Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19073 | 29 Jun 2025
Klinis : pasien mengatakn sesak napas rr 30
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan sesak napas dengan frekuensi pernapasan 30 kali per menit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan sesak napas dan frekuensi pernapasan 30 kali per menit adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosa ini mengacu pada kondisi di mana pasien mengalami perubahan dalam kedalaman, frekuensi, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi yang adekuat. Tanda dan gejala yang muncul pada diagnosa ini antara lain peningkatan frekuensi pernapasan, sesak napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Ventilasi Pernapasan (0403): Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. Keseimbangan Oksigen (0402): Pasien dapat mempertahankan kadar oksigen dalam darah pada level yang optimal.
3. Toleransi Aktivitas (0005): Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Pernapasan (6680): Melakukan pemantauan terhadap frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan pasien secara rutin.
2. Manajemen Jalan Napas (3140): Memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan bersih, termasuk memberikan oksigen tambahan jika diperlukan.
3. Manajemen Sesak Napas (3320): Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu sesak napas dan mengambil tindakan untuk menguranginya, seperti posisi semi fowler, teknik relaksasi, dan pemberian bronkodilator.
4. Manajemen Aktivitas (0200): Merencanakan dan memantau aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan yang dapat memperburuk sesak napas.
5. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen sesak napas, pentingnya istirahat, dan strategi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani pasien dengan sesak napas dan frekuensi pernapasan 30 kali per menit. Sebagai seorang perawat, Anda harus selalu berpedoman pada standar praktek keperawatan yang berlaku dan mempertimbangkan kondisi spesifik setiap pasien dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 19074 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (NYKA)
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. Gangguan Pola Tidur (PGPT)
Kode SDKI: 00198
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri Akut (NYKA)
SDKI: Kode 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI: Kode M0101
Definisi: Kemampuan individu untuk melaporkan, mengenali, dan mengatasi nyeri akut.
SIKI: Kode I0107
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri akut.
2. Gangguan Pola Tidur (PGPT)
SDKI: Kode 00198
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
SLKI: Kode M0201
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI: Kode I0201
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
Jadi, dalam kasus ini, pasien mengalami Nyeri Akut (NYKA) yang berhubungan dengan prosedur operasi pada testis dan pemasangan folley kateter, serta Gangguan Pola Tidur (PGPT) yang disebabkan oleh nyeri bekas operasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengelola nyeri akut dan memfasilitasi tidur yang adekuat. -
Article No. 19075 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul terdapat luka operasi pada bagian testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai, beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10001)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 30002
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dapat diterima selama mengalami nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 80001
Definisi: Pencegahan, pengurangan, dan pengendalian nyeri untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluh nyeri pada bagian testis (post-op) dan pada bagian kateter folley, dengan skala nyeri 4/10. Nyeri dapat mengganggu tidur pasien. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, yang ditandai dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. -
Article No. 19076 | 29 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh Nyeri pada bagian testis (post op) dan pada bagian folley kateter. Pasien mengatakan skala nyeri 4/10 Pasien juga mengatakan kalau sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi terkadang timbul terdapat luka operasi pada bagian testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Subjektif:**
- Pasien mengeluh nyeri pada testis (post-op) dan area foley kateter dengan skala nyeri **4/10**.
- Sulit memulai tidur karena nyeri bekas operasi yang timbul intermitten.
**Objektif:**
- Terdapat luka operasi pada testis (diameter **2 cm**).
---
**2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**Kode: L.0801 – Tingkat Nyeri Menurun**
**Kriteria Evaluasi:**
- Skala nyeri berkurang (target: ≤2/10).
- Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan.
- Pasien mampu beristirahat/tidur dengan lebih baik.
---
**3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**Kode: I.0801 – Manajemen Nyeri**
**Intervensi:**
- **Ajarkan teknik relaksasi napas dalam** untuk mengurangi persepsi nyeri.
- **Lakukan reposisi nyaman** untuk mengurangi tekanan pada area operasi.
- **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai protokol (jika diperlukan).
- **Monitor tanda vital** (khususnya tekanan darah dan nadi) sebagai indikator respons nyeri.
- **Edukasi pasien** tentang penggunaan skala nyeri dan pentingnya melaporkan perubahan intensitas.
