Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9742 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat serta kode SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri Akut (10017)
- SLKI: Pengelolaan Nyeri (20034)
- SIKI: Manajemen Nyeri (30232)
Penjelasan: Ny. R mengalami nyeri di area luka operasi perut bagian bawah dengan skala nyeri 6. Nyeri bertambah saat bergerak dan hilang timbul. Hal ini perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (10010)
- SLKI: Perfusi Jaringan (20027)
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan (30221)
Penjelasan: Konjungtiva tampak pucat, yang dapat mengindikasikan adanya masalah dengan perfusi jaringan perifer. Hal ini perlu dievaluasi dan ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Menyusui
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Menyusui (10032)
- SLKI: Pemberian ASI (20069)
- SIKI: Manajemen Laktasi (30286)
Penjelasan: Ny. R mengeluhkan ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara juga tampak inverted. Hal ini dapat menghambat proses menyusui yang efektif dan perlu ditangani dengan segera.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (10028)
- SLKI: Pencegahan Komplikasi (20053)
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi (30251)
Penjelasan: Meskipun luka operasi tampak bersih dan kering, namun adanya peningkatan leukosit dan CRP mengindikasikan adanya risiko infeksi yang perlu dipantau dan ditangani dengan baik.
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Ansietas (10001)
- SLKI: Adaptasi Psikologis (20001)
- SIKI: Manajemen Ansietas (30201)
Penjelasan: Ny. R tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini perlu ditangani untuk mencegah dampak negatif pada proses pemulihan dan perawatan bayi.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami Ny. R, baik secara fisik maupun psikologis. Kolaborasi dengan tim medis lain juga dibutuhkan untuk mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 9743 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Ny. R mengalami nyeri akut di daerah luka operasi perut bagian bawah, dengan skala nyeri 6 dan bersifat hilang timbul. Hal ini dapat memengaruhi mobilitas dan kenyamanan pasien.
2. Ketidakefektifan Menyusui
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui
- SLKI: Kemampuan Menyusui
- SIKI: Menyusui
Penjelasan:
Ny. R melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted dan payudara tampak membengkak. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan Ny. R dalam memberikan ASI kepada bayinya.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kemampuan Mencegah Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka
Penjelasan:
Meskipun luka operasi SC tampak bersih dan kering, Ny. R memiliki beberapa faktor risiko infeksi, seperti kadar leukosit yang tinggi (13.000/µL) dan CRP yang meningkat (10 mg/L).
4. Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Kemampuan Mencegah Perdarahan
- SIKI: Perawatan Luka Perineum
Penjelasan:
Ny. R memiliki riwayat bedah sesar sebelumnya dan saat ini mengalami lochea rubra dengan jumlah sedang (100 cc), tanpa adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi. Namun, perlu diwaspadai kemungkinan risiko perdarahan.
5. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Ny. R tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Kondisi ini dapat memengaruhi proses penyembuhan dan adaptasi peran sebagai ibu.
Dalam penerapan intervensi keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 9744 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi SC
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan nyeri pascaoperasi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan anemia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi SC
5. Gangguan produksi ASI berhubungan dengan pembengkakan payudara dan putting susu inverted
6. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan memberikan ASI pada bayi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
- Ekspresi wajah pasien menunjukkan kenyamanan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri
2. Pola Tidur Efektif
- Pasien tidur tanpa terganggu nyeri
- Pasien terlihat segar dan istirahat cukup
- Tidak ada keluhan kelelahan berlebihan
3. Perfusi Jaringan Adekuat
- Kadar hemoglobin dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda anemia
- Tidak ada keluhan pusing atau lemah
4. Integritas Kulit Terpelihara
- Luka operasi sembuh tanpa komplikasi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
- Pasien tidak merasa nyeri atau gatal pada luka
5. Produksi ASI Adekuat
- Payudara membengkak dan terasa penuh
- ASI keluar dengan lancar dan jumlah mencukupi
- Bayi menyusu dengan baik dan terlihat puas
6. Kecemasan Terkontrol
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan cemas
- Pasien mampu mengatasi kecemasan dengan tenang
- Tidak ada tanda-tanda cemas yang berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Observasi efektivitas pengobatan nyeri
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mengganggu
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan pasien melakukan aktivitas yang dapat membantu relaksasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
3. Manajemen Anemia
- Lakukan pemeriksaan hematologi secara berkala
- Berikan terapi besi sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien mengonsumsi makanan kaya zat besi
- Pantau tanda-tanda anemia dan dokumentasikan perkembangannya
4. Perawatan Luka Operasi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik dan terjadwal
- Ajarkan pasien cara merawat luka secara mandiri
- Observasi tanda-tanda infeksi dan kolaborasi dengan dokter jika diperlukan
- Berikan edukasi mengenai pemulihan luka operasi
5. Manajemen Laktasi
- Kaji penyebab gangguan produksi ASI
- Bantu pasien untuk melakukan teknik menyusui yang benar
- Berikan kompres hangat pada payudara untuk meningkatkan produksi ASI
- Berikan makanan dan cairan yang mendukung produksi ASI
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi jika diperlukan
6. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor-faktor penyebabnya
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengekspresikan perasaannya
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif
- Kolaborasi dengan psikolog atau konselor jika diperlukan -
Article No. 9745 | 24 Dec 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis diare, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis noninfektif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolonoskopi, tidak spesifik
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 K52 (Gastroenteritis dan kolitis noninfektif):
- Kategori K52 mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan diare, inflamasi usus, dan gejala gastrointestinal lainnya, tetapi tidak disebabkan oleh infeksi.
