjadi 12-20x/menit, peningkatan SpO2 menjadi 98-100%, serta peningkatan tekanan darah menjadi 110/70 mmHg, perbaikan sirkulasi perifer, dan peningkatan suhu ekstremitas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pemantauan keadaan pernapasan dan sirkulasi, pemberian oksigen, kolaborasi terapi farmakologis, serta edukasi dan latihan teknik napas dalam dan batuk efektif. Semua intervensi ini bertujuan untuk memulihkan fungsi kardiopulmonal dan memperbaiki perfusi jaringan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Wassalamualaikum.