Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9476 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk mendukung kebutuhan ventilasi.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Pola Napas adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan kebutuhan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Outcome yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas yang normal, kedalaman napas yang adekuat, dan tidak ada retraksi dinding dada.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, dan Pemantauan Respirasi.
Bayi baru lahir yang pucat dengan tone yang akademis menunjukkan adanya masalah pada pola napasnya, sehingga diagnosa Ketidakefektifan Pola Napas sangat sesuai untuk kondisi tersebut. -
Article No. 9477 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap kemampuan bayi dalam mempertahankan pola napas yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk membantu bayi dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang tidak efektif, seperti ekstremitas pucat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi mempertahankan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
3. Risiko Hipotermi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penilaian terhadap tanda-tanda hipotermi pada bayi, seperti suhu tubuh rendah.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal.
- SIKI: Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti bayi mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Dalam kondisi bayi baru lahir yang pucat, dengan tone yang akademis, persona perawat sebagai pakar, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Pola Napas, Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif, dan Risiko Hipotermi. Intervensi dan hasil keperawatan yang diharapkan berfokus pada pengelolaan pola napas, perfusi jaringan perifer, dan suhu tubuh bayi. -
Article No. 9478 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait kondisi bayi baru lahir yang pucat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas merupakan ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan. Pada bayi baru lahir yang pucat, kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen ke jaringan, yang dapat mengakibatkan kelelahan dan intoleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan luaran/output yang dicapai adalah:
1. Bayi mempertahankan/meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
2. Bayi mempertahankan/meningkatkan status sirkulasi yang adekuat.
3. Bayi mempertahankan/meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat.
4. Bayi menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk pemantauan warna kulit, nadi, dan pernapasan.
2. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jaringan.
3. Pengaturan aktivitas dan istirahat yang seimbang untuk meminimalkan kelelahan.
4. Penyediaan lingkungan yang hangat dan nyaman untuk meminimalkan kehilangan panas.
5. Pemberian nutrisi yang adekuat melalui ASI atau susu formula untuk memenuhi kebutuhan energi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab utama kondisi bayi yang pucat, seperti anemia, hiperbilirubinemia, atau kondisi lainnya.
7. Edukasi dan dukungan kepada orang tua terkait perawatan bayi yang pucat.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Kondisi bayi baru lahir yang pucat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti anemia, hiperbilirubinemia, atau kondisi lainnya yang dapat menghambat suplai oksigen ke jaringan. Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan bayi dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup peningkatan toleransi aktivitas, stabilisasi status sirkulasi dan perfusi jaringan, serta pemantauan tanda-tanda vital yang stabil. Hal ini bertujuan untuk memastikan bayi dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan aktivitas, serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat kondisi pucat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengaturan aktivitas dan istirahat, penyediaan lingkungan yang nyaman, pemberian nutrisi yang adekuat, kolaborasi dengan dokter, serta edukasi dan dukungan kepada orang tua. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen, meminimalkan kelelahan, dan memenuhi kebutuhan dasar bayi, sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 9479 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Intoleransi Aktivitas". Kondisi bayi baru lahir yang pucat mengindikasikan adanya ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan aktivitas fisiologis yang dibutuhkan akibat penurunan suplai oksigen.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk bayi baru lahir yang pucat adalah:
a. Tanda-tanda vital stabil, seperti frekuensi nadi, pernapasan, dan suhu tubuh dalam batas normal.
b. Warna kulit membaik, tidak pucat lagi.
c. Bayi menunjukkan aktivitas dan responsivitas yang baik.
d. Tidak terjadi komplikasi, seperti hipotensi, hipoksia, atau syok.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada bayi baru lahir yang pucat adalah:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
b. Pemberian oksigen jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
c. Pemberian cairan intravena untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah.
d. Pemberian nutrisi yang adekuat melalui ASI atau susu formula.
e. Perawatan kulit dan termal yang optimal untuk mempertahankan suhu tubuh bayi.
f. Observasi dan identifikasi penyebab pucatnya kulit bayi, seperti anemia, sepsis, atau kelainan kongenital.
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena kondisi bayi baru lahir yang pucat mengindikasikan adanya keterbatasan kemampuan bayi untuk mempertahankan aktivitas fisiologis yang dibutuhkan akibat penurunan suplai oksigen. Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah stabilnya tanda-tanda vital, perbaikan warna kulit, aktivitas dan responsivitas bayi yang baik, serta tidak terjadi komplikasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen dan cairan jika diperlukan, pemberian nutrisi yang adekuat, perawatan kulit dan termal, observasi penyebab pucatnya kulit, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 9480 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi Bayi baru lahir pucat:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P05.1
- Deskripsi: Berat badan lahir rendah akibat pertumbuhan lambat atau malnutrisi janin
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pengawasan ketat terhadap status vital bayi, termasuk pemantauan frekuensi jantung, respirasi, dan tekanan darah.
Penjelasan:
Kode ICD-10 P05.1 mencakup kondisi bayi baru lahir pucat yang disebabkan oleh pertumbuhan lambat atau malnutrisi janin selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan berat badan lahir rendah dan gejala seperti pucat.
Pada kasus ini, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pengawasan ketat terhadap status vital bayi, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 99.15. Ini meliputi pemantauan yang cermat terhadap frekuensi jantung, respirasi, dan tekanan darah bayi untuk memastikan stabilitas kondisinya dan memberikan intervensi yang tepat jika diperlukan. -
Article No. 9481 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir pucat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir yang pucat adalah "Perfusi Jaringan Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi Jaringan Efektif: Tercapainya perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan warna kulit normal, suhu kulit hangat, serta adanya nadi perifer yang kuat dan teratur.
2. Pemulihan Kondisi Bayi: Bayi menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seperti warna kulit membaik, aktifitas meningkat, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Keseimbangan Cairan: Tercapainya keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang, serta tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti suhu, nadi, pernapasan, dan saturasi oksigen, untuk mendeteksi perubahan kondisi bayi.
2. Pemberian Oksigen: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi untuk memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
3. Pengaturan Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman dan hangat untuk bayi, seperti mengatur suhu ruangan, kelembaban, dan pencahayaan yang optimal.
4. Pemantauan Cairan: Lakukan pemantauan intake dan output cairan bayi secara ketat, serta mendeteksi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengidentifikasi penyebab pucat dan menentukan penatalaksanaan yang tepat.
6. Edukasi dan Dukungan Keluarga: Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi bayi, pentingnya pemantauan, dan perawatan yang diperlukan. Libatkan keluarga dalam proses perawatan untuk meningkatkan partisipasi dan dukungan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan membantu memulihkan kondisi bayi baru lahir yang pucat. -
Article No. 9482 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian lengan kiri dan kepala, karena pasien terjatuh dari motor, kepala terbentur dan tangan kiri tidak bisa digerakan, pasien kejang selama 30 detik tidak ada muntah, kesadaran CM tekanan darah 100/60 nadi 81 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,8 , skalaya nyeri 8 spo2 100%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang berlaku di Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (terjatuh dari motor, kepala terbentur)
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- Faktor yang berhubungan: Cedera jaringan, trauma fisik
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, perilaku atau tanda-tanda nyeri menurun
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, kompres dingin/hangat, distraksi dan relaksasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan/paralisis (tangan kiri tidak bisa digerakkan)
SDKI:
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, kontrol, atau pergerakan otot
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan otot, paralisis, rasa nyeri
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bergerak dengan mandiri, pergerakan sendi/otot membaik
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Terapi latihan, mobilisasi, penggunaan alat bantu gerak
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran (kejang selama 30 detik)
SDKI:
- Definisi: Kerentanan terhadap luka fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh
- Faktor yang berhubungan: Penurunan tingkat kesadaran, kejang
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi cedera, pasien aman selama perawatan
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan jatuh, pengaturan lingkungan yang aman
Harap diingat bahwa ini hanya diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI. Evaluasi yang lebih mendalam oleh tenaga kesehatan profesional diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 9483 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien datang ke rumah sakit mengeluh nyeri dibagian kepala dan dibagian lengan kiri, karena pasien terjatuh dari motor, kepala terbentur, tangan kiri tidak bisa di gerakan, sempat kejang selama 30 detik tidak ada muntah, kesadaran CM, tekanan darah 100/60, nadi 81 kali/ menit, pernafasan 20 kali/ menit, suhu 36.8, skala nyeri 8, spo2 100%
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.0
- Deskripsi: Wafas (wafas intrakranial), meliputi cedera kepala akibat benturan.
2. Kode ICD-10:
- Kode: S53.4
- Deskripsi: Kerusakan ligamen di sendi siku, meliputi cedera lengan kiri akibat jatuh dari motor.
3. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.39
- Deskripsi: Pemantauan aktivitas listrik otak (EEG), untuk mengevaluasi kejang yang terjadi selama 30 detik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S06.0 (Wafas intrakranial) digunakan untuk menggambarkan cedera kepala akibat benturan yang dialami pasien saat terjatuh dari motor. Hal ini sesuai dengan gejala yang dilaporkan, yaitu kepala terbentur saat jatuh.
2. Kode ICD-10 S53.4 (Kerusakan ligamen di sendi siku) digunakan untuk menggambarkan cedera lengan kiri akibat jatuh dari motor. Hal ini sesuai dengan gejala bahwa pasien tidak dapat menggerakkan tangan kirinya.
3. Kode ICD-9-CM 93.39 (Pemantauan aktivitas listrik otak - EEG) direkomendasikan untuk mengevaluasi kejang yang terjadi selama 30 detik pada pasien. Pemeriksaan EEG dapat membantu mengidentifikasi penyebab dan tipe kejang yang dialami.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan evaluasi dan penanganan yang komprehensif, termasuk pemeriksaan fisik, pencitraan diagnostik (misalnya CT-scan kepala), dan pemantauan neurologi untuk memastikan tidak ada komplikasi lebih lanjut akibat cedera kepala dan lengan. -
Article No. 9484 | 21 Dec 2024
Klinis : pasien datang ke rumah sakit mengeluh nyeri dibagian kepala dan dibagian lengan kiri, karena pasien terjatuh dari motor, kepala terbentur, tangan kiri tidak bisa di gerakan, sempat kejang selama 30 detik tidak ada muntah, kesadaran CM, tekanan darah 100/60, nadi 81 kali/ menit, pernafasan 20 kali/ menit, suhu 36.8, skala nyeri 8, spo2 100%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
b. Mobilitas fisik terganggu
2. Penjelasan Singkat:
a. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri yang terkontrol, dapat beraktivitas, dan mempertahankan fungsi tubuh yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, distraksi, dan manajemen lingkungan.
b. Mobilitas Fisik Terganggu
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain latihan rentang gerak, latihan kekuatan otot, dan terapi posisi.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nyeri pada kepala dan lengan kiri, serta keterbatasan dalam pergerakan lengan kiri akibat terjatuh dari motor, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut dan mobilitas fisik terganggu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian analgesik, kompres, distraksi, dan latihan rentang gerak serta kekuatan otot untuk memulihkan mobilitas pasien. -
Article No. 9485 | 21 Dec 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun dating ke UGD dengan riwayat nyeri perut selama 48 jam yang dimulai sebagai nyeri yang tersebar dan terletak di perut kanan bawah. Pasien juga mengalami kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Pasien tidak menjalani operasi perut atau panggul sebelumnya. Pemeriksaan fisik perut kanan bawah kemerahan, teraba lembut di kuadaran kanan bawah, perabaan di titik McBurney teraba rebound (tahanan/pantulan), konsisten dengan tanda-tanda apendisitis akut kompleks. Suhu 38° C, frekuensi nadi 90 kali/menit, dan tekanan darahnya 90/50 mmHg. Hasil pemeriksaan urin normal. Skor Alvarado = 9. Hasil laboratorium, termasuk kadar elektrolit serum dan jumlah darah lengkap, berada dalam batas normal, kecuali untuk peningkatan jumlah sel putih yang cukup tinggi (14.000/mm3). Radiografi dada dan perut biasa tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal. Pasien lalu menjalani laparotomi, terdapat sejumlah besar cairan purulen yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah perut dan perforasi di dasar apendik. Apendiks melebar, meradang dan terletak secara retroksekal dan subserosal. Fitur apendiks saat direksi menunjukkan apendiks terhambat oleh fekalit. Pemeriksaan mikroskopis dari apendiks mengungkapkan folikel limfoid yang menonjol, nekrosis dan reaksi inflamasi. Paska operasi pasien terpasang drain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini mengalami kondisi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dengan penjelasan sebagai berikut:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Dalam kasus ini, pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi akibat perforasi pada apendiks dan adanya cairan purulen di abdomen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Risiko Infeksi ini adalah tidak terjadi infeksi, ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, nyeri, bengkak, kemerahan, dan purulen), dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
3. Perawatan luka operasi dan penggantian balutan secara aseptik
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi
Dengan intervensi yang tepat dan pemantauan yang ketat, diharapkan pasien dapat terhindar dari komplikasi infeksi dan proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik.