Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9726 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien hamil 27 minggu namun bayi mati didalam kandungan. tetapi asi nya apa diagnosa dari menghentikan asi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kegagalan Laktasi (00104)
- Definisi: Ketidakmampuan menghasilkan jumlah ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
- Penyebab: Kematian janin dalam kandungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Produksi ASI Adekuat (1004)
- Kriteria Hasil: Ibu mampu memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Laktasi (6720)
- Definisi Intervensi: Memfasilitasi ibu dalam memulai, memelihara, dan mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Beri dukungan emosional kepada ibu.
b. Ajarkan teknik memerah ASI secara manual atau menggunakan pompa.
c. Anjurkan ibu untuk memerah ASI secara rutin.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli laktasi) jika diperlukan.
Pada kondisi ini, ibu yang mengalami kematian janin dalam kandungan dapat mengalami kegagalan laktasi. Oleh karena itu, peran perawat adalah memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik memerah ASI, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu ibu dalam mengelola laktasinya. Tujuannya adalah agar ibu dapat memproduksi ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan bayi. -
Article No. 9727 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien kemoterapi hematoblastoma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien kemoterapi hematoblastoma.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek samping kemoterapi, seperti mukositis, neuropati perifer, dan nyeri tulang.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan kapasitas fungsional akibat kemoterapi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat kemoterapi.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat kemoterapi.
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia akibat kemoterapi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dengan skala nyeri ≤ 3.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang memadai.
3. Pasien tidak mengalami infeksi selama menjalani kemoterapi.
4. Pasien tidak mengalami perdarahan selama menjalani kemoterapi.
5. Pasien mampu mempertahankan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat selama kemoterapi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan skala nyeri).
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengatasi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab nyeri.
2. Manajemen Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kapasitasnya.
c. Ajarkan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
d. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
3. Pencegahan Infeksi:
a. Kaji tanda-tanda infeksi secara berkala.
b. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
c. Pastikan kebersihan tangan dan lingkungan selama perawatan.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik atau antiviral jika diperlukan.
4. Pencegahan Perdarahan:
a. Kaji fungsi pembekuan darah (trombosit, PT, APTT).
b. Berikan tindakan untuk mencegah cedera dan perdarahan.
c. Pantau tanda-tanda perdarahan dan kolaborasi dengan tim medis.
d. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
5. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein pasien.
b. Berikan makanan sesuai toleransi pasien dan tingkatkan asupan nutrisi.
c. Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan kecukupan nutrisi pasien.
Melalui pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien kemoterapi hematoblastoma dapat mencapai hasil yang optimal dan meminimalkan komplikasi selama menjalani perawatan. -
Article No. 9660 | 23 Dec 2024
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi konstipasi.
Diagnosa Keperawatan: Konstipasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman saat defekasi yang berlangsung selama lebih dari 3 hari. Penyebabnya dapat berupa faktor fisik, psikologis, atau obat-obatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan konstipasi adalah peningkatan pola defekasi normal, yaitu frekuensi, konsistensi, dan volume feses yang sesuai. Selain itu, pasien juga dapat mengelola faktor-faktor yang memengaruhi konstipasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi antara lain edukasi tentang pola makan dan asupan cairan yang adekuat, latihan fisik, pemberian laksatif jika diperlukan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab konstipasi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada konstipasi, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai pola defekasi yang normal dan sehat. -
Article No. 9661 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien mengatakan ingin pulang dan merasa sudah sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pulang Meningkat
Penjelasan:
Diagnosa ini menggambarkan kondisi pasien yang mengungkapkan keinginan untuk pulang dan merasa sudah sembuh. Hal ini menunjukkan adanya kesiapan pasien untuk kembali ke lingkungan rumah atau komunitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Persiapan Kepulangan: Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi rencana pemulihan dan tindak lanjut setelah pulang.
2. Pengetahuan: Pasien/keluarga memahami informasi terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan tindak lanjut perawatan.
3. Kemandirian: Pasien/keluarga mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perencanaan Pemulangan: Membantu pasien/keluarga dalam menyusun rencana pemulihan dan tindak lanjut setelah pulang.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan terkait kondisi pasien, pengobatan, dan tindak lanjut perawatan.
3. Pelatihan Kemandirian: Melatih pasien/keluarga dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memastikan kesiapan pulang yang optimal. Saya akan membantu mereka menyusun rencana pemulihan, memberikan edukasi kesehatan yang diperlukan, dan melatih kemandirian pasien/keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuannya adalah agar pasien dapat kembali ke lingkungan rumah atau komunitas dengan aman dan mandiri. -
Article No. 9662 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien anak usia 8 thn mengatakan ingin pulang dan merasa sudah sembuh, padahal membutuhkan perawatan opname
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Keinginan Pulang Dini (Premature Discharge Wish)
Definisi:
Keinginan pasien untuk segera meninggalkan rumah sakit atau fasilitas kesehatan sebelum diizinkan oleh tenaga kesehatan, padahal masih membutuhkan perawatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keinginan Pulang Dini dicirikan oleh pernyataan pasien ingin pulang, meskipun kondisi kesehatannya masih memerlukan perawatan lanjutan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan adalah pasien dapat menunda keinginan pulang dini dan menerima rencana perawatan yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi tentang pentingnya menyelesaikan perawatan, dukungan psikologis, dan koordinasi dengan keluarga untuk memastikan kepatuhan terhadap rencana perawatan.
Sebagai perawat, saya akan berupaya memahami alasan pasien ingin pulang dini dan bekerja sama dengan keluarga untuk mencari solusi terbaik bagi kesembuhan pasien. Intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif akan sangat membantu dalam mengatasi keinginan pulang dini pada pasien anak ini. -
Article No. 9663 | 23 Dec 2024
Klinis : Neonatus terpasang cpap dengan crp tinggi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut adalah neonatus (bayi baru lahir) yang terpasang CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dan memiliki CRP (C-Reactive Protein) yang tinggi. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P28.5
- Deskripsi: Insufisiensi pernapasan neonatus
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian respirasi mekanik, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 P28.5 (Insufisiensi pernapasan neonatus) sesuai dengan kondisi pasien yang memerlukan dukungan pernapasan melalui pemasangan CPAP. Insufisiensi pernapasan pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sindrom distres pernapasan, pneumonia, atau gangguan perkembangan paru-paru.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian respirasi mekanik, tidak terspesifikasi) menggambarkan tindakan pemberian dukungan pernapasan mekanis pada pasien, yang dalam kasus ini adalah pemasangan CPAP pada neonatus.
Selain itu, informasi mengenai CRP yang tinggi pada pasien juga penting untuk dipertimbangkan, karena ini dapat menunjukkan adanya proses infeksi atau peradangan. Namun, kode ICD-10 atau ICD-9-CM spesifik untuk CRP tinggi tidak disertakan karena tidak terdapat cukup informasi dalam kasus yang diberikan. -
Article No. 9665 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pinggang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit pinggang:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Nyeri Kronik" (Chronic Pain). Kondisi ini ditandai dengan keluhan nyeri yang terus-menerus atau episodik pada area pinggang yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi muskuloskeletal, neurologis, atau psikologis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa Luaran/Output, antara lain:
a. Penurunan Tingkat Nyeri: Pasien dapat mengelola dan mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan pada area pinggang.
b. Peningkatan Kemampuan Aktivitas Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dan tidak terbatas oleh nyeri pinggang.
c. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk aspek fisik, psikologis, dan sosial.
d. Peningkatan Pengetahuan dan Kemampuan Perawatan Diri: Pasien dapat memahami dan menerapkan strategi perawatan diri yang efektif untuk mengelola nyeri pinggang.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan Luaran yang diharapkan, antara lain:
a. Manajemen Nyeri:
- Mengkaji intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri pinggang
- Memberikan terapi farmakologis sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan
- Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, atau terapi modalitas
- Memantau efektivitas intervensi nyeri dan melakukan modifikasi jika diperlukan
b. Manajemen Aktivitas dan Mobilitas:
- Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien
- Mengajarkan teknik penggunaan alat bantu, jika diperlukan, untuk meningkatkan mobilitas
- Melakukan kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
c. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan manajemen nyeri pinggang
- Mengajarkan strategi perawatan diri, seperti postur tubuh yang benar, latihan, dan manajemen stres
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan perawatan pasien
d. Dukungan Psikologis:
- Mengkaji aspek psikologis yang memengaruhi nyeri pinggang, seperti depresi atau kecemasan
- Memberikan intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi kognitif-perilaku, jika diperlukan
- Memfasilitasi dukungan sosial dan kelompok pendukung bagi pasien.
Dengan menerapkan Intervensi Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri, peningkatan kemampuan aktivitas, peningkatan kualitas hidup, dan peningkatan pengetahuan serta kemampuan perawatan diri. -
Article No. 9666 | 23 Dec 2024
Klinis : 72% siswa menganggap bahwa lansia memiliki banyak pengalaman 8% menyatakan bahwa lansia selalu sakit 6% menganggap lansia tidak bisa melakukan apa-apa 14% siswa yang merasa tidak tahu tentang lansia Sebanyak 51% siswa memiliki persepsi yang baik tentang manfaat berinteraksi dengan lansia 62% siswa memiliki pemahaman yang baik mengenai tantangan atau kesulitan yang mungkin dihadapi saat berinteraksi dengan orang lanjut usia 51% siswa memiliki perasaan yang positif terkait interaksinya dengan lansia Sikap siswa SDN Abadi jaya 3 terhadap lansia sebanyak 71% termasuk kategori baik dan sisanya 29%, masih kurang baik. Sebanyak 95% siswa memiliki komitmen yang baik terhadap rencana berprilaku terhadap lansia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Persepsi Tentang Lansia Positif Sebagian Besar Siswa
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Persepsi Positif Terhadap Lansia
Definisi: Pemahaman dan keyakinan positif tentang kondisi dan karakteristik orang lanjut usia.
Karakteristik: Mengakui bahwa lansia memiliki banyak pengalaman, tidak selalu sakit, dan dapat melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Interaksi Sosial Dengan Lansia Meningkat
Definisi: Peningkatan keterlibatan dalam kegiatan sosial dengan orang lanjut usia.
Kriteria Hasil: Siswa memiliki pemahaman yang baik mengenai manfaat berinteraksi dengan lansia, memiliki perasaan yang positif terhadap interaksi dengan lansia, dan menunjukkan sikap yang baik terhadap lansia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Bimbingan Interaksi Sosial Dengan Lansia
Definisi: Bantuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berinteraksi secara efektif dengan orang lanjut usia.
Aktivitas: Memberikan edukasi tentang karakteristik, manfaat, dan tantangan dalam berinteraksi dengan lansia, serta mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial dengan lansia.
Secara keseluruhan, kondisi yang Anda deskripsikan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap lansia, sehingga interaksi sosial dengan lansia dapat ditingkatkan melalui bimbingan dan edukasi yang sesuai. -
Article No. 9667 | 23 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan kontrol ulang pasca bedah tulang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan kontrol ulang pasca bedah tulang:
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Pasien yang baru menjalani pembedahan tulang umumnya akan mengalami penurunan kemampuan mobilitas fisik sementara akibat pembatasan pergerakan, nyeri, dan penyembuhan luka operasi.
Definisi Diagnosa Keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu" menurut SDKI adalah: "Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang independen dan terkontrol pada satu atau lebih ekstremitas".
Karakteristik definisi ini sesuai dengan kondisi pasien pasca bedah tulang yang membutuhkan kontrol ulang. Pasien mengalami keterbatasan pergerakan sementara akibat pembedahan, sehingga membutuhkan asuhan keperawatan yang tepat untuk memulihkan mobilitas fisiknya.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu", luaran atau output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah:
a. Peningkatan Mobilitas: Pasien mampu melakukan pergerakan dan aktivitas fisik secara independen dan terkontrol tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal.
b. Penurunan Nyeri: Pasien dapat mengendalikan nyeri sehingga tidak mengganggu mobilitas dan aktivitas fisiknya.
c. Pemulihan Kemampuan Fungsional: Pasien dapat kembali melakukan aktivitas perawatan diri dan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
d. Peningkatan Kemandirian: Pasien dapat memenuhi kebutuhan mobilitas dan aktivitas fisiknya dengan sedikit atau tanpa bantuan perawat.
Luaran-luaran ini diharapkan dapat tercapai setelah pasien menerima asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan "Mobilitas Fisik Terganggu" pasca bedah tulang adalah:
a. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik dan penyebab nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep
- Kolaborasi intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (terapi dingin/panas, masase, relaksasi)
b. Peningkatan Mobilitas
- Latihan rentang gerak sendi dan latihan kekuatan otot terkait area pembedahan
- Bantu pasien melakukan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari secara bertahap
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi dini dan latihan
c. Perawatan Luka Operasi
- Observasi dan perawatan luka operasi sesuai prosedur
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
d. Manajemen Aktivitas
- Pengkajian kemampuan fungsional pasien
- Penyusunan rencana aktivitas yang aman dan bertahap
- Pengawasan, bimbingan, dan bantuan aktivitas sesuai kemampuan pasien
Intervensi-intervensi tersebut perlu dilakukan secara holistik, kolaboratif, dan berpusat pada pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan. Evaluasi dan modifikasi intervensi juga diperlukan sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 9668 | 23 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien Ny. D usia 43 tahun dibawa ke RS Bethesda karena pasien adalah rujukan dari RS Parakan setelah 7 hari di rawat karena stroke. Sebelum dibawa ke RS Parakan, Pasien mengalami pusing hebat kemudian kejang. Keluarga Ny.D mengatakan pada tanggal 10 Desember 2024 Ny. D masuk ke IGD RS Bethesda dengan penurunan kesdaran, kemudian dilakukan pemeriksaan MRI kepala, Ny. D di IGD mendapatkan terapi obat Lasix 2 