Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9486 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan perforasi apendik.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan operasi dan pemasangan drain.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah dan dehidrasi.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan perforasi apendik:
- Pasien mengalami nyeri perut yang menjalar ke kuadran kanan bawah, disertai tanda-tanda khas apendisitis akut kompleks.
- Nyeri disebabkan oleh proses inflamasi dan perforasi pada apendiks.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan operasi dan pemasangan drain:
- Pasien telah menjalani laparotomi dan pemasangan drain, yang meningkatkan risiko infeksi luka operasi dan infeksi terkait perawatan kesehatan.
- Risiko infeksi perlu dikelola dengan perawatan luka dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah dan dehidrasi:
- Pasien mengalami muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.
- Pemantauan status cairan dan elektrolit serta pemberian terapi cairan dan elektrolit yang sesuai diperlukan.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut
- Risiko infeksi
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri
- Pencegahan infeksi
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Perawatan luka operasi
- Terapi cairan dan elektrolit -
Article No. 9487 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan nekrosis apendiks.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut dan penurunan energi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mual dan muntah.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit dan tindakan pembedahan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan pengurangan nyeri perut.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien dapat batuk dengan efektif.
- Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami gejala pernapasan tambahan.
4. Risiko Infeksi:
- Luka operasi bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Pasien tidak mengalami demam atau peningkatan tanda-tanda vital.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Berikan perawatan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien.
- Ajarkan pasien teknik-teknik aktivitas yang dapat dilakukan.
- Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program rehabilitasi.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
- Lakukan suction jika diperlukan.
- Pantau saturasi oksigen dan tanda-tanda pernapasan.
4. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti demam, peningkatan denyut nadi, dan perubahan warna luka.
- Berikan antibiotik sesuai resep dokter.
- Kolaborasi dengan ahli laboratorium untuk pemantauan hasil pemeriksaan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas disajikan dengan nada akademis dan persona pakar keperawatan. -
Article No. 9488 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- SLKI: Penurunan rasa tidak nyaman yang dirasakan individu.
- SIKI: Intervensi untuk mengenali dan mengurangi pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial pada jaringan.
2. Diagnosis Keperawatan: Resiko infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko tertular oleh organisme patogen.
- SLKI: Bebas dari infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko tertular oleh organisme patogen.
3. Diagnosis Keperawatan: Defisit volume cairan
- SDKI: Pengurangan cairan intravasal, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang optimal.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
4. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
- SLKI: Kemampuan melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebih.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Dengan diagnosis keperawatan tersebut, perawat dapat melakukan perencanaan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan apendisitis akut kompleks. -
Article No. 9489 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi apendiks
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Tingkat nyeri menurun, Kontrol nyeri meningkat, dan Kenyamanan meningkat.
- SIKI: Manajemen nyeri, Relaksasi, dan Terapi modalitas nyeri.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi apendiks dan terpasangnya drain
- SDKI: Risiko infeksi adalah rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI: Tidak terjadi infeksi dan Tanda-tanda infeksi menurun.
- SIKI: Pencegahan infeksi, Perawatan luka, dan Perawatan drain.
3. Risiko ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
- SDKI: Risiko ketidakstabilan volume cairan adalah rentan terhadap perubahan jumlah cairan yang tidak seimbang.
- SLKI: Keseimbangan cairan terpelihara dan Tanda-tanda dehidrasi menurun.
- SIKI: Manajemen cairan, Pemberian cairan intravena, dan Pemantauan cairan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi apendiks:
- Pasien mengalami nyeri perut yang dimulai di kuadran kanan bawah, disertai gejala lain seperti mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda apendisitis akut kompleks.
- Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kontrol nyeri, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi apendiks dan terpasangnya drain:
- Perforasi apendiks dapat menyebabkan infeksi lokal atau sistemik.
- Pemasangan drain juga meningkatkan risiko infeksi.
- Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah infeksi, menangani infeksi yang terjadi, dan merawat drain dengan baik.
3. Risiko ketidakstabilan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi:
- Pasien mengalami muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.
- Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan mencegah tanda-tanda dehidrasi.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu pasien dalam pemulihan kondisinya. -
Article No. 9490 | 21 Dec 2024
Klinis : wasir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi wasir.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64
- Deskripsi: Hemorrhoids (Wasir)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.33
- Deskripsi: Excision of internal hemorrhoid(s) (Eksisi hemoroid internal)
- Kode: 45.34
- Deskripsi: Excision of external hemorrhoid(s) (Eksisi hemoroid eksternal)
- Kode: 45.35
- Deskripsi: Destruction of hemorrhoid(s) by cryotherapy (Destruksi hemoroid dengan krioterapi)
- Kode: 45.41
- Deskripsi: Injection of hemorrhoid(s) (Injeksi hemoroid)
- Kode: 45.42
- Deskripsi: Ligation of hemorrhoid(s) (Ligasi hemoroid)
- Kode: 45.43
- Deskripsi: Repair of hemorrhage of hemorrhoid(s) (Perbaikan perdarahan hemoroid)
- Kode: 45.49
- Deskripsi: Other procedures on hemorrhoids (Prosedur lain pada hemoroid)
Wasir (hemorrhoids) adalah pembengkakan atau penonjolan vena di dalam atau di sekitar anus. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan pada vena di daerah tersebut, seperti pada saat buang air besar yang sulit, kehamilan, atau obesitas. Gejala umum yang muncul adalah perdarahan saat buang air besar, nyeri, iritasi, dan prolapsus. Penanganan dapat berupa obat-obatan, injeksi, prosedur non-bedah seperti krioterapi, atau prosedur bedah seperti eksisi hemoroid. -
Article No. 9491 | 21 Dec 2024
Klinis : hemmoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, berikut informasi yang Anda perlukan mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi hemoroid:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64
- Deskripsi: Hemoroid dan perianal venous thrombosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.44
- Deskripsi: Prosedur destruktif lain pada hemoroid, seperti skleroterapi atau ligasi
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 K64 mencakup berbagai jenis hemoroid, termasuk hemoroid internal, eksternal, trombotik, dan komplikasi lain yang berhubungan dengan kondisi ini. Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan dan mendokumentasikan diagnosis hemoroid pada rekam medis pasien.
