Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9737 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. C, memiliki istri Ibu D. dan seorang anak bernama an. E, usia 3 tahun. Saat ini an. E mengalami diare. Menurut ibu dari tadi malam sampai pagi ini, an. E telah 7x bab, bentuk feces encer dan pagi ini anak rewel dan badannya panas. Ibu tidak membawa an. E ke pelayan kesehatan tetapi meminta penangkal palasik karena menurut kebiasaan di daerah ibu, wilayah Mingkabau Daerah Pasaman Sumatera Barat, palasik dapat menyebabkan anak demam dan diare. Penangkal palasik sendiri bentuknya seperti kain yang diikatkan pada pergelangan tangan anak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare
- Definisi: Risiko mengalami penurunan volume cairan dan elektrolit yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Terkait: Diare, penerimaan cairan yang tidak adekuat.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga Berhubungan dengan Pengetahuan yang Kurang tentang Penanganan Diare
- Definisi: Ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mengelola, dan membuat keputusan terkait kesehatan anggota keluarga.
- Faktor Terkait: Pengetahuan yang kurang tentang penanganan diare, persepsi yang salah tentang penyebab diare.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare:
- Hidrasi yang Memadai: Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti kelembaban mukosa, turgor kulit, dan produksi urin yang adekuat.
- Keseimbangan Cairan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga Berhubungan dengan Pengetahuan yang Kurang tentang Penanganan Diare:
- Pengetahuan tentang Penanganan Diare: Keluarga mampu menjelaskan penyebab diare, cara penanganan yang tepat, dan pencegahan komplikasi.
- Perilaku Pemeliharaan Kesehatan: Keluarga mampu melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi diare pada anak.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare:
- Pemantauan Cairan: Pantau tanda-tanda dehidrasi, intake dan output cairan, dan keseimbangan cairan.
- Terapi Cairan: Berikan cairan oral atau intravena untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
- Edukasi Tentang Penggantian Cairan: Ajarkan keluarga cara memberikan cairan oral yang tepat untuk mencegah dehidrasi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga Berhubungan dengan Pengetahuan yang Kurang tentang Penanganan Diare:
- Identifikasi Pemahaman Keluarga: Kaji pemahaman keluarga tentang penyebab diare dan penanganannya.
- Edukasi Tentang Diare: Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyebab, tanda-tanda, dan penanganan diare yang tepat.
- Fasilitasi Pengambilan Keputusan Kesehatan: Bantu keluarga membuat keputusan yang tepat terkait perawatan anak dengan diare.
- Konseling Kesehatan: Berikan konseling kepada keluarga untuk menghilangkan persepsi yang salah tentang penyebab diare.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Diare dan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga Berhubungan dengan Pengetahuan yang Kurang tentang Penanganan Diare. Luaran/output yang diharapkan adalah hidrasi yang memadai, keseimbangan cairan, pengetahuan keluarga tentang penanganan diare, dan perilaku pemeliharaan kesehatan yang tepat. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan cairan, terapi cairan, edukasi tentang penggantian cairan, identifikasi pemahaman keluarga, edukasi tentang diare, fasilitasi pengambilan keputusan kesehatan, dan konseling kesehatan. Tujuan intervensi ini adalah untuk memastikan anak terhindar dari komplikasi akibat diare dan memampukan keluarga dalam menangani diare dengan benar. -
Article No. 9738 | 24 Dec 2024
Klinis : Seorang perempuan, usia 52 th, dirawat di ruang penyakit dalam RS. X di kabupaten Aceh Singkil. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6 gr/dl. Salah satu terapi yang harus dilakukan adalah transfusi darah, namun ditolak oleh pasien dan keluarga karena menurut keyakinan mereka dilarang menerima darah yang berasal dari orang nonmuslim. Sementara darah yang diterima tidak ada keterangan apakah pendonor muslim atau bukan. Apakah luaran keperawatan yang paling tepat untuk kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, maka diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah:
1. Makan dan minum tidak adekuat (SDKI: Intake Nutrisi Kurang)
- Penjelasan: Pasien mengalami anemia dengan Hb 6 gr/dl, yang menunjukkan kurangnya asupan nutrisi yang adekuat. Hal ini membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat.
2. Ketidakpatuhan pengobatan (SDKI: Ketidakpatuhan)
- Penjelasan: Pasien dan keluarga menolak tindakan transfusi darah yang merupakan terapi yang direkomendasikan, sehingga terjadi ketidakpatuhan terhadap rencana pengobatan.
3. Risiko Infeksi (SDKI: Risiko Infeksi)
- Penjelasan: Kondisi anemia yang berat dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien, sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi.
Luaran Keperawatan (SLKI) yang paling tepat untuk kasus ini adalah:
1. Intake Nutrisi Adekuat
- Tujuan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
2. Kepatuhan
- Tujuan: Pasien dan keluarga dapat patuh terhadap rencana pengobatan yang direkomendasikan.
3. Bebas Infeksi
- Tujuan: Pasien dapat bebas dari infeksi selama perawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat diberikan untuk mencapai luaran keperawatan tersebut antara lain:
1. Pemberian nutrisi enteral atau parenteral yang adekuat.
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan terhadap terapi, serta negosiasi untuk mencari solusi yang dapat diterima.
3. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi, serta pemberian intervensi pencegahan infeksi yang tepat.
Dengan pendekatan yang berpusat pada pasien dan keluarga, serta mempertimbangkan aspek agama dan budaya, perawat dapat membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 9739 | 24 Dec 2024
Klinis : KASUS 4 Kelas A: Addison Seorang Perempuan, 34 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sakit kepala dan sering kram otot. Hasil pengkajian: sering buang air kecil, sering haus, terdapat hiperpigmentasi pada lipatan tubuh, nyeri perut, rambut rontok dan menstruasi tidak teratur. Pemeriksaan gula darah sewaktu 60mg/dl. TD: 90/70mmHg, frekuensi nadi 98x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu tubuh 36°C. Hasil tes darah menunjukkan adanya penyakit Addison.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk Kasus 4:
1. Ketidakseimbangan Cairan Volume Cairan Tubuh Berkurang
Definisi: Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab: Kehilangan cairan melalui mekanisme tubuh yang berlebihan, seperti
pada kasus Addison dengan keluhan sering buang air kecil, sering haus, dan
tekanan darah rendah.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat
keterbatasan energi.
Penyebab: Kelelahan yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta penurunan produksi kortisol pada kasus Addison.
3. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan disfungsi selama keadaan terjaga.
Penyebab: Nyeri perut, sering kram otot, dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang dapat mengganggu pola tidur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan mempertahankan volume, komposisi, dan distribusi cairan
tubuh yang adekuat.
Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi,
dan elektrolit dalam batas normal.
2. Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang
berlebihan.
Kriteria hasil: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
kelelahan yang berlebihan.
3. Pola Tidur Terjaga
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan
berkualitas.
Kriteria hasil: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan dan bangun
merasa segar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau tanda-tanda vital dan status cairan
- Atur asupan dan pengeluaran cairan
- Berikan cairan intravena jika diperlukan
- Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Berikan dukungan dan motivasi untuk meningkatkan toleransi aktivitas
3. Manajemen Tidur
- Identifikasi pola tidur dan faktor-faktor yang mengganggu
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti pengaturan
lingkungan yang nyaman, relaksasi, dan edukasi terkait pola tidur yang sehat
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas mencakup Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) dalam kasus Addison. -
Article No. 9740 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. A, memiliki istri Ibu B. 1 minggu yang lalu melahirkan anak pertama. Menurut tradisi ditempat mereka, Suku Timor, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, biasanya ibu nifas akan melakukan tradisi panggang api untuk mempercepat pemulihan pasca melahirkan dan untuk penangkal penyakit bagi anak. Tradisi ini berpotensi mengganggu kesehatan ibu karena ibu memiliki riwayat asma dan asap yang keluar karena api pemanggangan dapat memicu serangan asma pada ibu. Apakah SPO keperawatan yang paling tepat untuk kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Efektifitas Pernafasan Terganggu berhubungan dengan pajanan asap dari tradisi panggang api ibu nifas.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, ibu B memiliki riwayat asma dan tradisi panggang api yang dilakukan dapat memicu serangan asma pada ibu. Hal ini menunjukkan adanya risiko gangguan efektivitas pernafasan yang dapat terjadi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan pernapasan yang efektif.
Faktor Risiko: Paparan asap, riwayat penyakit paru-paru, riwayat penyakit jantung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Individu dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
2. Individu dapat mengenali tanda dan gejala gangguan pernapasan.
3. Individu dapat menggunakan teknik pernapasan yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan:
1. Monitoring tanda-tanda vital, khususnya frekuensi pernapasan.
2. Edukasi kepada ibu B dan keluarga mengenai risiko tradisi panggang api terhadap kondisi asma.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan tindakan yang tepat.
4. Fasilitasi ibu B untuk memodifikasi tradisi panggang api dengan alternatif yang lebih aman bagi kesehatannya.
Dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI, SPO (Standar Prosedur Operasional) keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital ibu B secara berkala.
2. Edukasi kepada ibu B dan keluarga mengenai risiko tradisi panggang api terhadap kondisi asma.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan tindakan yang aman bagi ibu B.
4. Fasilitasi ibu B untuk memodifikasi tradisi panggang api dengan alternatif yang lebih aman bagi kesehatannya. -
Article No. 9741 | 24 Dec 2024
Klinis : Seorang wanita hamil (23 th), datang mengunjungi dukun bayi yang ada di kampungnya. Wanita tersebut mengeluhkan kalau perutnya sering sakit dan kadang merasa seperti ingin buang air besar. Wanita tersebut mengatakan jika neneknya menyarankan agar perutnya dipijat, sedangkan mertuanya menyarankan agar dia banyak bergerak agar persalinan lancar. Wanita itu juga mengatakan kalau dua bulan terakhir ini dia lebih banyak tiduran karena badannya terasa berat. Saat dukun bayi memeriksa wanita tersebut, ternyata wanita itu sudah mendekati waktu persalinan. Dukun bayi menyarankan agar wanita tersebut meminum air rendaman rumput fatimah. Berdasarkan ilustrasi di atas, manakah tindakan yang bisa dikelompokkan pada cultural care preservation? a. banyak bergerak b. banyak tiduran c. minum air rendaman rumput fatimah d. melakukan pijat perut e. mengunjungi dukun bayi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Persalinan Tidak Lancar
- Definisi: Risiko kondisi di mana proses kelahiran bayi dan plasenta tidak berjalan sebagaimana mestinya.
- Faktor risiko: Tekanan fisik dan mental yang berlebihan, penyakit kronis, penyulit kehamilan, dan budaya/kepercayaan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Persalinan Lancar
- Definisi: Kondisi di mana proses kelahiran bayi dan plasenta berjalan sebagaimana mestinya.
- Kriteria hasil: Kontraksi uterus adekuat, pembukaan serviks progresif, dan bayi lahir dengan selamat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Fasilitasi Persalinan
- Definisi: Tindakan untuk memperlancar proses persalinan.
- Aktivitas:
a. Mendiskusikan kepercayaan dan praktik budaya yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
b. Menganjurkan wanita untuk banyak bergerak selama kehamilan.
c. Menghindari pemberian obat-obatan atau tindakan tradisional yang tidak disetujui oleh tenaga kesehatan.
d. Merujuk wanita ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan perawatan kehamilan.
Penjelasan:
Dari ilustrasi yang diberikan, tindakan yang dapat dikelompokkan pada cultural care preservation adalah "banyak bergerak". Hal ini sesuai dengan saran mertuanya agar wanita tersebut banyak bergerak agar persalinan lancar. Tindakan ini mempertimbangkan dan menghargai praktik budaya yang positif untuk mendukung proses persalinan.
Sementara itu, tindakan lain seperti "minum air rendaman rumput fatimah" dan "melakukan pijat perut" tidak direkomendasikan karena dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi, kecuali jika telah disetujui dan diawasi oleh tenaga kesehatan. Tindakan "banyak tiduran" juga perlu dihindari karena dapat memperlambat proses persalinan.
Berdasarkan kondisi tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah fasilitasi persalinan, dengan fokus pada diskusi kepercayaan dan praktik budaya, anjuran untuk banyak bergerak, serta rujukan ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan perawatan kehamilan yang memadai. -
Article No. 9742 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat serta kode SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri Akut (10017)
- SLKI: Pengelolaan Nyeri (20034)
- SIKI: Manajemen Nyeri (30232)
Penjelasan: Ny. R mengalami nyeri di area luka operasi perut bagian bawah dengan skala nyeri 6. Nyeri bertambah saat bergerak dan hilang timbul. Hal ini perlu segera diatasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (10010)
- SLKI: Perfusi Jaringan (20027)
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan (30221)
Penjelasan: Konjungtiva tampak pucat, yang dapat mengindikasikan adanya masalah dengan perfusi jaringan perifer. Hal ini perlu dievaluasi dan ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Menyusui
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Menyusui (10032)
- SLKI: Pemberian ASI (20069)
- SIKI: Manajemen Laktasi (30286)
Penjelasan: Ny. R mengeluhkan ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara juga tampak inverted. Hal ini dapat menghambat proses menyusui yang efektif dan perlu ditangani dengan segera.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi (10028)
- SLKI: Pencegahan Komplikasi (20053)
- SIKI: Manajemen Risiko Infeksi (30251)
Penjelasan: Meskipun luka operasi tampak bersih dan kering, namun adanya peningkatan leukosit dan CRP mengindikasikan adanya risiko infeksi yang perlu dipantau dan ditangani dengan baik.
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Ansietas (10001)
- SLKI: Adaptasi Psikologis (20001)
- SIKI: Manajemen Ansietas (30201)
Penjelasan: Ny. R tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Hal ini perlu ditangani untuk mencegah dampak negatif pada proses pemulihan dan perawatan bayi.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami Ny. R, baik secara fisik maupun psikologis. Kolaborasi dengan tim medis lain juga dibutuhkan untuk mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 9743 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Ny. R mengalami nyeri akut di daerah luka operasi perut bagian bawah, dengan skala nyeri 6 dan bersifat hilang timbul. Hal ini dapat memengaruhi mobilitas dan kenyamanan pasien.
2. Ketidakefektifan Menyusui
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui
- SLKI: Kemampuan Menyusui
- SIKI: Menyusui
Penjelasan:
Ny. R melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted dan payudara tampak membengkak. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan Ny. R dalam memberikan ASI kepada bayinya.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Kemampuan Mencegah Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka
Penjelasan:
Meskipun luka operasi SC tampak bersih dan kering, Ny. R memiliki beberapa faktor risiko infeksi, seperti kadar leukosit yang tinggi (13.000/µL) dan CRP yang meningkat (10 mg/L).
4. Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Kemampuan Mencegah Perdarahan
- SIKI: Perawatan Luka Perineum
Penjelasan:
Ny. R memiliki riwayat bedah sesar sebelumnya dan saat ini mengalami lochea rubra dengan jumlah sedang (100 cc), tanpa adanya tanda-tanda infeksi atau komplikasi. Namun, perlu diwaspadai kemungkinan risiko perdarahan.
5. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Ny. R tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Kondisi ini dapat memengaruhi proses penyembuhan dan adaptasi peran sebagai ibu.
Dalam penerapan intervensi keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 9744 | 24 Dec 2024
Klinis : Ny. R, seorang ibu berusia 30 tahun, melahirkan anak keduanya melalui operasi SC pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari akibat KPD yang berlangsung lebih dari 12 jam tanpa tanda persalinan. Selain itu Riwayat Ny. R adalah BSC. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kayu tangan Heritage Malang, dengan riwayat kehamilan pertama juga melalui SC tanpa komplikasi. Ny. R secara rutin menjalani pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali selama kehamilan ini dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau alergi. Pada pengkajian postpartum, kondisi umum Ny. R tampak baik, meskipun ia mengeluhkan nyeri di daerah luka operasi perut bagian bawah, nyeri bertambah saat dibuat bergerak, terasa panas, skala 6, dan hilang timbul. Inspeksi kepala menunjukkan wajah tidak ikterik, namun konjungtiva tampak pucat. Mukosa mulut tampak lembap dan tidak ada lesi. Pemeriksaan dada menunjukkan pergerakan simetris dengan suara napas vesikuler normal tanpa ronchi atau wheezing, serta bunyi jantung reguler tanpa murmur. Payudara pasien tampak membengkak, terasa keras. Pasien juga melaporkan bahwa ASI belum keluar meskipun sudah mencoba menyusui. Putting payudara inverted, ASI belum keluar, teraba hangat. Pada pemeriksaan abdomen, luka operasi SC tampak bersih, kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Uterus teraba keras dengan TFU 2 jari di bawah pusat. Diastasis rektus abdominis > 2 Jari. Kandung kemih kosong. Peristaltik usus menurun dengan frekuensi 6 kali/menit, yang mungkin dipengaruhi oleh efek anestesi pascaoperasi. Secara psikologis, pasien tampak cemas karena merasa belum mampu memberikan ASI kepada bayinya. Area genitalia menunjukkan lochea rubra dengan jumlah sedang sebanyak 100 cc, tanpa bau busuk. Inspeksi perineum menunjukkan tidak adanya hematoma atau edema. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin (Hb) berada pada angka 9,5 g/dL. Leukosit 13.000/µL. Hematokrit 30%. CRP (C-Reactive Protein) 10 mg/L. Urinalisis tidak menunjukkan tanda infeksi, dengan hasil leukosit dan protein negatif.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi SC
2. Ketidakefektifan pola tidur berhubungan dengan nyeri pascaoperasi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan anemia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi SC
5. Gangguan produksi ASI berhubungan dengan pembengkakan payudara dan putting susu inverted
6. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan memberikan ASI pada bayi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
- Ekspresi wajah pasien menunjukkan kenyamanan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri
2. Pola Tidur Efektif
- Pasien tidur tanpa terganggu nyeri
- Pasien terlihat segar dan istirahat cukup
- Tidak ada keluhan kelelahan berlebihan