- Kondisi-kondisi yang termasuk dalam kategori ini meliputi alergi makanan, intoleransi makanan, reaksi obat, radiasi, dan penyebab lain yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
- Diagnosis diare biasanya diklasifikasikan di bawah kode K52 berdasarkan penyebab yang tidak dapat diidentifikasi atau diklasifikasikan secara lebih spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 45.23 (Kolonoskopi, tidak spesifik):
- Prosedur kolonoskopi dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab diare dan mendeteksi adanya kelainan di dalam kolon.
- Kode 45.23 digunakan untuk prosedur kolonoskopi yang tidak diklasifikasikan secara lebih spesifik, seperti kolonoskopi diagnostik, kolonoskopi dengan biopsi, atau kolonoskopi dengan pengambilan polip.
- Prosedur kolonoskopi dapat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab diare, serta memungkinkan pengambilan sampel jaringan untuk analisis lebih lanjut. -
Article No. 9746 | 24 Dec 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Definisi: Perubahan konsistensi dan frekuensi defekasi menjadi cair dan/atau meningkat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan
2. Keefektifan eliminasi
3. Kontrol diare
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen diare
2. Terapi cairan
3. Pemantauan tanda-tanda vital
Penjelasan Singkat:
Diare adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan konsistensi dan frekuensi defekasi menjadi cair dan/atau meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, intoleransi makanan, atau kondisi medis tertentu.
Tujuan utama penanganan diare adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah dehidrasi, dan mengatasi penyebab diare. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen diare (seperti pengaturan diet, pemberian obat antidiare), terapi cairan (pemberian cairan dan elektrolit), serta pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien.
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare meliputi keseimbangan cairan yang terpelihara, efektivitas eliminasi yang membaik, dan kontrol terhadap gejala diare.
Peran perawat dalam penanganan diare adalah memberikan perawatan yang komprehensif, memantau perkembangan pasien, serta melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah komplikasi dan memfasilitasi proses penyembuhan. -
Article No. 9747 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan anoreksia, intake makan hanya bubur kacang hijau, dan berat badan menurun.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, letargi, dan penurunan Hb ditandai dengan aktivitas dibantu oleh keluarga.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan pusing dan lemas ditandai dengan tidur tidak nyenyak.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Klien dapat mengkonsumsi makanan dan cairan sesuai kebutuhan.
- Klien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
2. Toleransi Aktivitas
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien dapat mempertahankan kekuatan dan daya tahan otot.
3. Pola Tidur
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi dan cairan klien.
- Berikan makanan dan cairan sesuai kebutuhan nutrisi klien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau berat badan klien secara teratur.
2. Toleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan kemampuan klien.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi klien.
- Ajarkan teknik konservasi energi pada klien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan.
3. Pola Tidur
- Kaji pola tidur dan istirahat klien.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu klien tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur, jika diperlukan.
Penjelasan secara rinci dan terperinci telah saya berikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 9748 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan penurunan asupan nutrisi.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual, nyeri, dan penurunan nafsu makan.
- Gejala dan tanda: Berat badan menurun, asupan makanan kurang dari kebutuhan, dan perubahan pola makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Keseimbangan nutrisi terpenuhi.
- Kriteria hasil: Berat badan stabil, asupan nutrisi adekuat, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan nutrisi, pemberian makanan dan cairan yang adekuat, edukasi tentang nutrisi yang tepat.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perasaan tidak nyaman akibat pusing dan lemas.
SDKI:
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Perasaan tidak nyaman, kecemasan, dan perubahan pola tidur.
- Gejala dan tanda: Kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, dan tidur yang tidak istirahatif.
SLKI:
- Luaran: Pola tidur yang adekuat.
