Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 11828 | 04 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek sudah seminggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan batuk dan pilek sudah seminggu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, reflek batuk tidak efektif, dan perubahan struktur.
- Gejala dan Tanda: Perubahan frekuensi pernapasan, sesak napas, ada bunyi napas tambahan, produksi sekret berlebih, dan batuk tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Indikator: Frekuensi pernapasan normal, tidak ada bunyi napas tambahan, produksi sekret normal, dan batuk efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan manajemen terapi oksigen.
- Aktivitas: Memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan fisioterapi dada, dan memberikan terapi oksigen jika diperlukan.
Dalam konteks pasien dengan keluhan batuk dan pilek selama seminggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI untuk membantu pasien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 11829 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 45 tahun, dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medis urolithiasis. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang dan ketika BAK keluar butiran pasir dan sedikit darah. Perawat A melakukan anamnesis dan melakukan kolaborasi tindakan lanjutan pada kasus tersebut. Apakah pemeriksaan diagnostic yang tepat dipersiapkan perawat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), serta intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada kasus pasien laki-laki usia 45 tahun dengan diagnosa medis urolithiasis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu ginjal/urolithiasis, ditandai dengan keluhan nyeri pada pinggang dan sedikit darah saat BAK.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya batu ginjal/urolithiasis, ditandai dengan kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan Diagnostik:
Perawat A sebaiknya mempersiapkan pemeriksaan diagnostik yang tepat untuk mendukung penegakan diagnosis dan rencana tindakan, seperti:
1. Pemeriksaan laboratorium: urinalisis untuk mendeteksi adanya darah, protein, atau kristal dalam urin; pemeriksaan kadar creatinin dan ureum darah.
2. Pemeriksaan pencitraan: USG abdomen/ginjal untuk melihat adanya batu ginjal atau saluran kemih, CT scan untuk konfirmasi dan menentukan ukuran batu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga tingkat yang dapat diterima (skala nyeri ≤3).
2. Tidak terjadi komplikasi infeksi saluran kemih selama perawatan.
3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab, tanda-tanda, dan penanganan urolithiasis.
4. Pasien dapat melakukan manajemen nyeri secara mandiri.
5. Pasien tidak mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan BAK.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Monitor efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri
2. Pencegahan Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, disuria, nyeri suprapubik)
- Berikan cairan yang adekuat untuk meningkatkan diuresis
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (urinalisis, kultur urin)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan
3. Edukasi Kesehatan:
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penanganan urolithiasis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri mandiri
- Edukasi pentingnya intake cairan yang adekuat untuk mencegah pembentukan batu ginjal
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 11830 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 50 tahun, pekerjaan supir dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medis urolithiasis. Pasien mengeluh nyeri pada pinggang dan ketika BAK keluar butiran pasir dan sedikit berdarah. Pemeriksaan fisik: nyeri pada regio ginjal 5 (1-10), hematuria, ekspresi cemas dan prilaku over protective. Apakah masalah utama pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah Nyeri Akut. Pasien mengeluhkan nyeri pada pinggang dan saat berkemih, yang merupakan gejala khas dari urolithiasis atau batu ginjal. Selain itu, pasien juga menunjukkan ekspresi cemas dan perilaku over protective yang mengindikasikan adanya Cemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri hingga level yang dapat ditolerir.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri.
2. Kecemasan Terkendali:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan dan mendemonstrasikan teknik relaksasi.
- Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku kooperatif selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan keparahan nyeri.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti aktivitas, istirahat, dsb.
- Lakukan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat, distraksi, dan relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik-teknik manajemen nyeri mandiri.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Kecemasan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi dan rencana perawatan.
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien dan mengurangi kecemasan.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam, visualisasi, atau terapi musik.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental jika diperlukan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol dan kecemasan terkendali. Hal ini akan membantu pasien dalam menjalani proses perawatan dan pemulihan dengan lebih baik. -
Article No. 11831 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 63 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis benigna prostat hypertropi. Pasien mengeluh urine tertahan dan tidak lampias ketika berkemih dan sering BAK pada malam hari. Hasil pengkajian: berkemih tidak tuntas (hesitancy), distensi kandung kemih dan frekuensi berkemih meningkat. Apakah evaluasi keperawatan pada kasus diatas? * A. Pasien relaks B. Pola miksi normal C. Intake cairan adekuat D. Istirahat tidur terpenuhi E. Intake sumber natrium adekuat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan eliminasi urin
Definisi: Perubahan dalam pengeluaran urin yang dapat diobservasi, dirasakan, atau diukur.
