Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 9837 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penyebab:
1. Agen cedera fisik
2. Agen cedera psikologis
3. Disfungsi neurotransmitter
4. Gangguan aliran darah
Gejala dan Tanda:
1. Ekspresi verbal tentang nyeri
2. Perubahan tanda-tanda vital
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan fungsi sensori
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkontrol
2. Tingkat kenyamanan meningkat
3. Kemampuan mengatasi nyeri meningkat
4. Kepuasan terhadap manajemen nyeri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri farmakologis
2. Manajemen nyeri non-farmakologis
3. Monitoring tanda-tanda vital
4. Pendidikan manajemen nyeri
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, mengidentifikasi penyebab nyeri, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen nyeri secara farmakologis dan non-farmakologis untuk membantu pasien mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, kenyamanan yang meningkat, dan kepuasan terhadap pengelolaan nyerinya. -
Article No. 9838 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Nyeri: lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Penyebab Nyeri: cedera, penyakit, atau prosedur medis
3. Faktor yang Mempengaruhi: psikologis, sosial, dan lingkungan
4. Respons Nyeri: perilaku verbal dan non-verbal, perubahan fisiologis, dan dampak pada fungsi dan kualitas hidup
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri
2. Tingkat Nyeri: intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien
3. Kualitas Hidup: kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: tindakan untuk mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri
2. Terapi Modalitas Nyeri: penggunaan terapi non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
3. Edukasi Pasien: pemberian informasi tentang nyeri dan strategi pengelolaan nyeri
Penjelasan:
Manajemen nyeri merupakan salah satu fokus utama dalam praktik keperawatan. Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien. Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan penilaian komprehensif terhadap nyeri, menetapkan tujuan perawatan, dan mengimplementasikan intervensi yang efektif untuk mengelola nyeri pasien. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kontrol nyeri, menurunkan tingkat nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 9839 | 26 Dec 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Nyeri
Definisi:
Kemampuan individu untuk mengontrol nyeri yang dialami.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri adalah kemampuan individu untuk mengenali, melaporkan, dan mengatasi nyeri yang dialami.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam manajemen nyeri adalah:
1. Individu dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri.
2. Individu dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
3. Individu dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam manajemen nyeri meliputi:
1. Pengkajian nyeri: menilai karakteristik, lokasi, durasi, dan intensitas nyeri.
2. Manajemen nyeri non-farmakologi: terapi musik, kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, dan terapi lainnya.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik atau intervensi lainnya.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen nyeri.
Sebagai seorang pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami konsep manajemen nyeri berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang berkaitan dengan masalah keperawatan. -
Article No. 9840 | 26 Dec 2024
Klinis : Kasus Pasien Retensio Plasenta Ny. A, berusia 28 tahun, gravida III, paritas II, melahirkan secara spontan 2 jam yang lalu di rumah sakit. Pasien belum mengeluarkan plasenta dan mengalami perdarahan sebesar 500 ml. Ia juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan demam (38°C). Pemeriksaan Awal Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120 denyut/menit, suhu 38°C, dan perut tegang serta nyeri. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) menunjukkan plasenta masih terpasang di uterus. Hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin (Hb) 8 g/dL dan anemia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perdarahan akut berhubungan dengan retensio plasenta.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat.
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
4. Penurunan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):
1. Risiko perdarahan akut berhubungan dengan retensio plasenta:
SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah berlebih dari saluran genital dalam waktu singkat.
SLKI: Hemoragik terkendali, Perfusi perifer membaik, Tekanan darah dalam batas normal.
SIKI: Manajemen perdarahan, Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian cairan IV, Kolaborasi dengan dokter.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat:
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Nyeri terkendali, Rileks, Kecemasan menurun.
SIKI: Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Edukasi tentang nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi:
SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI: Suhu tubuh normal, Tanda-tanda infeksi teratasi.
SIKI: Manajemen demam, Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian antipiretik.
4. Penurunan volume cairan berhubungan dengan perdarahan:
SDKI: Keadaan di mana jumlah cairan dalam tubuh kurang dari kebutuhan normal.
SLKI: Keseimbangan cairan terpenuhi, Vital sign stabil, Perfusi jaringan membaik.
SIKI: Manajemen cairan, Pemberian cairan IV, Pemantauan intake output, Kolaborasi dengan dokter. -
Article No. 9841 | 26 Dec 2024
Klinis : Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat ketidakmampuan tubuh mengatur suhu.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, obat-obatan, lingkungan yang panas.
Gejala yang Muncul: Demam, pusing, sakit menelan, batuk berdahak.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
- Klien melaporkan tidak lagi mengalami pusing
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Demam
Tindakan:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
- Berikan obat antipiretik sesuai anjuran dokter
- Tingkatkan asupan cairan
- Dorong klien untuk beristirahat yang cukup
2. Manajemen Jalan Napas
Tindakan:
- Auskultasi suara napas
- Anjurkan klien untuk batuk dan bernapas dalam
- Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi nebulizer atau ekspektoran jika diperlukan
3. Edukasi Kesehatan
Tindakan:
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala hipertermia
- Ajarkan teknik manajemen demam dan jalan napas
- Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan dan istirahat yang cukup
- Anjurkan untuk segera kembali ke fasilitas kesehatan jika gejala tidak membaik atau memburuk
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia" dipilih karena adanya gejala demam yang bertahan selama 3 hari, disertai dengan pusing, sakit menelan, dan batuk berdahak. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh yang tidak dapat diregulasi dengan baik oleh tubuh.
Luaran SLKI yang diharapkan adalah "Suhu Tubuh Terkendali", di mana suhu tubuh kembali normal, tidak ada lagi tanda-tanda peningkatan suhu, dan klien tidak lagi mengalami pusing. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan telah efektif dalam mengatasi hipertermia.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Demam, Manajemen Jalan Napas, dan Edukasi Kesehatan. Manajemen Demam bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh melalui kompres, pemberian obat antipiretik, dan peningkatan asupan cairan. Manajemen Jalan Napas bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang optimal melalui auskultasi, pemberian humidifikasi oksigen, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi nebulizer atau ekspektoran. Edukasi Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman klien tentang penyebab, tanda, dan gejala hipertermia, serta cara-cara manajemen yang dapat dilakukan.
Melalui intervensi yang komprehensif ini, diharapkan suhu tubuh klien dapat terkendali, gejala-gejala seperti pusing, sakit menelan, dan batuk berdahak dapat teratasi, sehingga klien dapat pulih secara optimal. -
Article No. 9842 | 26 Dec 2024
Klinis : Perawat melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan TB paru. TB Paru sudah diderita sejak 1 bulan yang lalu. Klien mengeluh batuknya kambuh lagi dengan dahak yang sulit disembuhkan dan kadang disertai dengan rasa nyeri saat batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan auskultasi paru terdengar suara nafas tambahan pada daerah bronkus arterior. Keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi dari klien serta khawatir klien akan dirawat di rumah sakit. Keluarga ingin klien segera sembuh. Rumuskan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan simulasikan implementasi keperawatan pada kasus tersebut!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis dan rancangan asuhan keperawatan untuk kasus yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
- Penyebab: Hipersekresi, kelemahan otot napas, obstruksi jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk tidak produktif, suara napas tambahan, sputum kental dan sulit dikeluarkan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Sputum dapat dikeluarkan dengan mudah
- Tidak ada tanda-tanda distress napas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kaji fungsi pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman napas)
- Lakukan fisioterapi dada (postural drainase, perkusi, vibrasi)
- Berikan bronkodilator inhalasi sesuai indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Pantau kelancaran jalan napas
- Kolaborasi pemberian oksigen dan tindakan suction jika perlu
2. Manajemen Ansietas
- Kaji tingkat ansietas pasien dan keluarga
- Beri informasi tentang kondisi pasien dan proses penyembuhan
- Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Anjurkan relaksasi, distraksi, dan teknik lainnya untuk mengurangi ansietas
Simulasi Implementasi Keperawatan:
1. Mengkaji fungsi pernapasan pasien: Frekuensi napas 24x/menit, suara napas tambahan di daerah bronkus anterior, sputum kental dan sulit dikeluarkan.
2. Melakukan fisioterapi dada: Posisikan pasien dalam posisi yang memfasilitasi drainase sputum, lakukan perkusi dan vibrasi dada untuk membantu mengeluarkan sputum.
3. Memberikan bronkodilator inhalasi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator sesuai indikasi untuk memperlancar jalan napas.
4. Mengajarkan teknik batuk efektif: Ajarkan pasien cara batuk efektif dengan menutup mulut dan menekan dada untuk membantu pengeluaran sputum.
5. Memantau kelancaran jalan napas: Evaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan dengan memantau frekuensi napas, suara tambahan, dan kemudahan pengeluaran sputum.
6. Memberikan dukungan emosional: Kaji tingkat ansietas pasien dan keluarga, beri informasi tentang kondisi pasien, libatkan keluarga dalam perawatan, dan berikan dukungan emosional dan spiritual.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan berupa bersihnya jalan napas pasien, penurunan ansietas pasien dan keluarga, serta peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola kondisinya. -
Article No. 9843 | 26 Dec 2024
Klinis : Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, adanya rasa sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, adanya rasa sesak
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu pusing, demam sudah 3 hari, sakit menelan disertai batuk berdahak, serta adanya rasa sesak, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
Pasien mengalami demam yang telah berlangsung selama 3 hari, yang merupakan tanda dari adanya proses infeksi di dalam tubuh.
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
Pasien mengalami rasa sakit saat menelan, yang dapat disebabkan oleh adanya proses infeksi di daerah tenggorokan.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napas, yang menandakan adanya peningkatan produksi mukus yang mengganggu bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5°C)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pasien dapat mengenali dan menjelaskan penyebab hipertermia
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Pasien dapat mengontrol rasa nyeri saat menelan
- Pasien dapat mengenali dan menjelaskan penyebab nyeri
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Pasien dapat mengeluarkan dahak dengan efektif
- Frekuensi dan intensitas batuk berkurang
- Pasien dapat bernapas dengan nyaman dan tidak merasa sesak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Berikan kompres hangat pada area aksila dan leher
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam, jika perlu
- Edukasi pasien tentang penyebab dan penanganan hipertermia
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan kompres hangat atau dingin pada area tenggorokan
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau es batu
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, jika perlu
- Edukasi pasien tentang manajemen nyeri
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Lakukan suction untuk membantu pengeluaran dahak, jika perlu
- Berikan inhalasi uap air hangat untuk melembapkan jalan napas
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan napas dalam
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi bronkodilator atau mukolitik, jika perlu
- Edukasi pasien tentang cara batuk efektif dan teknik relaksasi napas
Penjelasan rinci dan terperinci:
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Peningkatan Suhu Tubuh
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur: Untuk mengidentifikasi perubahan suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi pasien.
- Berikan kompres hangat pada area aksila dan leher: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh secara bertahap dan menyediakan kenyamanan bagi pasien.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin secara teratur: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi dan meningkatkan hidrasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun demam, jika perlu: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh secara lebih efektif, terutama jika kompres hangat dan asupan cairan tidak cukup.
- Edukasi pasien tentang penyebab dan penanganan hipertermia: Untuk membantu pasien memahami kondisinya dan berpartisipasi aktif dalam perawatannya.
2. Nyeri Berhubungan dengan Proses Infeksi yang Ditandai dengan Rasa Sakit Menelan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif: Untuk mengidentifikasi karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor yang mempengaruhi nyeri yang dialami pasien.
- Berikan kompres hangat atau dingin pada area tenggorokan: Untuk membantu mengurangi rasa sakit dan inflamasi di area tenggorokan.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau es batu: Untuk membantu mengurangi rasa sakit saat menelan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, jika perlu: Untuk membantu mengurangi nyeri secara lebih efektif, terutama jika kompres dan asupan cairan tidak cukup.
- Edukasi pasien tentang manajemen nyeri: Untuk membantu pasien memahami dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyerinya.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Peningkatan Produksi Mukus yang Ditandai dengan Batuk Berdahak dan Sesak Napas
- Lakukan suction untuk membantu pengeluaran dahak, jika perlu: Untuk membantu mengeluarkan dahak yang mengganggu bersihan jalan napas.
- Berikan inhalasi uap air hangat untuk melembapkan jalan napas: Untuk membantu melembapkan jalan napas dan memudahkan pengeluaran dahak.