- Kriteria hasil: Durasi dan kualitas tidur membaik, dan tidak ada tanda-tanda kelelahan.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen lingkungan yang mendukung tidur, pemberian teknik relaksasi, dan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
Penjelasan singkat:
Pasien usia 59 tahun dengan keluhan utama pusing, badan terasa sakit dan lemas sejak 3 hari lalu. Pasien mengalami penurunan nafsu makan, hanya makan bubur kacang hijau dan asupan cairan yang kurang. Pasien juga mengeluhkan tidur tidak nyenyak karena merasa pusing dan lemas. Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi, seperti mukosa bibir kering. Selain itu, pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya anemia (Hb 9.4) dan gangguan elektrolit (Na 149, K 5.2). Kondisi ini membutuhkan penanganan yang tepat untuk memperbaiki status nutrisi dan pola tidur pasien. -
Article No. 9749 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.1
- Deskripsi: Malaise dan fatigue
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: Tidak ada tindakan medis prosedur yang spesifik tercantum dalam informasi yang diberikan.
Penjelasan:
Pasien usia 59 tahun datang dengan keluhan utama pusing, badan terasa sakit, dan lemas sejak 3 hari lalu. Gejala-gejala yang dialami pasien, seperti penurunan nafsu makan, kesulitan tidur, aktivitas terbatas, dan perubahan pola tidur, mengarah pada diagnosis R53.1 (Malaise dan fatigue).
Tidak ada informasi spesifik mengenai tindakan medis prosedur yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang dapat diberikan. Pasien tampak mengalami gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, sehingga diperlukan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan diagnosis dan tindakan yang tepat.
Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia (Hb 9,4; Ht 28) dan elektrolit yang tidak stabil (Na 149, K 5,2), sehingga evaluasi dan penanganan terkait kondisi tersebut juga perlu dipertimbangkan. -
Article No. 9750 | 24 Dec 2024
Klinis : pasien usia 59 tahun, Klien datang dari IGD pada tanggal 10 Juni 2024 dengan keluhan pusing, badan terasa sakit serta lemas sejak 3 hari lalu. Maka klien memutuskan untuk pergi ke RSU Kabupaten Tangerang. tidak ada nafsu untuk makan, hanya mau makan bubur kacang hijau minum ± 2 – 3 gelas /hari, Klien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak karena merasa pusing dan lemas yang dialaminya dan pola tidurnya berubah sehingga klien merasa istirahatnya tidak tercukupi karena klien merasa seluruh tubuh tidak enak,Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh anaknya karena aktivitasnya terbatas, Respirasi 22×/menit, terdapat batuk, tidak terdapat sputum, tidak terdapat suara napas tambahan, SpO2 : 98%. Berdasarkan hasil inspeksi bahwa hasil klien mengalami sesak, pergerakan rongga dada simetris., Berdasarkan hasil inspeksi pada abdomen perut membesar tidak ada nyeri tekan pada bagian ulu hati, tidak ada mual muntah, mukosa bibir kering, Berdasarkan hasil inspeksi dan palpasi dapat diketahui bahwa warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan kulit, Keadaan umum compos mentis, kesadaran GCS 15 : E (4), M : (6), V : (5). Aktivitas dibantu oleh keluarga, pada saat pemeriksaan ditemukan. TD : 130/90 mmHg, N : 90 ×/menit, RR : 22 ×/menit, hasil labolatorium haemoglobin 9.4, hematokrit 28, natrium 149, kalium 5.2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien usia 59 tahun ini mengalami masalah kesehatan yang dapat didiagnosis dengan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Pemulihan status nutrisi
- SIKI: Manajemen nutrisi
Penjelasan singkat: Pasien menunjukkan gejala penurunan nafsu makan dan hanya mengkonsumsi bubur kacang hijau, serta asupan cairan yang kurang dari kebutuhan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan membutuhkan intervensi untuk memulihkan status nutrisi pasien.
2. Gangguan pola tidur
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Pemulihan pola tidur
- SIKI: Manajemen pola tidur
Penjelasan singkat: Pasien mengeluhkan tidur tidak nyenyak karena merasa pusing dan lemas, sehingga istirahat pasien tidak tercukupi. Intervensi diperlukan untuk memulihkan pola tidur yang optimal.
3. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
Penjelasan singkat: Pasien memiliki aktivitas yang terbatas dan membutuhkan bantuan dari keluarga, hal ini dapat disebabkan oleh gejala pusing, lemas, dan malnutrisi yang dialami. Intervensi diperlukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Standar diagnosa keperawatan, hasil keperawatan, dan intervensi keperawatan di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 9751 | 24 Dec 2024
Klinis : panas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "panas" dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode R50.9 dalam ICD-10 adalah kode yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi umum "panas" atau "demam" yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain. Ini merupakan kode yang luas dan sering digunakan sebagai diagnosis sementara atau awal sebelum penyebab spesifik dari demam dapat diidentifikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik berkaitan dengan kondisi "panas" atau "demam". Penanganan dan tatalaksana pasien dengan demam umumnya meliputi tindakan-tindakan seperti pemeriksaan fisik, penggunaan antipiretik, dan investigasi lebih lanjut untuk menemukan penyebab, yang tidak memiliki kode prosedur khusus dalam ICD-9-CM.