---
**Catatan Tambahan:**
- **Kode Diagnosa SDKI (00032)** mengacu pada klasifikasi PPNI untuk nyeri akut.
- **SLKI (L.0801)** dan **SIKI (I.0801)** dipilih karena relevansi dengan keluhan utama pasien.
- Intervensi non-farmakologis (reposisi, relaksasi) diprioritaskan sebelum medikasi, kecuali nyeri memberat.
Format ini memenuhi standar akademis dan klinis berbasis evidence-based practice.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) – PPNI, Edisi Terkini*.
- *Standar Luaran & Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) – PPNI*.
*(Dokumen ini disusun dalam format RTF sesuai permintaan.)* -
Article No. 19077 | 29 Jun 2025
Klinis : pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse, maka dapat ditetapkan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00004
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01001
Definisi: Tingkat keparahan gejala infeksi yang diminimalkan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi pada pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien memiliki luka post operasi pada testis dengan diameter 2cm, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko Infeksi". Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi, seperti perawatan luka, pemberian antibiotik, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Luaran yang diharapkan adalah tingkat keparahan gejala infeksi yang diminimalkan. -
Article No. 19078 | 29 Jun 2025
Klinis : Soal DDS Kasus Sirosis Hepatis: Seorang pria berusia 56 tahun datang ke klinik diantar istrinya dengan keluhan nyeri perut tidak spesifik selama dua minggu terakhir, perut terasa membesar, sesak napas, dan mudah lelah. Ia memiliki riwayat obesitas dan diabetes melitus yang dikontrol dengan diet. Klien mengatakan rutin mengonsumsi 6 kaleng bir setiap hari dan lebih banyak saat akhir pekan. Ia tidak merokok dan tidak menggunakan obat terlarang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan: Abdomen distensi dengan shifting dullness positif Edema pitting bilateral hingga pertengahan tungkai Spider angioma pada wajah dan dada bagian atas Terdapat memar-memar pada tungkai Pemeriksaan Laboratorium: Albumin: 2.4 g/dL (normal: 3.5–5.5) Bilirubin total: 1.2 mg/dL (normal: 0.1–1.0) AST: 142 U/L, ALT: 108 U/L → rasio AST/ALT >1 ALP: 74 U/L Natrium: 130 mEq/L INR: 1.8 Hb: 11.6 g/dL, MCV: 112 μm³, RDW: 18% Ultrasonografi: Hati membesar dengan permukaan nodular dan echotexture heterogen. Pembesaran vena porta dan lienalis, Ascites, Splenomegali ringan, Sonoelastografi: Kekakuan jaringan hati: 22.3 kPa → menunjukkan sirosis dengan hipertensi portal signifikan. Biopsi hati menunjukkan fibrosis melingkar dengan steatosis makrovesikuler dan peradangan limfositik portal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke otot dan penurunan massa otot akibat sirosis hepatis.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Berhubungan dengan penurunan asupan makanan, malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik akibat sirosis hepatis.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- Berhubungan dengan retensi cairan, edema, dan ascites akibat sirosis hepatis dengan hipertensi portal.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
- Berhubungan dengan penurunan aliran darah perifer dan perubahan sirkulasi akibat sirosis hepatis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Klien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan setelah beraktivitas.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Klien dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Klien menunjukkan peningkatan asupan makanan yang adekuat.
- Klien tidak mengalami tanda-tanda kekurangan nutrisi.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Klien tidak mengalami edema yang progresif.
- Klien dapat mempertahankan berat badan stabil.
- Klien tidak mengalami ascites yang progresif.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer:
- Klien tidak mengalami memar atau perdarahan yang berlebihan.
- Klien tidak mengalami gangren atau nekrosis jaringan perifer.
- Klien menunjukkan peningkatan sirkulasi perifer yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik menghemat energi dan pengaturan aktivitas.
- Lakukan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi klien.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Lakukan penilaian status nutrisi klien secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau asupan makanan dan cairan klien serta tingkat penyerapannya.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Monitor tanda-tanda vital, berat badan, dan intake-output cairan.
- Bantu klien dalam mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi diuretik dan albumin, jika diperlukan.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer:
- Pantau tanda-tanda perdarahan dan perubahan warna kulit.
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan perdarahan.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi untuk memperbaiki sirkulasi perifer.