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan napas dalam: Untuk membantu pasien mengeluarkan dahak secara efektif dan memperbaiki -
Article No. 9844 | 26 Dec 2024
Klinis : An A perempuan, usia 16 th, Berat Badan 45 kg, oleh keluarganya di bawa ke RSUD Kraton dengan keluhan utama demam, menurut keterangan pasien dan keluarganya, ± 3 bulan yang lalu pasien pernah opname di RS yang lain dengan keluhan yang sama panas naik turun, 5 hari sebelum pasien di bawa kembali ke RS panasnya kembali tinggi, saat di lakukan pengkajian Tgl 09 Desember 2024, jam 01.59 keadaan umum sedang kesadaran Compos Mentis, Tensi 110/70 x/mnt, Suh 389 °C, Nadi 106x/mnt, RR 21x/mnt, SPO2 97% Therapi Infus RL, Parasetamol 370 mg/6 jam, omeprazole 1amp/24 jam, Ceftriaxon 1 gram/24 jam, ondancetron 1amp/8 jam, Sultrafag 3x10 cc, Litacur 1x5 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Dibuktikan dengan tanda-tanda vital: Suhu tubuh 38,9°C, nadi 106x/mnt, RR 21x/mnt. Pasien mengalami demam yang tinggi dan berulang.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertermia
Dibuktikan dengan tachykardia (nadi 106x/mnt) dan kenaikan suhu tubuh yang dapat menyebabkan vasokonstriksi dan gangguan pada perfusi jaringan.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui peningkatan suhu tubuh
Dibuktikan dengan demam tinggi yang berlangsung lama dapat menyebabkan dehidrasi akibat kehilangan cairan melalui keringat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali dalam batas normal (36,5-37,5°C)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 110/70 mmHg, nadi 60-100x/mnt, RR 12-20x/mnt)
3. Tidak terjadi dehidrasi/kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
a. Kaji suhu tubuh secara berkala
b. Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
c. Anjurkan pasien minum banyak cairan
d. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
2. Manajemen Cairan
a. Hitung intake dan output cairan
b. Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa kering, dll)
c. Berikan infus RL sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang
3. Manajemen Risiko
a. Kaji faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien
b. Lakukan intervensi untuk mencegah komplikasi (misal: dehidrasi, sepsis, dll)
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam dan pencegahan komplikasi
Penjelasan rinci:
Pasien perempuan usia 16 tahun dengan keluhan utama demam yang tinggi dan berulang. Berdasarkan data pengkajian, pasien mengalami hipertermia dengan suhu tubuh 38,9°C, nadi 106x/menit, dan RR 21x/menit. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Kondisi hipertermia yang berlangsung lama dapat menyebabkan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan akibat vasokonstriksi dan dehidrasi. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen hipertermia, manajemen cairan, dan manajemen risiko untuk mencegah komplikasi.
Tujuan asuhan keperawatan adalah agar suhu tubuh kembali dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak terjadi dehidrasi atau kekurangan volume cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau suhu tubuh secara berkala, memberikan kompres hangat/dingin, menganjurkan pasien minum banyak cairan, memantau tanda-tanda vital, menghitung intake dan output cairan, memantau tanda-tanda dehidrasi, memberikan infus RL sesuai kebutuhan, mengkaji faktor risiko, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 9845 | 26 Dec 2024
Klinis : SIKI rileksasi otot progresif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "SIKI rileksasi otot progresif" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F45.8
- Deskripsi: Gangguan somatoform lainnya, yang mencakup kondisi "SIKI rileksasi otot progresif". Kode ini menggambarkan gangguan mental yang ditandai dengan gejala fisik atau somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, yang mengganggu fungsi dan aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi relaksasi lainnya, yang dapat mencakup teknik SIKI rileksasi otot progresif. Kode ini menggambarkan prosedur terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot dan mencapai keadaan relaksasi.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 F45.8 untuk "Gangguan somatoform lainnya" menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami gejala fisik atau somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti nyeri, kelelahan, atau gangguan fungsi organ. Dalam kasus "SIKI rileksasi otot progresif", pasien mungkin mengalami ketegangan otot yang persisten dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Kode ICD-9-CM 94.39 untuk "Terapi relaksasi lainnya" mencakup prosedur atau tindakan medis yang bertujuan untuk membantu pasien mencapai keadaan relaksasi, seperti teknik SIKI rileksasi otot progresif. Tindakan ini dapat dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih untuk membantu pasien mengelola stres dan ketegangan otot.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kode diagnosis dan prosedur yang sesuai untuk kondisi "SIKI rileksasi otot progresif". Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 9846 | 26 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan merasa lemas sepanjang hari meskipun sudah istirahat. Mengeluhkan adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki. Mengaku pola makan tidak terkontrol, sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan pada kondisi yang diderita oleh pasien, yaitu merasa lemas sepanjang hari, adanya kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, serta pola makan tidak terkontrol dengan sering mengonsumsi makanan tinggi gula, maka diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM procedure (jika ada) adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan gejala-gejala yang umum dialami oleh penderita diabetes mellitus tipe 2, seperti lemas, kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, serta pola makan yang tidak terkontrol dengan sering mengonsumsi makanan tinggi gula.
- Kode ICD-10 E11.9 menggambarkan diagnosis diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Edukasi dan konseling tentang diabetes
Penjelasan:
- Untuk pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan yang diperlukan tidak hanya pengobatan farmakologis, tetapi juga edukasi dan konseling tentang manajemen penyakit, termasuk pengendalian pola makan.
- Kode ICD-9-CM 99.22 mencakup tindakan edukasi dan konseling yang dapat diberikan kepada pasien untuk membantu pengendalian diabetes mellitus tipe 2.