ampul injeksi dalam 50 cc NaCl diberikan 2 cc/jam dan Nimotop injeksi 2.5 cc/jam. Ny. D masuk ke ruang Galilea II saraf pada tanggal 10 Desember 2024 pukul 17.00 WIB, terpasang infus RL 20tpm, O2 binasal 3 lpm, NGT no.16, kateter no.16, dan mendapatkan terapi obat oral dan injeksi. Hasil pengkajian Ny. D didapatkan hasil kesadaran Ny. D apatis GCS E= 3, V= Afasia, M= 5, tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, suhu 380 C, Nadi 70 x/menit, napas 24 x/menit, suara napas stridor. Pasien mendapatkan terapi oral, sedangkan terapi injeksi sudah dihentikan. Ny. D sudah mampu untuk mengunyah dan menelan makanan melalui oral, tetapi minum masih susah. Ny. D mengalami kelumpuhan sebelah kanan. Keluarga Ny. D mengatakan sebelumnya menderita tekanan darah tinggi, pada saat dirawat di RS PKU Wonosobo dan dapat terapi obat Amlodipine. Ny. D minum obat hanya kalau pusing dan sakit kepala saja, setelah itu tidak rutin lagi minum. Ny. D mendapatkan diet bubur blender CVA, makan 3x sehari, 1 porsi habis, dari pagi sudah minum 4 gelas air belimbing. Keluarga mengatakan Ny. D selama diberi makan dan minum tidak muntah dan bisa menelan makanan. Keluarga mengatakan selama di RS dipasang pempres dan kateter (urine 600 cc/6 jam). Kadang 2 hari baru BAB. Kebutuhan dibantu Total. Hasil Pemeriksaan fisik TB 159 cm, BB 78 kg. TTS 140/80 mmHg, Nadi 70x/menit, suhu 38 C, Respirasi 24x/menit, tingkat kesadaran Apatis. GCS : E=3, V=Afasia, M=5. Ny. D tampak sakit sedang, terpasang NGT no. 16, kateter urine no.16, O2 binasal 3 liter/menit, infus RL 20 tetes/menit di tangan. Pada saat pasien dimiringkan ke kanan dan kiri pasien mudah mengalami sesak napas. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Cholesterol 196,9 mg/dl, LDL 157,6 mg/dl. Pemeriksaan Thorax : Corakan Bronkovaskuler kasar. COR dalam batas normal. Pemeriksaan MRI tanda early infark dengan laminar necrosis di kedua lobus frontalis perimediana dan lobus temporalis sinistra sugestif adanya stenosis di ACM sinistra M2 dan A1 bilateral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Ny. D:
1. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Definisi: Risiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Risiko: Riwayat stroke, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi, Kolesterol tinggi, stenosis arteri.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
Penyebab: Hemiparese/hemiparesis, penurunan tingkat kesadaran, kelemahan otot.
3. Defisit Perawatan Diri
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penyebab: Hemiparese/hemiparesis, penurunan tingkat kesadaran, gangguan komunikasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif:
- Perfusi Jaringan Serebral: Peningkatan
- Tanda-Tanda Vital: Terkendali
- Respon Terhadap Stimulus: Membaik
2. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Mobilitas: Meningkat
- Kemandirian dalam Aktivitas Fisik: Meningkat
- Kemampuan Melakukan Aktivitas Sehari-hari: Meningkat
3. Defisit Perawatan Diri:
- Perawatan Diri: Meningkat
- Kemandirian dalam Perawatan Diri: Meningkat
- Kemampuan Melakukan Aktivitas Perawatan Diri: Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen hipoksia
- Terapi oksigen
- Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah dan kolesterol
- Edukasi kepada keluarga untuk memantau tanda-tanda peningkatan tekanan darah dan kolesterol
2. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Mobilisasi progresif
- Latihan rentang gerak
- Latihan transfer
- Pelatihan aktivitas sehari-hari
- Pemberian alat bantu jika diperlukan
3. Defisit Perawatan Diri:
- Bantuan perawatan diri (mandi, berpakaian, makan, toileting)
- Pelatihan perawatan diri
- Terapi wicara untuk mengatasi gangguan komunikasi
- Edukasi kepada keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data klinis yang diperoleh, yaitu riwayat stroke, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, stenosis arteri, hemiparese/hemiparesis, dan gangguan komunikasi. Luaran/output yang diharapkan mencakup peningkatan perfusi jaringan serebral, peningkatan mobilitas fisik, dan peningkatan kemampuan perawatan diri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan, manajemen hipoksia, kolaborasi pemberian obat-obatan, mobilisasi, latihan, bantuan perawatan diri, dan edukasi kepada keluarga. Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah untuk memulihkan fungsi neurologis, meningkatkan kemandirian, dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada Ny. D.