Catatan: Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya sangat diperlukan untuk mengelola kondisi sirosis hepatis pada klien. -
Article No. 19079 | 29 Jun 2025
Klinis : Soal DDS Kasus Sirosis Hepatis: Seorang pria berusia 56 tahun datang ke klinik diantar istrinya dengan keluhan nyeri perut tidak spesifik selama dua minggu terakhir, perut terasa membesar, sesak napas, dan mudah lelah. Ia memiliki riwayat obesitas dan diabetes melitus yang dikontrol dengan diet. Klien mengatakan rutin mengonsumsi 6 kaleng bir setiap hari dan lebih banyak saat akhir pekan. Ia tidak merokok dan tidak menggunakan obat terlarang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan: Abdomen distensi dengan shifting dullness positif Edema pitting bilateral hingga pertengahan tungkai Spider angioma pada wajah dan dada bagian atas Terdapat memar-memar pada tungkai Pemeriksaan Laboratorium: Albumin: 2.4 g/dL (normal: 3.5–5.5) Bilirubin total: 1.2 mg/dL (normal: 0.1–1.0) AST: 142 U/L, ALT: 108 U/L → rasio AST/ALT >1 ALP: 74 U/L Natrium: 130 mEq/L INR: 1.8 Hb: 11.6 g/dL, MCV: 112 μm³, RDW: 18% Ultrasonografi: Hati membesar dengan permukaan nodular dan echotexture heterogen. Pembesaran vena porta dan lienalis, Ascites, Splenomegali ringan, Sonoelastografi: Kekakuan jaringan hati: 22.3 kPa → menunjukkan sirosis dengan hipertensi portal signifikan. Biopsi hati menunjukkan fibrosis melingkar dengan steatosis makrovesikuler dan peradangan limfositik portal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus sirosis hepatis berdasarkan data klinis yang disajikan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (D.0022)**
**Definisi:** Kelebihan atau kekurangan cairan dan/atau elektrolit tubuh yang dapat mengganggu homeostasis.
**Data Pendukung:**
- Ascites (distensi abdomen, shifting dullness positif)
- Edema pitting bilateral
- Hiponatremia (Na: 130 mEq/L)
- Hipoalbuminemia (Alb: 2.4 g/dL)
**SDKI (D.0022):**
- **Kriteria Mayor:** Edema perifer, ascites, ketidakseimbangan elektrolit.
- **Kriteria Minor:** Sesak napas, kelelahan.
**SLKI (L.14030):** **Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga**
- Kriteria:
- Edema berkurang (skala 1–4: dari berat → ringan).
- Ascites menurun (pengukuran lingkar perut).
- Kadar natrium dalam batas normal (135–145 mEq/L).
**SIKI (I.14030):** **Manajemen Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
- Intervensi:
- Monitor intake-output cairan.
- Batasi asupan natrium (<2 g/hari).
- Berikan diuretik sesuai resep (misal: spironolakton + furosemid).
- Evaluasi edema dan ascites secara berkala.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (D.0030)**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat gangguan absorbsi atau peningkatan kebutuhan.
**Data Pendukung:**
- Hipoalbuminemia (2.4 g/dL)
- Riwayat konsumsi alkohol kronis (6 kaleng bir/hari)
- Kelelahan
**SDKI (D.0030):**
- **Kriteria Mayor:** Penurunan albumin, kelemahan otot.
- **Kriteria Minor:** Anoreksia (implisit dari riwayat alkohol).
**SLKI (L.03020):** **Status Nutrisi Memadai**
- Kriteria:
- Kadar albumin meningkat (≥3.5 g/dL).
- Asupan protein adekuat (1.2–1.5 g/kgBB/hari).
**SIKI (I.11030):** **Manajemen Nutrisi**
- Intervensi:
- Diet tinggi protein dan kalori, rendah lemak jenuh.
- Suplementasi vitamin (terutama B kompleks dan D).
- Hindari alkohol absolut.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Perdarahan (D.0298)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap perdarahan akibat gangguan koagulasi.
**Data Pendukung:**
- INR meningkat (1.8)
- Memar pada tungkai
- Hipertensi portal (risiko varises esofagus)
**SDKI (D.0298):**
- **Faktor Risiko:** Gangguan sintesis faktor koagulasi, trombositopenia sekunder splenomegali.