3. Perfusi Jaringan Adekuat
- Kadar hemoglobin dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda anemia
- Tidak ada keluhan pusing atau lemah
4. Integritas Kulit Terpelihara
- Luka operasi sembuh tanpa komplikasi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
- Pasien tidak merasa nyeri atau gatal pada luka
5. Produksi ASI Adekuat
- Payudara membengkak dan terasa penuh
- ASI keluar dengan lancar dan jumlah mencukupi
- Bayi menyusu dengan baik dan terlihat puas
6. Kecemasan Terkontrol
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan cemas
- Pasien mampu mengatasi kecemasan dengan tenang
- Tidak ada tanda-tanda cemas yang berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Observasi efektivitas pengobatan nyeri
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mengganggu
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan pasien melakukan aktivitas yang dapat membantu relaksasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
3. Manajemen Anemia
- Lakukan pemeriksaan hematologi secara berkala
- Berikan terapi besi sesuai instruksi medis
- Anjurkan pasien mengonsumsi makanan kaya zat besi
- Pantau tanda-tanda anemia dan dokumentasikan perkembangannya
4. Perawatan Luka Operasi
- Lakukan perawatan luka secara aseptik dan terjadwal
- Ajarkan pasien cara merawat luka secara mandiri
- Observasi tanda-tanda infeksi dan kolaborasi dengan dokter jika diperlukan
- Berikan edukasi mengenai pemulihan luka operasi
5. Manajemen Laktasi
- Kaji penyebab gangguan produksi ASI
- Bantu pasien untuk melakukan teknik menyusui yang benar
- Berikan kompres hangat pada payudara untuk meningkatkan produksi ASI
- Berikan makanan dan cairan yang mendukung produksi ASI
- Kolaborasi dengan dokter atau konsultan laktasi jika diperlukan
6. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor-faktor penyebabnya
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengekspresikan perasaannya
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif
- Kolaborasi dengan psikolog atau konselor jika diperlukan -
Article No. 9745 | 24 Dec 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis diare, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis noninfektif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolonoskopi, tidak spesifik
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 K52 (Gastroenteritis dan kolitis noninfektif):
- Kategori K52 mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan diare, inflamasi usus, dan gejala gastrointestinal lainnya, tetapi tidak disebabkan oleh infeksi.
- Kondisi-kondisi yang termasuk dalam kategori ini meliputi alergi makanan, intoleransi makanan, reaksi obat, radiasi, dan penyebab lain yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
- Diagnosis diare biasanya diklasifikasikan di bawah kode K52 berdasarkan penyebab yang tidak dapat diidentifikasi atau diklasifikasikan secara lebih spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 45.23 (Kolonoskopi, tidak spesifik):
- Prosedur kolonoskopi dapat dilakukan untuk mengevaluasi penyebab diare dan mendeteksi adanya kelainan di dalam kolon.
- Kode 45.23 digunakan untuk prosedur kolonoskopi yang tidak diklasifikasikan secara lebih spesifik, seperti kolonoskopi diagnostik, kolonoskopi dengan biopsi, atau kolonoskopi dengan pengambilan polip.
- Prosedur kolonoskopi dapat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab diare, serta memungkinkan pengambilan sampel jaringan untuk analisis lebih lanjut. -
Article No. 9746 | 24 Dec 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Definisi: Perubahan konsistensi dan frekuensi defekasi menjadi cair dan/atau meningkat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan
2. Keefektifan eliminasi
3. Kontrol diare
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen diare
2. Terapi cairan
3. Pemantauan tanda-tanda vital
Penjelasan Singkat:
Diare adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan konsistensi dan frekuensi defekasi menjadi cair dan/atau meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, intoleransi makanan, atau kondisi medis tertentu.
Tujuan utama penanganan diare adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah dehidrasi, dan mengatasi penyebab diare. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen diare (seperti pengaturan diet, pemberian obat antidiare), terapi cairan (pemberian cairan dan elektrolit), serta pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien.
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare meliputi keseimbangan cairan yang terpelihara, efektivitas eliminasi yang membaik, dan kontrol terhadap gejala diare.
Peran perawat dalam penanganan diare adalah memberikan perawatan yang komprehensif, memantau perkembangan pasien, serta melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah komplikasi dan memfasilitasi proses penyembuhan.