Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9825 | 25 Dec 2024
Klinis : suction sekret terdapat pada intervensi berapa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi yang Anda tanyakan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z46.6
- Deskripsi: Pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Suction sekret dari saluran pernapasan
Penjelasan:
Suction sekret merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir atau sekret yang dapat menghambat pernapasan. Tindakan ini biasanya dilakukan pada pasien yang memerlukan bantuan pernapasan, seperti pasien yang menggunakan ventilator atau alat bantuan pernapasan lainnya.
Kode ICD-10 Z46.6 menggambarkan kondisi terkait pemasangan dan penyesuaian alat bantuan pernapasan lainnya, yang mencakup tindakan suction sekret. Sementara itu, kode ICD-9-CM 96.04 secara spesifik mengacu pada tindakan suction sekret dari saluran pernapasan.
Pengkodean yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan akurasi informasi dan kelengkapan rekam medis pasien. Kode-kode tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penagihan asuransi, pelaporan statistik kesehatan, dan penelitian epidemiologis. -
Article No. 9728 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Karakteristik: Adanya sputum yang berlebihan, suara napas bronkial, dan sesak napas.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik: Adanya kelelahan, napas pendek saat beraktivitas, dan kehilangan nafsu makan.
3. Risiko infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang mungkin melemahkan sistem pertahanan tubuh.
- Karakteristik: Adanya tuberkulosis paru yang teridentifikasi.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen jalan napas
- Tujuan: Mempertahankan patensi jalan napas.
- Intervensi: Memantau status pernapasan, memberikan bronkodilator, dan melakukan fisioterapi dada.
2. Manajemen energi
- Tujuan: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi: Mengatur dan mengoptimalkan aktivitas, memberikan nutrisi yang adekuat, dan memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Pencegahan infeksi
- Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi.
- Intervensi: Memantau tanda-tanda infeksi, melakukan prosedur pencegahan infeksi, dan memberikan edukasi terkait infeksi.
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Toleransi aktivitas meningkat
3. Tidak terjadi infeksi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, yaitu SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) agar dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 9729 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan untuk batuk atau bernapas secara efektif.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, faktor psikologis.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Penurunan daya tahan, kelemahan, dispnea.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
- Intoleransi Aktivitas: Penilaian, Intervensi, Evaluasi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas: Derajat bersihan jalan napas, Terbebas dari obstruksi jalan napas
- Status Nutrisi: Asupan nutrisi adekuat, Berat badan ideal
- Toleransi Aktivitas: Tingkat aktivitas, Kemampuan beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Suction, Terapi oksigen, Latihan batuk efektif
- Manajemen Nutrisi: Monitoring asupan nutrisi, Pemberian nutrisi enteral/parenteral
- Manajemen Aktivitas: Pembatasan aktivitas, Peningkatan toleransi aktivitas
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien tersebut. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 9730 | 24 Dec 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian trombolik (fibrinolitik)
Penjelasan:
Kode ICD-10 I21.0 (Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin, serta hasil EKG yang menunjukkan infark miokard akut.
Kode ICD-9-CM 99.21 (Pemberian trombolik (fibrinolitik)) adalah kode untuk prosedur yang mungkin dilakukan pada pasien ini, yaitu pemberian obat trombolik atau fibrinolitik, yang bertujuan untuk melarutkan bekuan darah yang menyebabkan infark miokard akut.
Pasien ini memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner dan infark miokard akut. Penanganan awal yang mungkin dilakukan adalah stabilisasi kondisi klinis pasien, pemberian oksigen, penggunaan nitrat sublingual, dan pemberian trombolik (fibrinolitik) sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.21. -
Article No. 9731 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. A, memiliki istri Ibu B. 1 minggu yang lalu melahirkan anak pertama. Menurut tradisi ditempat mereka, Suku Timor, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, biasanya ibu nifas akan melakukan tradisi panggang api untuk mempercepat pemulihan pasca melahirkan dan untuk penangkal penyakit bagi anak. Tradisi ini belum dilakukan karena ibu memiliki riwayat asma dan keluarga khawatir kalau tradisi ini dilakukan akan memicu serangan asma pada ibu. Apakah diagnosis yang paling tepat untuk kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya sebagai perawat profesional akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah "Ketidakefektifan Pola Kesehatan". Hal ini didasarkan pada kondisi di mana ibu nifas memiliki riwayat asma dan keluarga khawatir jika tradisi panggang api dilakukan, dapat memicu serangan asma pada ibu. Ini menunjukkan adanya masalah dalam menerapkan pola kesehatan yang efektif sesuai dengan tradisi budaya setempat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan tentang Kesehatan: Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, terutama terkait dengan penanganan kondisi asma ibu nifas dan alternatif tradisi yang dapat dilakukan.
