Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11589 | 28 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan nyeri perut kanan atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang mengatakan nyeri perut kanan atas, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (NANDA-I, 2018).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri (1605)
2. Kontrol Nyeri (1605)
3. Status Fungsional (0303)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (1400)
2. Terapi Modalitas Nyeri (1450)
3. Edukasi Manajemen Nyeri (5240)
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri di perut kanan atas, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan. Luaran keperawatan yang dapat dicapai adalah penurunan tingkat nyeri, peningkatan kontrol nyeri, dan mempertahankan status fungsional pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, dan edukasi manajemen nyeri untuk membantu pasien mengatasi nyeri yang dirasakan. -
Article No. 11590 | 28 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan nyeri perut kanan bagian atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis terkait pada Px
Penjelasan:
- Berdasarkan keluhan Px mengatakan nyeri perut kanan bagian atas, maka dapat diidentifikasi adanya kondisi nyeri akut yang dialami oleh Px.
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (SDKI, 2017).
- Kondisi ini berhubungan dengan proses patologis yang terjadi pada Px, misalnya radang atau gangguan pada organ-organ di dalam abdomen kanan atas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan tingkat nyeri
- Peningkatan kemampuan mengatasi nyeri
- Pemulihan fungsi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Terapi modalitas nyeri
- Edukasi pengelolaan nyeri
Persona: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan membantu Px dalam mengelola nyeri akut yang dialaminya. Saya akan melakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab nyeri, kemudian merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi nyeri Px, serta memberikan edukasi mengenai pengelolaan nyeri yang efektif. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan kemampuan Px dalam mengatasi nyeri, dan memulihkan fungsi yang terganggu akibat nyeri tersebut. -
Article No. 11591 | 28 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan nyeri perut kanan bagian atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Px yang mengeluhkan nyeri perut kanan bagian atas:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
2. Kenyamanan Terpenuhi
3. Pemulihan Kondisi Fisik Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Farmakologis
3. Terapi Komplementer
4. Edukasi Manajemen Nyeri
Penjelasan singkat:
Px mengeluhkan nyeri perut kanan bagian atas, yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau potensi kerusakan jaringan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian terapi farmakologis, terapi komplementer, serta edukasi manajemen nyeri. Tujuan luaran keperawatan yang diharapkan adalah tingkat nyeri terkontrol, kenyamanan Px terpenuhi, serta pemulihan kondisi fisik Px membaik. -
Article No. 11592 | 28 Jan 2025
Klinis : Px mengatakan nyeri perut kanan bagian atas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi Px yang mengeluhkan nyeri perut kanan bagian atas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan Px, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan. Nyeri akut pada perut kanan bagian atas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti kolecistitis, pankreatitis, atau kondisi lain yang mempengaruhi organ-organ di daerah tersebut.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
3. Pasien dapat menerapkan manajemen nyeri yang efektif.
4. Pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi/pencetus nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll.) untuk menentukan etiologi nyeri dan penanganan yang tepat.
5. Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala untuk memastikan kondisi yang stabil.
6. Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan pasien untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola nyeri.
7. Libatkan keluarga dalam proses perawatan dan edukasi mengenai manajemen nyeri.
8. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengalami penurunan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan dalam mengelola nyeri, dan mempertahankan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 11593 | 28 Jan 2025
Klinis : Nyeri perut kanan bagian atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri perut kanan bagian atas.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (00132)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran yang diharapkan dari diagnosis nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mengenali dan menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mendukung pengelolaan nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi keperawatan untuk nyeri akut meliputi pengkajian nyeri, manajemen nyeri farmakologis, manajemen nyeri nonfarmakologis, dan edukasi tentang nyeri. Tujuannya adalah untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat nyeri.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dialami pasien, seperti lokasi, intensitas, kualitas, durasi, dan faktor yang mempengaruhi. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, termasuk pemberian intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengelola nyeri serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 11594 | 28 Jan 2025
Klinis : Anak "D" didiagnosis thalasemia sejak usia 2 tahun, wajah nampak pucat, kulit kehitaman. Klien nampak lemah dan terlihat kurus, BB: 9 kg Hasil pemeriksan laboratorium Hb: 6,2 mg%. Mendapatkan therapi transfusi darah PRC Gol. AB 2 kantong dan Nacl 0.9% 1 kolf = 2:1 Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Iintervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan pemberian transfusi pada anak dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus:
Berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada anak "D" adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sekunder thalasemia ditandai dengan adanya kelelahan, lemah, dan penurunan berat badan.
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan anemia sekunder thalasemia ditandai dengan kulit yang pucat dan kehitaman.
b. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sekunder thalasemia:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien terhadap aktivitas
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
- Anjurkan klien untuk beristirahat yang cukup
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kelelahan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi transfusi darah dan perawatan thalasemia
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan anemia sekunder thalasemia:
- Kaji kondisi kulit secara berkala
- Lakukan perawatan kulit dengan lembut dan hindari gesekan
- Berikan pelembab kulit untuk menjaga kelembaban
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi transfusi darah dan perawatan thalasemia
c. SOP tindakan pemberian transfusi pada anak dan praktikan saat bimbingan laboratorium:
SOP Pemberian Transfusi Darah pada Anak:
1. Persiapan sebelum transfusi:
- Identifikasi klien dengan benar
- Periksa tanda-tanda vital
- Pastikan golongan darah dan cross match sesuai
- Persiapkan cairan infus dan alat transfusi
2. Pelaksanaan transfusi:
- Pasang infus dan hidupkan tetes infus
- Buka klem dan pastikan cairan infus mengalir dengan baik
- Pantau tanda-tanda vital selama transfusi
- Jika ada reaksi, hentikan transfusi dan lakukan tindakan pertolongan pertama
3. Monitoring setelah transfusi:
- Pantau tanda-tanda vital selama 1 jam pertama
- Catat jumlah darah yang diberikan dan reaksi yang terjadi
- Berikan edukasi kepada keluarga terkait transfusi darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang ditandai dengan peningkatan energi dan tidak mudah lelah.
2. Integritas kulit klien membaik yang ditandai dengan berkurangnya pucat dan kehitaman pada kulit.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen aktivitas
2. Perawatan kulit
3. Kolaborasi pemberian terapi transfusi darah
4. Edukasi manajemen thalasemia
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan, intervensi, dan luaran yang diharapkan pada kasus anak "D" dengan thalasemia ini bertujuan untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas dan integritas kulit terganggu yang dialami akibat anemia sekunder thalasemia. Perawat berperan penting dalam membantu klien beradaptasi dengan kondisinya, menjaga kebersihan dan kelembaban kulit, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian terapi transfusi darah. Edukasi kepada keluarga juga diperlukan agar mereka dapat memahami dan mendukung perawatan thalasemia pada anak. -
Article No. 11595 | 28 Jan 2025
Klinis : Anak "D" didiagnosis thalasemia sejak usia 2 tahun, wajah nampak pucat, kulit kehitaman. Klien nampak lemah dan terlihat kurus, BB: 9 kg Hasil pemeriksan laboratorium Hb: 6,2 mg%. Mendapatkan therapi transfusi darah PRC Gol. AB 2 kantong dan Nacl 0.9% 1 kolf = 2:1 Pertanyaan: a. Tegakkan diagnosis keperawatan pada anak sesuai kasus? b. Iintervensi keperawatan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? c. Tuliskan SOP tindakan pemberian transfusi pada anak dan praktikan saat bimbingan laboratorium?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Nak. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan Anda dengan penuh tanggung jawab dan berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
a. Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan Hb pada anak dengan thalassemia.
Penjelasan: Anak "D" mengalami penurunan Hb yang menyebabkan gangguan toleransi aktivitas, ditandai dengan tampak lemah dan kurus.
b. Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Energi
- Monitor tanda-tanda vital dan keluhan anak selama aktivitas
- Bantu anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
- Anjurkan istirahat yang cukup
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Monitor kadar Hb dan transfusi darah sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi transfusi darah PRC
- Observasi tanda-tanda vital dan reaksi anak selama transfusi
3. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi anak
- Berikan makanan bergizi dan kalori tinggi sesuai kebutuhan anak
- Konseling gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi anak
c. SOP Pemberian Transfusi Darah pada Anak:
1. Persiapan
- Verifikasi identitas anak dan riwayat alergi
- Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
- Koordinasi dengan dokter dan laboratorium
2. Pelaksanaan
- Lakukan pungsi vena dan pasang akses intravena
- Berikan cairan NaCl 0,9% sebagai pembuka vena
- Mulai transfusi darah PRC sesuai dosis dan kecepatan yang diresepkan
- Pantau tanda-tanda vital dan reaksi anak selama transfusi
3. Evaluasi
- Evaluasi respon anak selama dan setelah transfusi
- Catat jumlah darah yang diberikan dan tanda-tanda vital
- Dokumentasikan tindakan dan hasil pengamatan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, intervensi, dan SOP pemberian transfusi pada anak dengan thalassemia. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 11596 | 28 Jan 2025
Klinis : Diagnosa Perfusi tidak efektif Berikan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa, intervensi, dan luaran yang sesuai untuk kondisi "Perfusi tidak efektif" berdasarkan standar Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perfusi tidak efektif" adalah "Penurunan Perfusi Jaringan", yang didefinisikan sebagai "Penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh yang dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi". Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan jaringan tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang memadai.
Intervensi Keperawatan:
Berdasarkan diagnosa tersebut, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur dan memantau tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara rutin untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Manajemen Perfusi: Memonitor dan mengatur tingkat perfusi jaringan melalui tindakan seperti pemberian cairan intravena, pemberian vasopressor, atau pengaturan posisi pasien.
3. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola nyeri yang mungkin timbul akibat penurunan perfusi, dengan memberikan analgesik atau menggunakan teknik non-farmakologis.
4. Optimalisasi Oksigenasi: Memastikan pasien mendapatkan oksigenasi yang adekuat melalui pemberian oksigen, pengaturan posisi, atau tindakan lain yang diperlukan.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya memantau tanda-tanda vital, menjaga posisi yang tepat, dan melaporkan setiap perubahan yang terjadi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi Jaringan Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan tubuh, ditandai dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang stabil, ekstremitas hangat, dan kapiler isi dan pengisian yang normal.
2. Bebas Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat penurunan perfusi, seperti iskemia, nekrosis, atau gangren.
3. Pengetahuan Meningkat: Pasien dan keluarga memahami pentingnya memantau tanda-tanda vital, menjaga posisi yang tepat, dan melaporkan setiap perubahan yang terjadi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur dan memantau tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara rutin untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Manajemen Cairan: Mengatur pemberian cairan intravena untuk menjaga volume dan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Oksigenasi: Memonitor dan mengatur pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien.
4. Manajemen Posisi: Mengatur posisi pasien untuk meningkatkan perfusi jaringan, misalnya dengan elevasi ekstremitas.
5. Manajemen Rasa Nyaman: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami pasien.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya memantau tanda-tanda vital, menjaga posisi yang tepat, dan melaporkan setiap perubahan yang terjadi.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai diagnosa, intervensi, dan luaran yang sesuai, perawat dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk menangani kondisi "Perfusi tidak efektif" pada pasien. -
Article No. 11597 | 28 Jan 2025
Klinis : Diagnosa Perfusi tidak efektif Berikan intervensinya SIKI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait kondisi "Diagnosa Perfusi tidak efektif" dengan menggunakan format SDKI, SIKI, dan SLKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perfusi tidak efektif" adalah Penurunan Curah Jantung. Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi Penurunan Curah Jantung adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan Kardiovaskular
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, laju nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen)
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau edema perifer
2. Manajemen Perfusi
- Atur posisi tidur untuk memfasilitasi perfusi
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan atau obat-obatan inotropik
3. Manajemen Aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan latihan fisik yang sesuai
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Edukasi mengenai tanda dan gejala penurunan curah jantung
- Edukasi mengenai pentingnya mematuhi pengobatan dan gaya hidup sehat
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ada edema perifer
3. Tidak ada keluhan sesak napas atau kelelahan saat aktivitas
4. Pasien dan keluarga memahami dan dapat mengenali tanda dan gejala penurunan curah jantung
5. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Penurunan Curah Jantung dipilih karena kondisi "Perfusi tidak efektif" menunjukkan adanya gangguan pada kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif. Intervensi Keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memantau kondisi kardiovaskular, mengelola perfusi, mengelola aktivitas, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Luaran/Output yang diharapkan menggambarkan kondisi yang ingin dicapai, seperti tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada edema, tidak ada keluhan saat aktivitas, serta pasien dan keluarga yang memahami kondisinya. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan. -
Article No. 11520 | 27 Jan 2025
Klinis : hipotensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipotensi, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung (Decreased Cardiac Output)
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan curah jantung adalah gangguan hemodinamik yang ditandai dengan penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan kontraktilitas miokard, gangguan irama jantung, atau penurunan volume darah.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi penurunan curah jantung adalah stabilisasi hemodinamik, peningkatan perfusi jaringan, serta pencegahan komplikasi lebih lanjut. Indikator keberhasilan dapat terlihat dari tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan tidak ada gejala sisa organ.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan curah jantung meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian obat-obatan vasoaktif, latihan fisik yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Fokus utama adalah menjaga stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi yang dapat timbul.
Dalam penanganan hipotensi, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara menyeluruh, melakukan evaluasi yang komprehensif, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.