Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10048 | 29 Dec 2024
Klinis : anak demam kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi anak demam kejang:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Risiko Syok Hipertermia
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan risiko peningkatan suhu tubuh di atas 40°C yang dapat menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh.
- Faktor Risiko: Demam, Infeksi, Peningkatan produksi panas tubuh, Gangguan termoregulasi.
b. Risiko Kerusakan Otak
- Definisi: Keadaan yang menunjukkan risiko terjadinya kerusakan pada otak akibat peningkatan suhu tubuh yang ekstrem.
- Faktor Risiko: Demam, Kejang, Peningkatan intrakranial.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Tanda-tanda Vital dalam Rentang Normal
- Definisi: Tanda-tanda vital pasien seperti suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah berada dalam batas normal sesuai usia.
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh menurun dan stabil, Nadi, pernapasan, dan tekanan darah dalam batas normal sesuai usia.
b. Tidak Terjadi Komplikasi
- Definisi: Tidak terjadi komplikasi yang dapat membahayakan kondisi pasien selama proses perawatan, seperti syok hipertermia atau kerusakan otak.
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi penurunan kesadaran, gangguan fungsi organ, atau komplikasi lainnya akibat demam atau kejang.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Demam
- Definisi: Upaya menurunkan suhu tubuh pasien yang mengalami demam.
- Tindakan Keperawatan:
- Mengkaji tanda-tanda vital secara berkala.
- Memberikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan.
- Memberikan obat penurun demam sesuai instruksi dokter.
- Memantau efektivitas intervensi dalam menurunkan suhu tubuh.
b. Pencegahan Komplikasi Kejang
- Definisi: Upaya mencegah terjadinya komplikasi akibat kejang, seperti kerusakan otak.
- Tindakan Keperawatan:
- Mengkaji tanda-tanda kejang dan faktor pemicu.
- Memberikan obat antikonvulsan sesuai instruksi dokter.
- Memantau tanda-tanda vital dan respon pasien selama kejang.
- Mencegah terjadinya cedera selama kejang.
- Memberikan dukungan emosional dan edukasi bagi keluarga.
c. Manajemen Nyeri
- Definisi: Upaya mengelola nyeri yang dirasakan pasien akibat demam atau kejang.
- Tindakan Keperawatan:
- Mengkaji intensitas dan karakteristik nyeri.
- Memberikan intervensi farmakologis sesuai instruksi dokter.
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti distraksi atau relaksasi.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi anak dengan demam kejang dapat stabil, tidak terjadi komplikasi, dan pasien dapat pulih dengan cepat. -
Article No. 10049 | 29 Dec 2024
Klinis : anak demam kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak demam kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hiperthermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Risiko Cedera berhubungan dengan kejang demam
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Hiperthermi: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh proses infeksi atau peradangan.
2. Risiko Cedera: Kerentanan terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat menimbulkan kerusakan atau gangguan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hiperthermi: Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, mencegah komplikasi, dan mengatasi penyebab.
2. Risiko Cedera: Mencegah terjadinya cedera fisik atau psikologis, mempertahankan integritas jaringan, dan memfasilitasi penyembuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Hiperthermi: Manajemen Demam, Manajemen Infeksi, Termoregulasi.
2. Risiko Cedera: Pencegahan Cedera, Manajemen Kejang, Monitoring Tanda Vital.
Sebagai perawat, saya akan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan anak dengan demam kejang. Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan memastikan keamanan serta kesejahteraan anak. -
Article No. 10050 | 29 Dec 2024
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait manajemen kejang sesuai format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi manajemen kejang adalah "Risiko Cedera". Diagnosa ini mencakup risiko timbulnya cedera fisik akibat kejang, baik kepala, otot, maupun tulang. Pasien dengan riwayat kejang memiliki potensi mengalami cedera saat serangan terjadi, sehingga perlu adanya intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencegah hal tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Setelah Cedera: Pasien akan menunjukkan tidak ada cedera akibat kejang, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada komplikasi.
2. Bebas Cedera: Pasien akan bebas dari cedera selama serangan kejang berlangsung, dengan tercapainya stabilitas kardiovaskular dan respirasi.
3. Integritas Kulit: Pasien akan mempertahankan integritas kulit dengan tidak adanya luka atau memar akibat kejang.
4. Fungsi Motorik: Pasien akan mempertahankan atau meningkatkan fungsi motorik setelah serangan kejang berakhir.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kejang:
- Identifikasi tanda-tanda awal kejang untuk melakukan intervensi dini.
- Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera selama kejang.
- Berikan oksigen dan monitor tanda-tanda vital secara ketat.
- Berikan obat antikonvulsan sesuai resep dokter.
- Pantau respon pasien terhadap pengobatan dan efek samping yang mungkin timbul.
2. Pencegahan Cedera:
- Identifikasi faktor risiko cedera pada pasien, seperti gerakan ekstremitas yang tidak terkontrol.
- Berikan bantalan atau perlindungan di area yang berisiko, seperti sisi tempat tidur.
- Awasi pasien secara ketat selama dan setelah serangan kejang.