2. Kolaborasi Perawatan Kesehatan: Keluarga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk menemukan solusi yang aman dan sesuai dengan tradisi budaya setempat.
3. Dukungan Keluarga: Keluarga memberikan dukungan yang optimal bagi ibu nifas untuk memulihkan kondisinya dengan aman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi asma ibu nifas, dampak yang mungkin terjadi jika tradisi panggang api dilakukan, serta alternatif tradisi yang aman.
2. Fasilitasi Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi keluarga untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi ibu nifas, dengan mempertimbangkan aspek medis dan budaya.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada ibu nifas dan keluarga agar mereka merasa aman dan nyaman dalam menjalani proses pemulihan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau bidan, untuk menentukan intervensi yang tepat dan aman bagi ibu nifas.
5. Pengawasan dan Evaluasi: Melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan kondisi ibu nifas dan efektivitas intervensi yang diberikan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting bagi perawat untuk memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang dianut oleh keluarga, serta mencari solusi yang selaras dengan budaya setempat. Diharapkan dengan intervensi keperawatan yang tepat, dapat membantu ibu nifas dan keluarga mencapai pemulihan yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan tradisi budaya mereka. -
Article No. 9732 | 24 Dec 2024
Klinis : Luka babras kecelakaan motor
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi luka abrasi karena kecelakaan motor, kode diagnosis dan prosedur medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S41.01XA
- Deskripsi: Luka abrasi lengan, bagian lengan atas, pertemuan awal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, kulit dan subkutis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S41.01XA menggambarkan luka abrasi yang terjadi pada lengan bagian atas, dengan pertemuan awal perawatan. Kode ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami luka abrasi akibat kecelakaan motor.
2. Kode ICD-9-CM 86.22 menggambarkan tindakan debridemen luka, yang meliputi pembersihan dan penyingkiran jaringan nekrotik atau mati pada kulit dan jaringan subkutis. Tindakan ini sering dilakukan untuk mempersiapkan luka agar dapat sembuh dengan baik.
Dalam penatalaksanaan kasus ini, dokter atau perekam medis akan melakukan pencatatan kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur ICD-9-CM sesuai dengan kondisi pasien dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 9733 | 24 Dec 2024
Klinis : Luka babras kecelakaan motor pada kaki bagian belakang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S41.15
- Deskripsi: Luka abrasi pada kaki bagian belakang akibat kecelakaan motor
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.56
- Deskripsi: Debridemen luka, dengan atau tanpa pemasangan gips
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S41.15 menggambarkan luka abrasi pada kaki bagian belakang yang terjadi akibat kecelakaan motor. Kode ini masuk dalam kategori "Luka, keracunan, dan konsekuensi lain dari penyebab eksternal" pada Bab XIX: Cedera, keracunan, dan konsekuensi lain dari penyebab eksternal.
2. Kode ICD-9-CM 93.56 menggambarkan prosedur debridemen luka, dengan atau tanpa pemasangan gips. Debridemen luka adalah tindakan pembersihan luka dari jaringan mati, benda asing, atau kontaminan untuk mempersiapkan luka agar dapat sembuh dengan baik. Pemasangan gips mungkin diperlukan untuk immobilisasi dan perlindungan area luka.
Sebagai dokter atau perekam medis, kode-kode ini dapat digunakan untuk mencatat dan melaporkan diagnosis dan tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkodean yang akurat sangat penting untuk dokumentasi medis, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 9734 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. C, memiliki istri Ibu D. dan seorang anak bernama an. E, usia 3 tahun. Saat ini an. E mengalami diare. Menurut ibu dari tadi malam sampai pagi ini, an. E telah 7x bab, bentuk feces encer dan pagi ini anak rewel dan badannya panas. Ibu tidak membawa an. E ke pelayan kesehatan tetapi meminta penangkal palasik karena menurut kebiasaan di daerah ibu, wilayah Mingkabau Daerah Pasaman Sumatera Barat, palasik dapat menyebabkan anak demam dan diare. Penangkal palasik sendiri bentuknya seperti kain yang diikatkan pada pergelangan tangan anak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan diare akut.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana tubuh kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Faktor yang berhubungan: Diare akut.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara.
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, intake dan output cairan seimbang, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan oral, kolaborasi pemberian obat antidiare, edukasi tentang pencegahan dehidrasi.
Dalam kasus ini, anak E mengalami diare akut yang dapat menyebabkan risiko dehidrasi. Pemberian cairan oral dan obat antidiare, serta edukasi kepada orang tua tentang pencegahan dehidrasi menjadi penting untuk dilakukan. Penggunaan penangkal palasik sebagai pengobatan tradisional tidak direkomendasikan karena tidak terbukti efektif secara medis. Sebaiknya, anak E dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. -
Article No. 9735 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. A, memiliki istri Ibu B. 1 minggu yang lalu melahirkan anak pertama. Menurut tradisi ditempat mereka, Suku Timor, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan, biasanya ibu nifas akan melakukan tradisi panggang api untuk mempercepat pemulihan pasca melahirkan dan untuk penangkal penyakit bagi anak. Tradisi ini belum dilakukan karena ibu memiliki riwayat asma dan keluarga khawatir kalau tradisi ini dilakukan akan memicu serangan asma pada ibu. Apakah diagnosis yang paling tepat untuk kasus di atas? a. Manajemen kesehatan tidak afektif b.d kekurangan dukungan sosial d.d tradisi panggang api b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang terpapar informasi d.d tradisi panggang api c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d gangguan persepsi d.d tradisi panggang api d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konflik pengambilan keputusan d.d tradisi panggang api e. Defisit pengetahuan b.d kekeliruan mengikuti anjuran d.d tradisi panggang api
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang paling tepat untuk diagnosis keperawatan pada kasus di atas adalah:
d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konflik pengambilan keputusan d.d tradisi panggang api
Penjelasan:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Definisi: Kemampuan keluarga yang tidak memadai untuk mengidentifikasi, menangani, dan mengendalikan masalah kesehatan anggota keluarga.
Batasan karakteristik:
- Pengambilan keputusan kesehatan yang tidak tepat
- Ketidakmampuan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan
- Ketidaksesuaian antara perilaku kesehatan keluarga dengan rekomendasi profesional
Faktor yang berhubungan:
- Konflik pengambilan keputusan
- Kurang terpapar informasi
- Dukungan sosial yang tidak memadai
Dalam kasus ini, terdapat konflik pengambilan keputusan antara keluarga yang ingin melakukan tradisi panggang api dan kekhawatiran akan memicu serangan asma pada ibu nifas. Hal ini menunjukkan manajemen kesehatan keluarga yang tidak efektif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keluarga menunjukkan pengambilan keputusan kesehatan yang tepat
- Keluarga menunjukkan kemampuan mengatasi masalah kesehatan
- Keluarga menunjukkan perilaku kesehatan sesuai rekomendasi profesional
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Asesmen keluarga untuk mengidentifikasi sumber konflik dan pengambilan keputusan
- Edukasi kepada keluarga tentang manajemen asma dan pertimbangan medis terkait tradisi panggang api
- Fasilitasi diskusi dan negosiasi antara keluarga dengan tenaga kesehatan untuk mencapai solusi yang optimal
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk membantu menyelesaikan konflik pengambilan keputusan
- Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan manajemen kesehatan keluarga
Secara rinci, intervensi ini akan membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah, memperoleh informasi yang akurat, dan mencapai keputusan kesehatan yang tepat sehingga dapat mengelola masalah kesehatan ibu nifas dengan efektif. -
Article No. 9736 | 24 Dec 2024
Klinis : Keluarga Bpk. C, memiliki istri Ibu D. dan seorang anak bernama an. E, usia 3 tahun. Saat ini an. E mengalami diare. Menurut ibu dari tadi malam sampai pagi ini, an. E telah 7x bab, bentuk feces encer dan pagi ini anak rewel dan badannya panas. Ibu tidak membawa an. E ke pelayan kesehatan tetapi meminta penangkal palasik karena menurut kebiasaan di daerah ibu, wilayah Mingkabau Daerah Pasaman Sumatera Barat, palasik dapat menyebabkan anak demam dan diare. Penangkal palasik sendiri bentuknya seperti kain yang diikatkan pada pergelangan tangan anak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diare
- Anak mengalami diare dengan frekuensi BAB 7 kali sejak semalam, disertai demam, yang menandakan adanya risiko ketidakseimbangan cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
a. Frekuensi BAB menurun menjadi 2-3 kali per hari
b. Turgor kulit membaik
c. Membran mukosa lembab
d. Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah)
2. Timbang berat badan secara berkala
3. Hitung intake dan output cairan
4. Berikan cairan oral secara bertahap dan teratur sesuai kebutuhan
5. Edukasi kepada keluarga tentang pentingnya rehidrasi dan penanganan diare pada anak
6. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan jika gejala tidak membaik
Penjelasan Rinci:
Diagnosis keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Cairan" dipilih karena anak mengalami diare dengan frekuensi tinggi (7 kali/hari) yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan. Hal ini perlu diatasi segera untuk mencegah komplikasi seperti dehidrasi.
Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, dengan indikator penurunan frekuensi BAB, membaiknya turgor kulit, dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Hal ini menunjukkan status hidrasi anak yang membaik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, perhitungan intake dan output cairan, pemberian cairan oral secara bertahap, edukasi kepada keluarga, serta anjuran untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan jika gejala tidak membaik. Tujuannya adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat diare.
Dengan pendekatan ini, diharapkan anak dapat segera pulih dari diare dan keseimbangan cairan dapat terjaga dengan baik.