2. Kode ICD-9-CM 49.44 mengacu pada prosedur destruktif lain pada hemoroid, seperti skleroterapi atau ligasi. Prosedur-prosedur ini digunakan untuk menghancurkan atau menghilangkan jaringan hemoroid secara non-operatif. Pengkodean ini penting untuk mendokumentasikan tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan kondisi hemoroid pada pasien.
Penggunaan kode-kode ini membantu dalam klasifikasi diagnosis dan prosedur/tindakan yang dilakukan, serta menjamin akurasi dan kelengkapan dokumentasi rekam medis pasien. Kode-kode tersebut juga digunakan untuk tujuan facturage, pelaporan epidemiologi, dan analisis data kesehatan. -
Article No. 9492 | 21 Dec 2024
Klinis : Pusing dan muntah riwayat kll
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing dan muntah dengan riwayat kecelakaan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik berhubungan dengan riwayat cedera kepala.
Penjelasan:
Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik adalah kondisi di mana pasien berisiko mengalami perubahan pada tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti perubahan tekanan darah, nadi, atau respirasi. Dalam kasus ini, riwayat cedera kepala dapat menyebabkan perubahan pada stabilitas hemodinamik, sehingga pasien berisiko mengalami ketidakstabilan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan membuat diagnosis keperawatan. Untuk diagnosa Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, SDKI menyediakan definisi, faktor risiko, karakteristik definitif, dan kriteria hasil yang dapat digunakan sebagai panduan dalam perawatan pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk diagnosa Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, SLKI menyediakan berbagai luaran yang dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan, seperti stabilitas tanda-tanda vital dan profil hemodinamik yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Untuk diagnosa Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik, SIKI menyediakan berbagai intervensi yang dapat dilakukan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan penggunaan obat-obatan untuk stabilisasi hemodinamik.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang terstruktur, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang terbaik. -
Article No. 9493 | 21 Dec 2024
Klinis : Pasien mengeluh sesakbminum. Oat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan lancar yang dapat menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Pola Napas Tidak Efektif adalah pasien dapat menunjukkan pola nafas yang efektif, dengan frekuensi, kedalaman, dan irama yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen sesuai indikasi
3. Latihan nafas dalam
4. Pengaturan posisi yang nyaman
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Dengan melakukan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif dan terbebas dari keluhan sesak saat minum.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan penerapan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika masih ada hal yang belum jelas. -
Article No. 9494 | 21 Dec 2024
Klinis : ABSES PADA TANGAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: L02.4
- Deskripsi: Abses pada ekstremitas atas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Drainase dan irirgas abses pada ekstremitas atas
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 L02.4 digunakan untuk mengkodekan abses pada ekstremitas atas, termasuk tangan. Abses adalah kumpulan nanah atau materi infeksi yang terkumpul dalam jaringan tubuh. Pada kasus ini, abses terjadi pada tangan pasien.
Jika diperlukan, prosedur medis yang dapat dilakukan adalah drainase dan irigasi abses pada ekstremitas atas, yang dikodekan dengan kode ICD-9-CM 86.04. Prosedur ini melibatkan pembukaan dan drainase abses, serta irigasi atau pembilasan daerah yang terinfeksi untuk membantu mengeluarkan nanah dan mengurangi infeksi.
Penatalaksanaan abses pada tangan biasanya meliputi pemberian antibiotik, drainase abses, dan perawatan luka yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan. -
Article No. 9495 | 21 Dec 2024
Klinis : ALERGI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis ALERGI dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: T78.4
- Deskripsi: Alergi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode T78.4 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi alergi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
- Kondisi ini dapat mencakup berbagai jenis reaksi alergi, seperti anafilaksis, angioedema, urtikaria, dan reaksi alergi lainnya.
- Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan diagnosis alergi secara umum, tanpa mengacu pada penyebabnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian obat atau zat biologis untuk tujuan terapeutik
Penjelasan:
- Kode 99.15 dalam ICD-9-CM digunakan untuk mengkodekan pemberian obat atau zat biologis untuk tujuan terapeutik, yang dapat digunakan dalam penanganan kondisi alergi.
- Prosedur ini dapat mencakup pemberian antihistamin, kortikosteroid, atau obat-obatan lain yang digunakan untuk mengatasi gejala alergi.
- Penggunaan kode ini akan membantu mendokumentasikan tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan reaksi alergi.