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang teknik pencegahan cedera.
3. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi dan nilai nyeri yang mungkin timbul akibat kontraksi otot selama kejang.
- Berikan analgesik atau obat penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
- Gunakan teknik nonfarmakologis, seperti kompres dingin, untuk membantu mengurangi nyeri.
4. Peningkatan Fungsi Motorik:
- Evaluasi kemampuan motorik pasien setelah serangan kejang.
- Rancang program rehabilitasi fisik yang sesuai untuk memulihkan fungsi motorik.
- Berikan latihan fisik dan aktivitas terapeutik untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi.
- Libatkan fisioterapis atau terapis okupasi untuk memaksimalkan pemulihan fungsi motorik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik, bebas dari cedera, mempertahankan integritas kulit, dan meningkatkan fungsi motoriknya setelah mengalami serangan kejang. -
Article No. 10051 | 29 Dec 2024
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi manajemen kejang, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Aktivitas Kejang
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada diri individu akibat aktivitas kejang yang tidak terkendali.
- Faktor Risiko: Penyakit neurologis, gangguan elektrolit, efek samping obat, stres, kelelahan, dehidrasi, demam, infeksi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi cedera selama aktivitas kejang, bebas dari komplikasi, dan pemulihan yang optimal.
- Indikator: Pasien bebas dari cedera, tidak ada robekan kulit, pasien tidak jatuh, pasien tidak membenturkan kepala, dll.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pengaturan lingkungan, manajemen obat, manajemen aktivitas, manajemen nyeri, pencegahan komplikasi, edukasi pasien dan keluarga.
- Contoh Aktivitas Keperawatan: Mengatur lingkungan yang aman, memantau tanda-tanda vital, memberikan obat antikonvulsan sesuai resep, memposisikan pasien dengan aman, memberikan edukasi tentang manajemen kejang.
Dalam pengelolaan manajemen kejang, perawat berperan penting dalam memantau, mencegah, dan menangani komplikasi yang mungkin timbul. Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10052 | 29 Dec 2024
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi manajemen kejang.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Manajemen Kejang:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen kejang berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Cedera". Diagnosa ini mencerminkan potensi terjadinya cedera fisik pada pasien selama kejang berlangsung. Pasien dalam kondisi manajemen kejang memiliki risiko tinggi untuk mengalami cedera, seperti terjatuh, membentur benda keras, atau menggigit lidah saat kejang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan manajemen kejang dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang.
2. Pasien dapat mempertahankan fungsi vital selama dan setelah episode kejang.
3. Pasien dan keluarga memahami strategi manajemen kejang.
4. Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda-tanda awal kejang dan melakukan tindakan yang tepat.
5. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor pencetus kejang dan mencegah terjadinya episode berikutnya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Perlindungan terhadap bahaya: Memposisikan pasien dengan aman, menjauhkan dari benda-benda keras, dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka selama kejang.
2. Manajemen airway: Memastikan jalan napas pasien tetap terbuka, memberikan oksigen jika dibutuhkan, dan mencegah terjadinya aspirasi.
3. Manajemen tanda vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan saturasi oksigen.
4. Manajemen obat: Memberikan obat-obatan antikonvulsan sesuai dengan resep dokter untuk menghentikan atau mencegah episode kejang.
5. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan edukasi terkait manajemen kejang, termasuk pengenalan tanda-tanda awal, tindakan yang harus dilakukan, serta identifikasi dan pencegahan faktor pencetus.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan terapis lain untuk mengelola kondisi pasien secara komprehensif.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan manajemen kejang dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat mengurangi risiko cedera dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10053 | 29 Dec 2024
Klinis : Demam sejak 3 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi demam sejak 3 hari yang lalu, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan antara lain suhu tubuh kembali normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan pasien merasa nyaman.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat/dingin, memberikan obat penurun panas, dan menjaga asupan cairan.
Diagnosa dan penjelasan di atas disajikan dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 9984 | 28 Dec 2024
Klinis : Pasien datang dengan keadaan lemas dan mudah lelah, pasien mengalami mentruasi lebih dari 21 hari, pasein wanita usia 12 tahun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (00093)
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman terus-menerus merasa lelah dan tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Faktor yang Berhubungan: Anemia, Perdarahan, Kekurangan asupan nutrisi.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mengatasi kelelahan dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Kelelahan, Peningkatan Aktivitas, Peningkatan Nutrisi.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan lemas dan mudah lelah, serta mengalami menstruasi yang berkepanjangan (lebih dari 21 hari). Sesuai dengan kondisi tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kelelahan (00093). Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya anemia, perdarahan, atau kekurangan asupan nutrisi yang menyebabkan pasien merasa terus-menerus lelah dan tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kelelahan, Peningkatan Aktivitas, dan Peningkatan Nutrisi, dengan tujuan agar pasien dapat mengatasi kelelahan dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 9985 | 28 Dec 2024
Klinis : Pasien datang dengan keadaan lemas dan mudah lelah, pasien mengalami mentruasi lebih dari 21 hari, pasein wanita usia 12 tahun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Pasien datang dengan keadaan lemas dan mudah lelah, pasien mengalami mentruasi lebih dari 21 hari, pasien wanita usia 12 tahun.
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu keadaan lemas, mudah lelah, dan menstruasi lebih dari 21 hari pada pasien wanita usia 12 tahun, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Defisiensi Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Gejala yang muncul pada pasien adalah keadaan lemas dan mudah lelah, yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi.
b. Perdarahan
Definisi: Kehilangan darah yang berlebihan melalui saluran atau jaringan tubuh.
Gejala yang muncul pada pasien adalah menstruasi lebih dari 21 hari, yang merupakan indikasi dari perdarahan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang tepat untuk kondisi pasien ini adalah Defisiensi Nutrisi dan Perdarahan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Defisiensi Nutrisi
- Pasien dapat mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi sesuai dengan kebutuhan.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan energi dan tidak lagi merasa lemas.
b. Perdarahan
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perdarahan yang berlebihan.
- Pasien dapat melakukan manajemen perdarahan yang efektif.
- Pasien menunjukkan jumlah dan durasi menstruasi yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Defisiensi Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk asupan makanan, berat badan, dan tanda-tanda defisiensi nutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan konseling nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang makanan yang kaya nutrisi dan pola makan yang sehat.
- Pantau asupan makanan dan cairan pasien secara rutin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab defisiensi nutrisi, jika diperlukan.
b. Perdarahan
- Kaji tanda-tanda perdarahan, seperti durasi dan jumlah perdarahan menstruasi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen perdarahan, termasuk penggunaan pembalut/tampon yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab perdarahan yang berlebihan dan memberikan intervensi yang tepat.
- Pantau tanda-tanda vital pasien dan berikan dukungan cairan jika diperlukan.
- Berikan intervensi untuk menghentikan perdarahan, seperti pemberian obat-obatan atau prosedur medis, berdasarkan rekomendasi dokter.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 9986 | 28 Dec 2024
Klinis : Klien, Ny. E, berusia 35 tahun, dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Ny. E mengeluh sesak napas dan telah batuk selama 3 bulan tanpa sembuh. Ia merasa lelah dan lesu karena tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun akibat batuk dan sesak napas. Ny. E tampak gelisah, kesulitan bernapas, terlihat sputum berlebihan, dan terdengar bunyi napas tambahan berupa mengi. Kulit, bibir, dan kuku tampak membiru. Pengukuran tanda vital menunjukkan: TD 140/90mmHg. N 102x/mnt, S 36C, RR 30x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas pertanyaan yang detail dan terstruktur. Berdasarkan gejala dan temuan yang dituliskan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang dapat diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.0
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.01
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak spesifik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 J44.0 menggambarkan kondisi Ny. E yang mengalami penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut. Gejala yang ditunjukkan, seperti sesak napas, batuk yang berkepanjangan, dan suara napas tambahan berupa mengi, sesuai dengan diagnosis PPOK.
- Kode ICD-9-CM 96.01 untuk pemberian oksigen merupakan tindakan yang kemungkinan besar akan dilakukan untuk membantu Ny. E dalam mengatasi sesak napasnya. Pemberian oksigen dapat membantu meningkatkan saturasi oksigen dan memperbaiki gejala sesak napas.
Dalam penanganan kasus ini, selain pemberian oksigen, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan penunjang lain, seperti rontgen dada atau spirometri, untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 9987 | 28 Dec 2024
Klinis : Klien, Ny. E, berusia 35 tahun, dibawa ke UGD salah satu rumah sakit. Ny. E mengeluh sesak napas dan telah batuk selama 3 bulan tanpa sembuh. Ia merasa lelah dan lesu karena tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun akibat batuk dan sesak napas. Ny. E tampak gelisah, kesulitan bernapas, terlihat sputum berlebihan, dan terdengar bunyi napas tambahan berupa mengi. Kulit, bibir, dan kuku tampak membiru. Pengukuran tanda vital menunjukkan: TD 140/90mmHg. N 102x/mnt, S 36C, RR 30x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh pasien Ny. E dapat didiagnosis dan dikodekan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lainnya
Penjelasan:
Pasien Ny. E, usia 35 tahun, mengeluhkan sesak napas dan batuk selama 3 bulan tanpa sembuh. Ia juga merasa lelah, lesu, dan sering terbangun karena batuk dan sesak napas. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak gelisah, kesulitan bernapas, ada sputum berlebihan, dan terdengar bunyi napas tambahan berupa mengi. Selain itu, kulit, bibir, dan kuku pasien tampak membiru, menunjukkan hipoksemia.
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas, batuk yang tidak kunjung sembuh, dan bunyi napas tambahan berupa mengi, serta tanda klinis hipoksemia, dapat ditegakkan diagnosis Asma (Kode ICD-10: J45.9) sebagai penyebab utama.
Untuk tatalaksana, kemungkinan akan diberikan oksigen (Kode ICD-9-CM Procedure: 96.04) untuk membantu mengatasi hipoksemia dan memperbaiki kerja pernapasan pasien.