**SLKI (L.29020):** **Perdarahan Tidak Terjadi**
- Kriteria:
- Tidak ada hematemesis/melena.
- INR dalam batas aman (<1.5).
**SIKI (I.42030):** **Pencegahan Perdarahan**
- Intervensi:
- Monitor tanda perdarahan (hematemesis, petekie).
- Hindari prosedur invasif jika memungkinkan.
- Siapkan transfusi FFP jika diperlukan.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Intoleransi Aktivitas (D.0098)**
**Definisi:** Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
**Data Pendukung:**
- Kelelahan
- Sesak napas
- Anemia (Hb: 11.6 g/dL)
**SDKI (D.0098):**
- **Kriteria Mayor:** Kelemahan, dispnea saat aktivitas.
**SLKI (L.04010):** **Toleransi Aktivitas Meningkat**
- Kriteria:
- Klien mampu berjalan 10 menit tanpa sesak.
**SIKI (I.09010):** **Manajemen Energi**
- Intervensi:
- Jadwalkan istirahat antaraktivitas.
- Latihan mobilisasi bertahap.
---
### **Catatan Akademis:**
Diagnosa keperawatan di atas mengacu pada **PPNI (2017–2020)** dengan pendekatan evidence-based practice. Prioritas intervensi difokuskan pada:
1. **Manajemen ascites dan edema** (terapi diuretik + restriksi natrium).
2. **Optimasi nutrisi** untuk perbaikan sintesis protein hepatik.
3. **Pemantauan risiko perdarahan** akibat koagulopati.
**Referensi:**
- Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4.
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3.
Format ini memenuhi kaidah dokumentasi keperawatan berbasis **SOAP/APIE** dan siap untuk diintegrasikan dalam rencana asuhan keperawatan (RAK). -
Article No. 19080 | 29 Jun 2025
Klinis : dm ketoasidisis, tinggi hasil lab keton
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu DM Ketoasidosis dengan tingginya hasil lab keton, maka berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (10029)
- Definisi: Kondisi saat terjadi ketidakseimbangan masukan dan keluaran cairan dan elektrolit.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan (10030)
- Definisi: Kondisi saat terjadi gangguan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas (10025)
- Definisi: Kondisi saat terjadi ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10029
Nama: Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Definisi: Kondisi saat terjadi ketidakseimbangan masukan dan keluaran cairan dan elektrolit.
2. Kode: 10030
Nama: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Definisi: Kondisi saat terjadi gangguan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
3. Kode: 10025
Nama: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Kondisi saat terjadi ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 30021
Nama: Keseimbangan Cairan
Definisi: Tercapainya keseimbangan antara masukan dan keluaran cairan.
2. Kode: 30023
Nama: Perfusi Jaringan
Definisi: Tercapainya sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
3. Kode: 30020
Nama: Toleransi Aktivitas
Definisi: Tercapainya kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 80001
Nama: Manajemen Cairan
Definisi: Tindakan untuk mengatur masukan dan keluaran cairan untuk mencapai keseimbangan cairan.
2. Kode: 80002
Nama: Manajemen Perfusi
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
3. Kode: 80003
Nama: Manajemen Aktivitas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas rutin. -
Article No. 19081 | 29 Jun 2025
Klinis : batuk pilek selama satu hari dan pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menangani kondisi batuk pilek selama satu hari dan pusing, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J00
- Deskripsi: Rhinitis akut (pilek)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Pengukuran tekanan darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J00 (Rhinitis akut) sesuai dengan gejala batuk pilek yang dialami pasien selama satu hari. Rhinitis akut adalah peradangan pada membran mukosa hidung yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau alergi.
2. Mengingat pasien juga mengalami gejala pusing, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pengukuran tekanan darah (kode ICD-9-CM 89.7). Hal ini bertujuan untuk menilai apakah ada penyebab fisik yang menyebabkan pusing, seperti hipotensi atau hipertensi.
Pemeriksaan fisik dan evaluasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab pasti dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 19082 | 29 Jun 2025
Klinis : batuk pilek selama satu hari dan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk pilek selama satu hari dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Intoleransi aktivitas
Kode SDKI: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Nyeri kepala
Kode SDKI: 00113
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia. Setiap diagnosa keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia. Setiap luaran keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia. Setiap intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang berperan penting dalam pengembangan dan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI di Indonesia.