Ciri-ciri mayor: Berkemih tidak tuntas, distensi kandung kemih, dan frekuensi berkemih meningkat.
Evaluasi Keperawatan:
A. Pola miksi normal
Rasional: Pasien masih mengalami gangguan dalam proses berkemih, sehingga pola miksi belum kembali normal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi urin membaik
Kriteria hasil:
a. Pasien berkemih secara tuntas
b. Frekuensi berkemih menurun
c. Tidak ada distensi kandung kemih
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen eliminasi urin
Aktivitas:
a. Kaji pola berkemih pasien
b. Pantau tanda-tanda distensi kandung kemih
c. Tingkatkan asupan cairan sesuai kebutuhan
d. Anjurkan latihan berkemih sesuai jadwal
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan eliminasi urin" karena pasien mengalami perubahan dalam proses pengeluaran urin, yaitu berkemih tidak tuntas, distensi kandung kemih, dan frekuensi berkemih meningkat. Evaluasi keperawatan yang tepat adalah "Pola miksi normal" karena pasien belum mencapai kondisi normal dalam proses berkemih.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah "Eliminasi urin membaik", dengan kriteria hasil bahwa pasien dapat berkemih secara tuntas, frekuensi berkemih menurun, dan tidak ada distensi kandung kemih. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen eliminasi urin" yang meliputi pengkajian pola berkemih, pemantauan tanda-tanda distensi kandung kemih, peningkatan asupan cairan, anjuran latihan berkemih sesuai jadwal, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lanjut. -
Article No. 11832 | 04 Feb 2025
Klinis : Pasien (Tn.Z) usia 51 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) tanggal 24 Desember 2021, dengan keluhan penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba- tiba saat beraktifitas, sesak nafas, nyeri kepala, disertai kelemahan anggota gerak kanan, bicara cadel (disartria) dan mulut merot. Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 28 Desember 2021, keadaan umum pasien lemah, penurunan kesadaran, Glasgow Coma Scale (GCS) : E3M5V3, terlihat gelisah, tekanan darah (TD) : 185/107 mmHg, heart rate (HR) 109 kali/menit, respiratory rate (RR) 18 kali/menit dengan O2 nasal kanul 4 l/menit, SpO2 : 98% , suhu 36,8 oC dan skala nyeri : 3 (r-FLACC). Pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan (hemiparesis dextra) atas dan bawah. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hasil pemeriksaan saraf kranial yaitu nervus VII (fasialis) didapatkan mulut merot ke kiri, nervus IX (glosofaringeus) dan X (vagus) menunjukkan adanya gangguan menelan serta nervus XII (hipoglosus) menunjukkan bicara cadel (disartria) dan lidah ke kanan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Kesadaran: Penurunan tingkat kewaspadaan dan responsivitas individu terhadap lingkungan.
- Etiologi: Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Tingkat Kesadaran: Pencapaian tingkat kewaspadaan dan responsivitas yang optimal terhadap lingkungan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tingkat Kesadaran: Tindakan memantau dan mengevaluasi tingkat kewaspadaan dan responsivitas individu terhadap lingkungan.
- Manajemen Stroke: Tindakan pemberian perawatan komprehensif untuk individu dengan stroke.
Penjelasan Singkat:
Pasien Tn. Z mengalami penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba saat beraktivitas, disertai dengan gejala-gejala lainnya seperti sesak napas, nyeri kepala, kelemahan anggota gerak kanan, bicara cadel, dan mulut merot. Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan kesadaran dengan skor GCS 11 (E3M5V3), tanda-tanda vital yang tidak stabil, serta adanya gangguan pada beberapa saraf kranial. Hal ini mengarah pada diagnosis keperawatan Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Cedera Otak Akut (Stroke Iskemik).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tingkat kesadaran secara berkala dan manajemen stroke untuk meminimalkan komplikasi dan memaksimalkan pemulihan pasien. -
Article No. 11833 | 04 Feb 2025
Klinis : Perempuan usia 48 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medik HIV/AIDS. Pasien mengeluh diare sejak 2 minggu yang lalu dan mengalami penurunan BB 10 kg dalam sebulan terakhir. Hasil pengkajian: pasien lemah, kulit merah pada daerah penekanan, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, dan pasien sulit berkonsentrasi. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare, penurunan asupan, dan kulit kering/turgor kulit menurun.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan berat badan, asupan makanan tidak adekuat, dan kelemahan.
3. Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan infeksi HIV/AIDS dan dehidrasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Hidrasi adekuat: turgor kulit membaik, membran mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Keseimbangan cairan: input-output cairan seimbang dan BUN/Kreatinin dalam batas normal.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Status gizi membaik: berat badan kembali pada rentang normal, lingkar lengan atas meningkat, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Asupan makanan adekuat: pasien dapat menghabiskan 75-100% dari porsi makanan yang diberikan.
3. Gangguan Proses Pikir:
- Fungsi kognitif membaik: pasien dapat berkonsentrasi dengan baik, orientasi waktu, tempat, dan orang membaik.
- Kecemasan berkurang: pasien dapat beristirahat dengan tenang dan tidur yang cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital dan input/output cairan secara ketat.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
- Anjurkan pasien untuk minum banyak cairan per oral.
- Lakukan perawatan kulit untuk menjaga integritas kulit.
2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status gizi pasien secara komprehensif (berat badan, lingkar lengan atas, dll.).
- Berikan makanan tinggi kalori, protein, dan nutrisi sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Pantau asupan makanan pasien dan berikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
3. Gangguan Proses Pikir:
- Kaji fungsi kognitif pasien secara berkala.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung untuk mengurangi kecemasan.
- Berikan terapi relaksasi dan manajemen stres.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diare, penurunan asupan, dan kulit kering/turgor kulit menurun. Hal ini dikarenakan pasien mengalami diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, serta penurunan asupan cairan akibat penurunan nafsu makan. Kondisi ini juga tampak dari kulit kering dan turgor kulit yang menurun.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mencapai hidrasi adekuat, dengan turgor kulit yang membaik, membran mukosa lembab, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, diharapkan tercapai keseimbangan cairan, dengan input-output cairan yang seimbang dan parameter biokimia (BUN/Kreatinin) dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital dan input/output cairan, pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi, anjuran minum banyak cairan per oral, serta perawatan kulit untuk menjaga integritas kulit. Semua intervensi ini bertujuan untuk memulihkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat kekurangan volume cairan. -
Article No. 11834 | 04 Feb 2025
Klinis : Perempuan usia 48 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medik HIV/AIDS. Pasien mengeluh diare sejak 2 minggu yang lalu dan mengalami penurunan BB 10 kg dalam sebulan terakhir. Hasil pengkajian: pasien lemah, kulit merah pada daerah penekanan, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, dan pasien sulit berkonsentrasi. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? * A. Diare B. Hipovolemia C. Defisit nutrisi D. Gangguan proses pikir E. Gangguan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah Defisit Nutrisi (C). Berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, turgor kulit menurun, dan membran mukosa kering.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intake Nutrisi Adekuat: Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal dan asupan nutrisi yang adekuat selama perawatan.
2. Hidrasi Cairan Adekuat: Pasien dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat yang ditandai dengan turgor kulit dan membran mukosa yang normal.
3. Pengetahuan Nutrisi: Pasien dan keluarga memahami kebutuhan nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhinya selama sakit.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Asupan dan Output Nutrisi: Mengkaji asupan nutrisi dan cairan pasien, mencatat jumlah dan jenis asupan yang masuk, serta mengawasi output cairan.
2. Manajemen Nutrisi: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti meningkatkan asupan kalori, protein, dan cairan.
3. Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya asupan nutrisi yang adekuat, jenis makanan yang direkomendasikan, serta strategi untuk meningkatkan asupan.
4. Perawatan Kulit: Mempertahankan integritas kulit dengan melakukan perawatan luka/kulit merah akibat penekanan, serta menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
5. Manajemen Gejala: Mengelola gejala-gejala yang menghambat asupan nutrisi, seperti diare, mual, atau sulit berkonsentrasi, melalui pemberian obat-obatan atau intervensi lainnya.
Penjelasan ini diberikan dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat yang memberikan rekomendasi asuhan keperawatan berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan. -
Article No. 11835 | 04 Feb 2025
Klinis : Laki-laki usia 46 tahun di rawat di RS dengan diagnosis medis gagal ginjal kronik stage V. Pasien mengeluh sesak napas, cepat lelah dan buang air kecil sangat sedikit. Hasil pengkajian: oliguria, pitting edema grde III dan periorbital, suara napas ronchi basal bilateral, TD 165/100 mmHg dan frekuensi napas 28x/menit. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus diatas? * A. Hipervolemia B. Kelelahan (fatigue) C. Gangguan pola napas D. Gangguan elimnasi urine E. Gangguan irama jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
A. Hipervolemia
Penjelasan:
Pasien dengan gagal ginjal kronik stage V memiliki kemampuan gagal dalam mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Hasil pengkajian menunjukkan adanya oliguria, edema pitting grade III, dan tanda-tanda hipertensi, yang mengindikasikan kondisi hipervolemia. Hipervolemia pada gagal ginjal kronik stage V terjadi akibat gangguan filtrasi glomerulus dan reabsorpsi tubulus yang menyebabkan retensi cairan dan natrium.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
2. Tanda-Tanda Vital dalam Rentang Normal
3. Edema Berkurang
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan Masuk dan Keluar
2. Pembatasan Asupan Cairan dan Natrium
3. Pemberian Diuretik
4. Manajemen Hipertensi
5. Perawatan Edema
Penjelasan intervensi:
1. Pemantauan Cairan Masuk dan Keluar bertujuan untuk mengevaluasi keseimbangan cairan pasien.
2. Pembatasan Asupan Cairan dan Natrium membantu mengurangi retensi cairan dan beban volume.
3. Pemberian Diuretik dapat memfasilitasi pengeluaran cairan berlebih.
4. Manajemen Hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah ke level yang aman.
5. Perawatan Edema bertujuan untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi.
Implementasi dari intervensi-intervensi ini secara komprehensif akan membantu mengatasi masalah hipervolemia pada pasien gagal ginjal kronik stage V. -
Article No. 11836 | 04 Feb 2025
Klinis : Perawat akan melakukan perawatan colostomy. Perawat telah mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, menjelaskan tujuan perawatan, dan membuka kantong colostomy lama dengan menekan kulit sekitar kolostomi. Maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah… * A. Kaji stoma dan kulit peristoma. B. Bantu posisi pasien supine atau berdiri yang nyaman. C. Inspeksi warna, ukuran, bentuk, dan perdarahan stoma. D. Bersihkan peristoma secara hati-hati dengan menggunakan kapas lembab. E. Gunting lubang kantong kolostomi baru dengan menggunakan colostomi guide.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan secara rinci dan terperinci berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perawatan kolostomi". Hal ini didasarkan pada fakta bahwa perawat akan melakukan perawatan kolostomi, yang berpotensi menimbulkan gangguan pada integritas kulit di sekitar stoma (peristoma).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas kulit: Tidak ada kerusakan
2. Pengetahuan: Perawatan kolostomi
3. Kemampuan perawatan diri: Perawatan kolostomi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Kaji stoma dan kulit peristoma:
- Periksa warna, ukuran, bentuk, dan perdarahan stoma
- Identifikasi adanya infeksi, iritasi, atau kerusakan kulit di sekitar stoma
- Nilai tingkat kebersihan dan kesesuaian penutup kolostomi
2. Bantu posisi pasien supine atau berdiri yang nyaman:
- Tempatkan pasien dalam posisi yang memudahkan akses untuk perawatan kolostomi
- Pastikan pasien merasa nyaman dan dapat berpartisipasi dalam perawatan
3. Inspeksi warna, ukuran, bentuk, dan perdarahan stoma:
- Periksa secara visual untuk mendeteksi adanya perubahan pada stoma
- Nilai kondisi stoma untuk menentukan tindakan perawatan yang tepat
4. Bersihkan peristoma secara hati-hati dengan menggunakan kapas lembab:
- Gunakan teknik aseptik untuk membersihkan kulit di sekitar stoma
- Hindari menggunakan larutan yang dapat menyebabkan iritasi kulit
- Keringkan kulit dengan lembut menggunakan kain bersih
5. Ganti kantong kolostomi baru dengan menggunakan colostomi guide:
- Gunakan colostomi guide untuk memotong lubang pada kantong baru sesuai ukuran stoma
- Pasang kantong baru dengan hati-hati untuk mencegah kebocoran atau iritasi kulit
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan di atas, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu mempertahankan integritas kulit, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam perawatan kolostomi. -
Article No. 11837 | 04 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan perut terasa kembung, dan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare yang berhubungan dengan ketidakseimbangan mikroflora usus, ditandai dengan perut terasa kembung dan mencret.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya dan konsistensi tinja yang lebih encer dari biasanya. Diare yang berhubungan dengan ketidakseimbangan mikroflora usus dapat disebabkan oleh perubahan pola makan, infeksi, atau penggunaan obat-obatan.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan diare yang berhubungan dengan ketidakseimbangan mikroflora usus adalah:
1. Frekuensi buang air besar normal
2. Konsistensi feses normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4. Tidak ada keluhan perut kembung
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare yang berhubungan dengan ketidakseimbangan mikroflora usus meliputi:
1. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Pemberian diet yang sesuai, seperti BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast)
4. Pemberian probiotik untuk membantu memperbaiki mikroflora usus
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan diare.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) untuk kondisi pasien dengan keluhan perut kembung dan mencret. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih.