Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9654 | 22 Dec 2024
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nausea.
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual (Nausea) didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah. Mual dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, infeksi saluran pencernaan, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan mual (nausea) adalah pasien dapat mengendalikan mual, tidak mengalami mual yang mengganggu, dan tidak terjadi komplikasi akibat mual. Indikator keberhasilan dapat berupa pasien melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual, dan tidak terjadi dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mual (nausea) dapat mencakup pemberian antiemetik, terapi relaksasi, terapi distraksi, manajemen lingkungan, dan edukasi terkait penyebab dan manajemen mual. Perawat juga dapat melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor penyebab mual dan merencanakan intervensi yang sesuai.
Sebagai seorang perawat professional, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan serta melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi mual (nausea) pada pasien. -
Article No. 9655 | 22 Dec 2024
Klinis : nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Perawat Profesional dengan spesialisasi di bidang Keperawatan Medikal-Bedah. Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi nausea.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami nausea, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Mual (Nausea)". Mual (Nausea) didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual (Nausea) memiliki kode diagnosis keperawatan 00134 dalam SDKI. Karakteristik definisi dari mual (nausea) mencakup sensasi ingin muntah, rasa tidak nyaman di perut, dan peningkatan produksi saliva.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi mual (nausea) adalah "Kontrol Nausea" dengan kode 1618. Luaran ini bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan kontrol terhadap sensasi mual dan mengurangi frekuensi episode mual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual (nausea) antara lain:
1. Manajemen Nausea (Kode I13026) - Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi atau mencegah sensasi mual pada pasien.
2. Terapi Relaksasi (Kode I13130) - Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai keadaan relaks dan terkendali, sehingga dapat mengurangi sensasi mual.
3. Terapi Komplementer (Kode I13131) - Intervensi ini dapat memanfaatkan terapi komplementer seperti akupresur, aromaterapi, atau terapi lainnya untuk mengatasi mual.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien akan ditentukan berdasarkan assessment komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Semoga penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam konteks penanganan mual (nausea). Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu.
Wassalamualaikum. -
Article No. 9656 | 22 Dec 2024
Klinis : hipotermi berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipotermia berhubungan dengan Penyebaran Suhu Tubuh Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipotermia didefinisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 35°C yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme homeostasis tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh yang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti paparan lingkungan yang dingin, atau faktor internal, seperti gangguan metabolisme.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipotermia adalah:
1. Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh normal
2. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat hipotermia
3. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipotermia antara lain:
1. Memantau suhu tubuh pasien secara berkala
2. Menghangatkan lingkungan sekitar pasien
3. Memberikan pakaian/selimut yang sesuai untuk menjaga kehangatan tubuh
4. Memberikan cairan hangat (oral atau parenteral)
5. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab hipotermia
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya memahami bahwa penanganan hipotermia membutuhkan pendekatan yang komprehensif untuk memastikan pasien dapat mempertahankan suhu tubuh normal dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 9657 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 dengan masalah persalinan kala 1 memanjang, kecang-kencang lebih dari 6 jam, dengan diagnosa long labour ,usia kehamilan 39 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan Maternal (NANDA-I)
- Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif dari kekurangan energi fisik dan/atau mental yang disebabkan oleh proses persalinan yang lama.
- Faktor Risiko: Persalinan lama, nyeri persalinan yang tidak terkontrol.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kelelahan Maternal
- Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif dari kekurangan energi fisik dan/atau mental yang disebabkan oleh proses persalinan yang lama.
- Penyebab: Persalinan lama, nyeri persalinan yang tidak terkontrol.
- Gejala dan Tanda: Letih, lesu, gelisah, tidak mampu beristirahat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Energi
- Definisi: Kemampuan individu untuk memulihkan dan mempertahankan energi fisik dan mental secara optimal.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan energi, pasien dapat beristirahat dengan cukup, pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Kelelahan
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menurunkan atau mengatasi kelelahan yang dialami pasien.
- Tindakan: Identifikasi penyebab kelelahan, bantu pasien untuk beristirahat dan tidur yang cukup, berikan nutrisi yang bergizi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan kelelahan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 dengan masalah persalinan kala 1 memanjang, kecang-kencang lebih dari 6 jam, dengan diagnosa long labour, usia kehamilan 39 minggu, perawat harus berfokus pada intervensi untuk mengatasi kelelahan maternal yang dialami oleh pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memfasilitasi pasien untuk beristirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan nutrisi yang bergizi, serta melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan persalinan yang lama. -
Article No. 9658 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 dengan masalah persalinan kala 1 memanjang, kecang-kencang lebih dari 6 jam, dengan diagnosa long labour ,usia kehamilan 39 minggu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O63.0
- Deskripsi: Persalinan kala 1 memanjang
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.1
- Deskripsi: Ekstraksi obat-obatan untuk mempercepat persalinan
Penjelasan:
Pasien ini memiliki diagnosis utama "persalinan kala 1 memanjang" (O63.0) berdasarkan kriteria ICD-10. Kala 1 persalinan dikatakan memanjang jika fase aktif berlangsung lebih dari 6 jam pada ibu primigravida atau lebih dari 4 jam pada ibu multigravida.
Dalam penanganan kasus ini, petugas kesehatan dapat memberikan intervensi berupa "ekstraksi obat-obatan untuk mempercepat persalinan" (73.1) sesuai dengan kode ICD-9-CM. Tindakan ini dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus dan mempercepat proses persalinan pada kondisi kala 1 yang memanjang.
Penanganan yang tepat dan tindakan medis yang dilakukan diharapkan dapat mengatasi masalah persalinan kala 1 memanjang pada pasien ini dan mencapai hasil persalinan yang optimal bagi ibu dan bayi. -
Article No. 9659 | 22 Dec 2024
Klinis : pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 dengan masalah persalinan kala 1 memanjang, kecang-kencang lebih dari 6 jam, dengan diagnosa long labour ,usia kehamilan 39 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 dengan masalah persalinan kala 1 memanjang, kencang-kencang lebih dari 6 jam, dengan diagnosa long labour, usia kehamilan 39 minggu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Ketidakefektifan Proses Persalinan" (SDKI 2017). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami masalah dalam proses persalinan, yaitu persalinan kala 1 yang memanjang dengan kencang-kencang lebih dari 6 jam. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko ketidakefektifan proses persalinan yang dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Outcome Utama: Proses Persalinan Efektif
- Indikator:
a. Durasi persalinan kala 1 sesuai batas normal (aktif <12 jam, primipara <20 jam)
b. Frekuensi dan durasi kontraksi uterus meningkat secara progresif
c. Pembukaan serviks progresif sesuai usia kehamilan
d. Penurunan bagian terbawah janin progresif sesuai usia kehamilan
2. Outcome Lainnya:
- Rasa Nyaman Selama Persalinan Meningkat
- Pengetahuan Ibu tentang Proses Persalinan Meningkat
- Partisipasi Ibu dalam Proses Persalinan Meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Proses Persalinan
- Observasi tanda-tanda vital ibu secara berkala
- Pemantauan kontraksi uterus (frekuensi, durasi, intensitas)
- Pemeriksaan pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin
- Dokumentasi kemajuan persalinan secara sistematis
2. Pengaturan Posisi dan Ambulasi
- Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan atau melakukan perubahan posisi selama persalinan
- Fasilitasi ibu untuk menemukan posisi yang nyaman selama kontraksi
3. Manajemen Nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, pijatan, kompres hangat/dingin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik, jika diperlukan
4. Dukungan Emosional
- Berikan dukungan dan pujian selama proses persalinan
- Libatkan keluarga/pendamping dalam memberikan dukungan emosional
- Motivasi ibu untuk berpartisipasi aktif dalam proses persalinan
5. Edukasi dan Konseling
- Berikan informasi tentang proses persalinan dan kemajuannya
- Bantu ibu memahami dan menerima proses persalinan yang sedang berlangsung
- Diskusikan ekspektasi dan koping ibu terhadap proses persalinan
Penjelasan dari tiap poin di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai penanganan keperawatan yang sesuai untuk kasus pasien ibu usia 39 tahun dengan G3P2A0 yang mengalami persalinan kala 1 memanjang. -
Article No. 9472 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir kurang berat badan normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Pertumbuhan Neonatus
Penjelasan:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Gangguan Pertumbuhan Neonatus didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi baru lahir berisiko mengalami penyimpangan dalam pertumbuhan yang normal, seperti berat badan kurang dari normal.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan bayi baru lahir dengan risiko gangguan pertumbuhan neonatus adalah tercapainya berat badan sesuai usia gestasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan berat badan dan pertumbuhan
2. Pemberian nutrisi yang adekuat
3. Pencegahan infeksi
4. Edukasi dan dukungan pada keluarga
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Tujuan utama penanganan adalah memastikan bayi dapat mencapai pertumbuhan optimal sesuai usia gestasi. -
Article No. 9473 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir dengan pernapasan 42 kali permenit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi baru lahir dengan frekuensi pernapasan 42 kali per menit.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara dan membersihkan jalan napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Faktor Terkait: Sekret yang berlebihan, hambatan pada jalan napas, kekuatan otot pernapasan yang tidak adekuat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bayi baru lahir dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan pernapasan yang efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi pernapasan dalam batas normal, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada sianosis, suara napas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemberian oksigen melalui kateter hidung atau inkubator.
3. Suction pada jalan napas jika diperlukan.
4. Pengaturan posisi bayi untuk memfasilitasi ventilasi.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi yang sesuai.
Dengan pemantauan ketat, pemberian oksigen, dan tindakan suction atau terapi lainnya yang sesuai, diharapkan bayi baru lahir dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan pernapasan yang efektif. -
Article No. 9474 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir dengan pernafasan 42 kali permenit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir dengan frekuensi pernafasan 42 kali per menit.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat". Kriteria diagnostik utama untuk diagnosa ini adalah frekuensi napas yang tidak dalam kisaran normal, yaitu di luar 30-60 kali per menit untuk bayi baru lahir.
Luaran/Output Keperawatan SLKI:
Luaran/output keperawatan yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
1. Pola Napas: Tonus/Usaha Napas (0415)
- Indikator hasil: Frekuensi napas dalam kisaran normal (30-60 kali per menit)
- Kriteria hasil: Frekuensi napas 42 kali per menit
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output keperawatan yang diharapkan adalah:
1. Pemantauan Pernapasan (3350)
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Mengukur frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Memantau tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif, seperti retraksi, penggunaan otot tambahan, atau pergerakan perut paradoksal.
c. Mengevaluasi pola pernapasan dan membandingkannya dengan nilai normal.
d. Mendokumentasikan temuan pernapasan.
2. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Fasilitasi dan pemeliharaan jalan napas yang terbuka untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat.
- Aktivitas:
a. Memposisikan bayi pada posisi yang memfasilitasi pernapasan yang efektif.
b. Mempertahankan jalan napas yang terbuka dengan teknik-teknik yang sesuai, seperti suction jika diperlukan.
c. Mengobservasi tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif dan mengambil tindakan yang sesuai.
d. Memberikan oksigen tambahan jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena frekuensi napas bayi baru lahir yang berada di luar kisaran normal, yaitu 42 kali per menit. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola pernapasan yang dapat mempengaruhi ventilasi dan pertukaran gas.
Luaran/output keperawatan yang diharapkan adalah Pola Napas: Tonus/Usaha Napas dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam kisaran normal (30-60 kali per menit). Indikator ini menunjukkan bahwa pola pernapasan bayi telah kembali ke kondisi yang optimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Pemantauan Pernapasan dan Manajemen Jalan Napas. Pemantauan Pernapasan bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang adekuat. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk memfasilitasi dan mempertahankan jalan napas yang terbuka, sehingga pertukaran gas dapat berlangsung dengan baik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan frekuensi napas bayi dapat kembali ke kisaran normal, sehingga ventilasi dan pertukaran gas dapat berlangsung secara efektif. -
Article No. 9475 | 21 Dec 2024
Klinis : Bayi baru lahir dengan kehamilan 35 Minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko Berat Badan Kurang. Diagnosis ini dipilih karena bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu memiliki risiko mengalami berat badan yang tidak adekuat. Bayi prematur cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pemantauan dan penanganannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Berat Badan Membaik: Bayi menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap sesuai dengan usia dan kondisinya.
2. Pertumbuhan Membaik: Bayi menunjukkan perkembangan fisik yang sesuai dengan tahapan usia, seperti peningkatan panjang badan, lingkar kepala, dan lain-lain.
3. Menyusu Efektif: Bayi dapat menyusu dengan efektif dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
4. Risiko Komplikasi Menurun: Bayi tidak mengalami komplikasi yang umum terjadi pada bayi prematur, seperti hipotermia, hipoglikemia, dan gangguan pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Berat Badan: Melakukan penimbangan berat badan bayi secara teratur dan mencatat perubahannya untuk memastikan adanya peningkatan berat badan yang sesuai.
2. Pemberian Nutrisi yang Adekuat: Memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, baik melalui pemberian ASI atau susu formula yang sesuai dengan kebutuhan bayi prematur.
3. Inkubator dan Termoregulasi: Menempatkan bayi di dalam inkubator dan mempertahankan suhu lingkungan yang optimal untuk mencegah terjadinya hipotermia.
4. Pencegahan Komplikasi: Melakukan tindakan pencegahan dan pemantauan terhadap komplikasi yang umum terjadi pada bayi prematur, seperti hipoglikemia, gangguan pernapasan, dan infeksi.
5. Edukasi dan Dukungan Orang Tua: Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai perawatan bayi prematur, termasuk cara menyusui, stimulasi, dan pemantauan pertumbuhan. Memberikan dukungan emosional dan praktis kepada orang tua dalam merawat bayi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada kebutuhan bayi prematur, diharapkan bayi baru lahir dengan kehamilan 35 minggu dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memiliki peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.