Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9749 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Malaise dan fatigue
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: Tidak ada tindakan medis prosedur yang spesifik tercantum dalam informasi yang diberikan.
Penjelasan:
Pasien usia 59 tahun datang dengan keluhan utama pusing, badan terasa sakit, dan lemas sejak 3 hari lalu. Gejala-gejala yang dialami pasien, seperti penurunan nafsu makan, kesulitan tidur, aktivitas terbatas, dan perubahan pola tidur, mengarah pada diagnosis R53.1 (Malaise dan fatigue).
Tidak ada informasi spesifik mengenai tindakan medis prosedur yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan. Pasien tampak mengalami gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, sehingga diperlukan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan diagnosis dan tindakan yang tepat.
Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia (Hb 9,4; Ht 28) dan elektrolit yang tidak stabil (Na 149, K 5,2), sehingga evaluasi dan penanganan terkait kondisi tersebut juga perlu dipertimbangkan. -
Article No. 9750 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien usia 59 tahun ini mengalami masalah kesehatan yang dapat didiagnosis dengan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Pemulihan status nutrisi
- SIKI: Manajemen nutrisi
Penjelasan singkat: Pasien menunjukkan gejala penurunan nafsu makan dan hanya mengkonsumsi bubur kacang hijau, serta asupan cairan yang kurang dari kebutuhan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan membutuhkan intervensi untuk memulihkan status nutrisi pasien.
2. Gangguan pola tidur
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Pemulihan pola tidur
- SIKI: Manajemen pola tidur
Penjelasan singkat: Pasien mengeluhkan tidur tidak nyenyak karena merasa pusing dan lemas, sehingga istirahat pasien tidak tercukupi. Intervensi diperlukan untuk memulihkan pola tidur yang optimal.
3. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
Penjelasan singkat: Pasien memiliki aktivitas yang terbatas dan membutuhkan bantuan dari keluarga, hal ini dapat disebabkan oleh gejala pusing, lemas, dan malnutrisi yang dialami. Intervensi diperlukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Standar diagnosa keperawatan, hasil keperawatan, dan intervensi keperawatan di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9751 | 24 Dec 2024
Klinis : panas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "panas" dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode R50.9 dalam ICD-10 adalah kode yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi umum "panas" atau "demam" yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain. Ini merupakan kode yang luas dan sering digunakan sebagai diagnosis sementara atau awal sebelum penyebab spesifik dari demam dapat diidentifikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik berkaitan dengan kondisi "panas" atau "demam". Penanganan dan tatalaksana pasien dengan demam umumnya meliputi tindakan-tindakan seperti pemeriksaan fisik, penggunaan antipiretik, dan investigasi lebih lanjut untuk menemukan penyebab, yang tidak memiliki kode prosedur khusus dalam ICD-9-CM. -
Article No. 9752 | 24 Dec 2024
Klinis : dislokasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dislokasi, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis jika ada, dengan penjelasan yang terstruktur sesuai dengan format yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S03.0
- Deskripsi: Dislokasi tulang lacrimal
Penjelasan:
- Kode ICD-10 S03.0 mewakili dislokasi tulang lacrimal. Tulang lacrimal adalah salah satu tulang kecil yang membentuk rongga mata, dan dislokasi pada tulang ini dapat terjadi akibat trauma.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 76.70
- Deskripsi: Reduksi tertutup dislokasi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 76.70 mewakili tindakan medis untuk melakukan reduksi tertutup (tanpa pembedahan) pada dislokasi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Prosedur ini dilakukan untuk mengembalikan struktur tulang atau sendi yang terlepas ke posisi normal.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode ini untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur yang dilakukan pada pasien dengan kondisi dislokasi. -
Article No. 9753 | 24 Dec 2024
Klinis : dislokasi sendi kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnose dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi dislokasi sendi kaki:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S93.0
- Deskripsi: Dislokasi sendi pergelangan kaki
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 79.70
- Deskripsi: Reduksi tertutup dislokasi pergelangan kaki tanpa fiksasi; 79.71 Reduksi terbuka dislokasi pergelangan kaki dengan fiksasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 S93.0 menggambarkan dislokasi sendi pergelangan kaki. Dislokasi sendi ini dapat terjadi akibat trauma seperti terjatuh atau kecelakaan. Pasien biasanya akan mengalami nyeri, pembengkakan, dan gangguan fungsi pada pergelangan kaki.
Jika diperlukan, penanganan medis yang dapat dilakukan adalah reduksi (pengaturan kembali) sendi yang terdislokasi. Terdapat dua jenis prosedur reduksi yang tercatat dalam kode ICD-9-CM, yaitu:
1. Kode 79.70 - Reduksi tertutup dislokasi pergelangan kaki tanpa fiksasi
Prosedur ini dilakukan dengan menarik dan mengatur kembali sendi pergelangan kaki ke posisi anatomis yang benar tanpa membutuhkan pembedahan terbuka.
2. Kode 79.71 - Reduksi terbuka dislokasi pergelangan kaki dengan fiksasi
Prosedur ini dilakukan dengan membuka secara bedah untuk menempatkan kembali sendi pergelangan kaki ke posisi yang benar, dan kemudian dilakukan fiksasi (penyangga) dengan menggunakan alat bantu seperti pin atau plat.
Pemilihan prosedur reduksi bergantung pada keparahan cedera dan kondisi klinis pasien. Penanganan yang tepat sangat penting untuk memastikan pemulihan fungsi pergelangan kaki yang optimal. -
Article No. 9754 | 24 Dec 2024
Klinis : Termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan dengan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi termoregulasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi termoregulasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Thermoregulasi". Diagnosa ini digunakan ketika terjadi gangguan dalam kemampuan tubuh untuk mengatur suhu, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan sistem saraf, gangguan hormonal, atau paparan lingkungan yang ekstrem.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Suhu Tubuh: Menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
2. Keseimbangan Cairan: Mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Respon Termoregulasi: Menunjukkan respon termoregulasi yang efektif.
4. Kenyamanan: Melaporkan kenyamanan yang meningkat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi termoregulasi adalah:
1. Manajemen Suhu Tubuh:
- Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh, secara berkala.
- Lakukan tindakan pendinginan atau pemanasan sesuai dengan kondisi pasien.
- Atur lingkungan yang nyaman bagi pasien, seperti suhu ruangan, kelembaban, dan ventilasi.
2. Manajemen Cairan:
- Kaji status cairan pasien, seperti intake dan output cairan.
- Berikan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan pasien.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
3. Manajemen Kenyamanan:
- Kaji tingkat kenyamanan pasien terkait suhu tubuh.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti kompres hangat/dingin, pengaturan suhu lingkungan, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan penyebab dan tanda-tanda gangguan termoregulasi.
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.
- Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan.
Dengan mengimplementasikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai keseimbangan termoregulasi yang efektif, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 9755 | 24 Dec 2024
Klinis : Termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan termoregulasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan termoregulasi adalah "Ketidakefektifan Thermoregulasi". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan suhu tubuh normal dalam rentang yang diharapkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan sistem saraf pusat, gangguan hormonal, dehidrasi, atau paparan kondisi lingkungan yang ekstrem.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Stabilitas Suhu Tubuh: Pasien menunjukkan suhu tubuh yang stabil dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
2. Termoregulasi Efektif: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal melalui mekanisme vasokonstriksi, vasodilatasi, dan berkeringat yang efektif.
3. Tidak ada Tanda-Tanda Hipertermia atau Hipotermia: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda hipertermia (suhu >37,5°C) atau hipotermia (suhu <36,5°C).
4. Kenyamanan Pasien: Pasien melaporkan kenyamanan suhu tubuhnya dan tidak mengeluhkan sensasi panas atau dingin yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Suhu Tubuh: Lakukan pemantauan suhu tubur pasien secara berkala (minimal 4 kali sehari) dan catat hasilnya untuk memantau tren suhu.
2. Manajemen Lingkungan: Atur suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara di lingkungan pasien untuk mendukung termoregulasi yang efektif.
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit: Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien, serta kontrol keseimbangan elektrolit (natrium, kalium, klorida) untuk mencegah dehidrasi atau gangguan keseimbangan cairan.
4. Tindakan Pendinginan/Pemanasan: Lakukan tindakan pendinginan (misalnya kompes dingin, kipas angin) atau pemanasan (misalnya selimut hangat, botol air panas) untuk membantu stabilisasi suhu tubuh sesuai kebutuhan.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga suhu tubuh, tanda-tanda hipertermia dan hipotermia, serta strategi untuk mempertahankan suhu tubuh yang optimal.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan fisioterapis, untuk memberikan penatalaksanaan yang komprehensif bagi pasien dengan gangguan termoregulasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu stabilitas suhu tubuh, termoregulasi yang efektif, serta kenyamanan dan keamanan pasien dalam mempertahankan suhu tubuh normal. -
Article No. 9756 | 24 Dec 2024
Klinis : Termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi termoregulasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Termoregulasi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi termoregulasi adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu dengan efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, gangguan sistem saraf pusat, atau paparan lingkungan yang bersuhu tinggi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam batas normal: Setelah menerima asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali ke dalam batas normal, yaitu 36,5°C - 37,5°C.
2. Tidak ada tanda-tanda hipertermia: Setelah asuhan keperawatan, diharapkan tidak ada lagi tanda-tanda hipertermia, seperti peningkatan suhu tubuh, kulit yang terasa panas, dan menurunnya kesadaran.
3. Stabilitas hemodinamik: Luaran yang diharapkan adalah stabilitas hemodinamik pasien, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernapasan yang berada dalam batas normal.
4. Peningkatan kenyamanan pasien: Asuhan keperawatan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien, seperti menurunnya rasa tidak nyaman akibat peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan suhu tubuh secara berkala: Perawat harus melakukan pemantauan suhu tubuh pasien secara rutin untuk mengetahui perubahan suhu dan mengambil tindakan yang tepat.
2. Manajemen suhu tubuh: Perawat dapat melakukan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh, seperti memberikan kompres dingin, menggunakan kipas angin, atau menurunkan suhu ruangan.
3. Pemberian cairan dan elektrolit: Perawat harus memastikan pasien mendapatkan cairan dan elektrolit yang cukup untuk menghindari dehidrasi, yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
4. Manajemen lingkungan: Perawat harus mengatur lingkungan sekitar pasien agar suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara sesuai untuk mencegah peningkatan suhu tubuh.
5. Edukasi dan promosi kesehatan: Perawat harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mencegah dan mengatasi hipertermia, serta mempromosikan gaya hidup yang sehat.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal, tanda-tanda hipertermia hilang, hemodinamik stabil, dan pasien merasa lebih nyaman. -
Article No. 9757 | 24 Dec 2024
Klinis : Termoregulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi termoregulasi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Termoregulasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Termoregulasi adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu Tubuh Dalam Batas Normal
2. Kenyamanan Termal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Termoregulasi
2. Manajemen Lingkungan
3. Terapi Hangat/Dingin
Sebagai perawat, saya memahami pentingnya menjaga keseimbangan termoregulasi pasien untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal. Diagnosa keperawatan ini mengidentifikasi masalah dalam kemampuan pasien untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. Melalui intervensi keperawatan yang terarah, seperti manajemen termoregulasi, manajemen lingkungan, dan terapi hangat/dingin, perawat dapat membantu pasien mencapai suhu tubuh yang sesuai dan meningkatkan kenyamanan termal.
Diharapkan penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan terkait kondisi termoregulasi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya siap untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 9758 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen dada, 2 atau lebih proyeksi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 adalah untuk tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif, yang sesuai dengan diagnosis awal pada kasus ini.
- Kode ICD-9-CM 87.44 adalah untuk prosedur rontgen dada dengan 2 atau lebih proyeksi, yang merupakan tindakan diagnostik yang dilakukan pada pasien ini.