Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11681 | 31 Jan 2025
Klinis : ansietas, kebingungan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu ansietas dan kebingungan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F41.1
- Deskripsi: Gangguan panik [serangan panik]
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 untuk Ansietas:
- Kode F41.1 (Gangguan panik [serangan panik]) merupakan kode yang paling sesuai untuk kondisi ansietas yang Anda deskripsikan. Gangguan panik adalah suatu kondisi di mana individu mengalami episode berulang dari kecemasan yang akut dan berat, yang disebut serangan panik. Ciri-ciri umum dari serangan panik ini adalah perasaan takut atau cemas yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam beberapa menit, disertai dengan gejala-gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, berkeringat, gemetar, dan kesulitan bernapas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure untuk Kebingungan:
- Kode 94.31 (Konsultasi psikiatri) merupakan kode yang paling sesuai untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan dalam menangani kondisi kebingungan. Konsultasi psikiatri biasanya dilakukan untuk mengevaluasi, mendiagnosis, dan memberikan rekomendasi perawatan yang tepat bagi pasien yang mengalami gangguan mental, seperti kebingungan. Prosedur ini melibatkan wawancara, pemeriksaan fisik, dan evaluasi psikologis oleh seorang psikiater atau profesional kesehatan mental lainnya.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut atau memiliki pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 11682 | 31 Jan 2025
Klinis : manajemen jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Permeabilitas Jalan Nafas
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi "manajemen jalan nafas" dapat didiagnosis sebagai "Risiko Gangguan Permeabilitas Jalan Nafas".
Risiko Gangguan Permeabilitas Jalan Nafas didefinisikan sebagai "Rentan terhadap gangguan pada kemampuan mempertahankan aliran udara yang lancar melalui hidung dan/atau mulut". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya obstruksi jalan nafas, penyakit paru-paru, atau masalah neurologis.
Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko gangguan permeabilitas jalan nafas meliputi:
1. Pemantauan status respirasi
2. Pemberian terapi oksigen
3. Manajemen jalan nafas
4. Manajemen sekresi jalan nafas
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan permebilitas jalan nafas, mencegah komplikasi, dan memastikan pasien dapat bernafas dengan lancar. -
Article No. 11683 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (Acute Pain)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
- SLKI: Kemampuan individu untuk mengontrol dan mengatasi nyeri yang dialami.
- SIKI: Intervensi yang diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan pasien.
2. Kecemasan (Anxiety)
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman yang belum jelas atau tidak diketahui.
- SLKI: Kemampuan individu untuk mengenali dan mengatasi perasaan cemas yang dialami.
- SIKI: Intervensi yang diberikan untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi kecemasan yang dialami.
3. Risiko Gangguan Mobilitas Fisik (Risk for Impaired Physical Mobility)
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor yang menghambat kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
- SLKI: Kemampuan individu untuk melakukan pergerakan fisik secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas fisik pasien.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
Pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya, menandakan adanya nyeri akut terkait dengan kondisi pasca operasi fraktur humerus dextra. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi non-farmakologis (relaksasi, distraksi), dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Kecemasan:
Pasien tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa, menandakan adanya kecemasan terkait dengan kondisi kesehatan dan perawatan di rumah sakit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengurangi faktor penyebab kecemasan, dan mengajarkan teknik manajemen kecemasan.
3. Risiko Gangguan Mobilitas Fisik:
Pasien mengalami fraktur humerus dextra pasca operasi, yang dapat menghambat mobilitas fisik pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik pasien, seperti latihan gerak sendi yang aman, perawatan luka, dan kolaborasi dengan fisioterapis.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien. -
Article No. 11684 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Kriteria Hasil: Tingkat nyeri menurun
- Indikator:
- Perilaku nyeri menurun
- Ekspresi wajah nyeri menurun
- Skala nyeri menurun
2. Kecemasan:
- Kriteria Hasil: Tingkat kecemasan menurun
- Indikator:
- Tingkat kecemasan menurun
- Gejala fisik kecemasan menurun
- Perilaku cemas menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus)
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
- Evaluasi efektivitas intervensi dan respons pasien terhadap nyeri
2. Kecemasan:
- Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Libatkan pasien dalam perencanaan asuhan keperawatan
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dan sebagainya)
- Berikan dukungan emosional dan pujian atas kemajuan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikiater, psikolog) jika diperlukan
- Evaluasi efektivitas intervensi dan respons pasien terhadap kecemasan
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Kecemasan. Pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan tampak meringis saat mencoba menggerakkan tangannya, serta tampak gelisah dan menghindar ketika perawat mendekat, menunjukkan adanya nyeri akut dan kecemasan.
Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat nyeri dan kecemasan pasien, yang dapat diukur melalui indikator seperti penurunan perilaku nyeri, ekspresi wajah, skala nyeri, tingkat kecemasan, gejala fisik, dan perilaku cemas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen nyeri dan manajemen kecemasan. Ini mencakup pengkajian yang komprehensif, kolaborasi pemberian analgesik, teknik non-farmakologis, penciptaan lingkungan aman dan nyaman, pelibatan pasien, teknik relaksasi, dukungan emosional, dan evaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 11685 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
Penyebab: Cedera fisik.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak diketahui.
Penyebab: Perubahan status kesehatan, pengalaman prosedur/perawatan kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Kriteria Hasil:
- Menggunakan strategi untuk mengurangi nyeri.
- Melaporkan nyeri berkurang.
- Menunjukkan perilaku yang mengindikasikan penurunan nyeri.
2. Kecemasan Terkendali
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan pengurangan kecemasan.
- Menunjukkan perilaku yang mengindikasikan penurunan kecemasan.
- Menggunakan strategi untuk mengendalikan kecemasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
- Lakukan tindakan keperawatan yang dapat mengurangi nyeri, seperti memposisikan dengan benar atau membantu pasien beraktivitas.
- Evaluasi efektivitas intervensi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen Kecemasan
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif, termasuk penyebab, tingkat, dan dampak kecemasan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan informasi yang jelas dan dapat dipahami oleh pasien terkait kondisi dan rencana perawatan.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, atau visualisasi untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis.
- Evaluasi efektivitas intervensi untuk mengurangi kecemasan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut: Pasien mengalami nyeri dengan skala 5 akibat fraktur humerus dextra yang baru saja menjalani operasi. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Kecemasan: Pasien tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan, yang menunjukkan adanya kecemasan. Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak diketahui.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Diharapkan pasien dapat mengendalikan atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan melalui penggunaan strategi farmakologis dan non-farmakologis, serta melaporkan pengurangan nyeri dan menunjukkan perilaku yang mengindikasikan penurunan nyeri.
2. Kecemasan Terkendali: Diharapkan pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan melalui penggunaan strategi manajemen kecemasan, melaporkan pengurangan kecemasan, dan menunjukkan perilaku yang mengindikasikan penurunan kecemasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberikan analgesik, mengajarkan teknik non-farmakologis, melakukan tindakan keperawatan yang dapat mengurangi nyeri, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
2. Manajemen Kecemasan: Melakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif, menciptakan lingkungan yang tenang dan aman, memberikan informasi yang jelas, mengajarkan teknik relaksasi, melibatkan keluarga, dan mengevaluasi efektivitas intervensi. -
Article No. 11686 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur humerus dextra) yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5, tampak meringis saat menggerakkan tangan, dan gelisah ketika perawat mendekat untuk memeriksa.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Tingkat Nyeri
a. Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dari skala 5 menjadi skala 3 atau kurang.
b. Pasien tampak lebih rileks dan tidak meringis saat menggerakkan tangan.
c. Pasien kooperatif saat perawat melakukan pemeriksaan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
b. Berikan intervensi farmakologis sesuai instruksi medis, seperti pemberian analgesik.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, psikolog) untuk intervensi nonfarmakologis, seperti terapi relaksasi, distraksi, dan mobilisasi terkontrol.
d. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri, seperti relaksasi napas dalam dan pengalihan perhatian.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien, seperti meminimalkan stimulus yang dapat memicu nyeri (mengatur posisi tubuh, mengurangi gerakan pasif) dan memfasilitasi istirahat yang cukup.
3. Dukungan Emosional
a. Tunjukkan empati dan perhatian kepada pasien untuk mengurangi kecemasan.
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional kepada pasien.
c. Berikan informasi yang jelas tentang kondisi pasien, rencana perawatan, dan prognosis.
Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif ini, diharapkan pasien dapat mencapai penurunan tingkat nyeri, meningkatkan kenyamanan, dan mencapai hasil yang optimal dalam proses pemulihan. -
Article No. 11687 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran keperawatan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fraktur humerus dextra, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5, pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya, dan pasien tampak gelisah.
Luaran/Output Keperawatan SLKI:
1. Tingkat nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan nyeri hingga skala 2-3 dalam waktu 24-48 jam setelah intervensi keperawatan.
2. Perilaku menghindari: Pasien akan menunjukkan perilaku kooperatif saat perawat melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan dalam waktu 24-48 jam.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan/intensitas, dan faktor pencetus.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Terapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian kompres hangat, teknik relaksasi, dan distraksi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan nyeri dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Perilaku:
a. Bangun rapport yang baik dengan pasien untuk meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan pasien dalam perawatan.
b. Berikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami dan kooperatif.
c. Lakukan pendekatan yang lembut dan penuh empati saat melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dan perilaku menghindari pasien.
d. Berikan pujian dan dukungan positif saat pasien menunjukkan perilaku kooperatif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" diidentifikasi berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan nyeri dengan skala 5 dan ekspresi meringis saat mencoba menggerakkan tangan. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri hingga skala 2-3 dalam waktu 24-48 jam, serta menunjukkan perilaku kooperatif saat perawat melakukan pemeriksaan dan tindakan.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen nyeri, yang meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan penerapan teknik nonfarmakologis. Selain itu, manajemen perilaku juga penting dilakukan untuk mengatasi perilaku menghindari pasien melalui pendekatan yang lembut dan penuh empati, serta pemberian edukasi dan dukungan positif.
Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi masalah keperawatan, menetapkan tujuan, dan mengimplementasikan intervensi yang komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan dalam meningkatkan kondisi pasien. -
Article No. 11688 | 31 Jan 2025
Klinis : Laki-laki usia 56 tahun dirawat rumah sakit dengan riwayat jatuh dari kamar mandi dan mengalami post operasi fraktur humerus dextra. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri dengan skala 5 dan pasien tampak meringis ketika mencoba menggerakkan tangannya. Pasien juga tampak gelisah dan selalu menghindar ketika perawat mendekat untuk memeriksa keadaan pasien. Pasien berasal dari Yogyakarta yang sekarang sedang berkunjung ke rumah anaknya di medan. Hasil TTV diperoleh TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 24x/menit, suhu 37,4°C. Perawat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempelajari kondisi pasien yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur humerus dextra) ditandai dengan skala nyeri 5, pasien tampak meringis saat menggerakkan tangan, dan gelisah ketika perawat mendekat.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Cedera fisik.
- Karakteristik: Skala nyeri, ekspresi wajah, perilaku protektif.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Kemampuan individu atau keluarga untuk mengendalikan nyeri.
- Kriteria hasil yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks, pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas keperawatan: Melakukan pengkajian nyeri, memberikan intervensi farmakologi dan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, memantau efektivitas intervensi, dan melibatkan pasien dalam manajemen nyeri.
Berdasarkan kondisi pasien, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, seperti pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan pengaturan posisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyamanan pasien. Selain itu, perawat juga perlu membangun komunikasi yang efektif dengan pasien untuk memahami kondisi dan kebutuhannya. -
Article No. 11689 | 31 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala dan sakit leher kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala dan sakit leher.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Cedera atau penyakit pada kepala dan leher.
- Tanda & Gejala: Pasien mengeluhkan rasa sakit pada kepala dan leher, nyeri dapat menyebar ke daerah sekitarnya, terdapat perubahan ekspresi wajah, dan pasien mungkin tampak gelisah.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Intervensi:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis.
- Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab nyeri.
Rencana Implementasi dan Evaluasi (SIKI):
1. Pengkajian Nyeri
- Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus nyeri.
- Observasi tanda-tanda vital dan perilaku non-verbal yang menunjukkan nyeri.
2. Manajemen Nyeri Farmakologi
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Pantau efektivitas dan efek samping obat.
3. Manajemen Nyeri Non-Farmakologi
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam dan distraksi.
- Berikan kompres hangat/dingin pada daerah yang nyeri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, psikolog, dll.) untuk penanganan nyeri.
Evaluasi:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien tampak lebih rileks dan nyaman.
- Tidak ada efek samping obat yang muncul.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan berdasarkan standar PPNI untuk pasien dengan keluhan sakit kepala dan sakit leher. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 11690 | 31 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk sudah 4 hari, dahak berwarna hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI:
Indikator Hasil:
1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Tidak ada obstruksi jalan napas
4. Tidak ada sianosis
5. Tidak ada retraksi dinding dada
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor status pernapasan (frekuensi, ritme, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan)
2. Auskultasi suara napas
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. Bantu batuk efektif dan bersihan jalan napas
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan batuk sudah 4 hari, dahak berwarna hijau, menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan. Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan secara efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status pernapasan, auskultasi suara napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan bantuan batuk efektif.