Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10028 | 29 Dec 2024
Klinis : Mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi mual dan muntah yang dialami oleh pasien, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Kondisi mual dan muntah dapat menghambat asupan nutrisi yang adekuat, sehingga terdapat risiko terjadinya kekurangan nutrisi pada pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan, kelelahan, perubahan selera makan, mual, muntah, diare, dan kelemahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien mencapai keseimbangan nutrisi.
Kriteria Hasil: Berat badan stabil, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, asupan nutrisi adekuat, dan tidak ada keluhan mual atau muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Manajemen Mual dan Muntah, dan Pemantauan Nutrisi.
Aktivitas Keperawatan: Mengidentifikasi faktor penyebab mual dan muntah, memberikan obat anti-mual dan anti-muntah sesuai resep, mengatur posisi pasien, menyediakan makanan dan minuman yang disukai pasien, memantau asupan dan output cairan, serta melakukan asesmen status nutrisi secara berkala.
Kesimpulan, diagnosa keperawatan Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh merupakan kondisi yang paling sesuai dengan gejala mual dan muntah yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah manajemen nutrisi, manajemen mual dan muntah, serta pemantauan nutrisi secara komprehensif untuk mencapai keseimbangan nutrisi pada pasien. -
Article No. 10029 | 29 Dec 2024
Klinis : Klien berusia 65 tahun tinggal serumah dengan istrinyA. Kedua anaknya sudah menikah dan tinggal di rumah sendiri. Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasA. Istrinya tidak tahu bagaimana cara merawat klien, ia hanya bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari sajA. Apakah metode pendidikan kesehatan yang paling tepat diberikan pada istri klien dalam merawat klien ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan latar belakang informasi yang diberikan, saya dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z74.1
- Deskripsi: Perlu bantuan orang lain dalam perawatan diri
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode spesifik yang tercantum, tetapi diduga akan memerlukan tindakan perawatan jangka panjang (long-term care) yang dapat dikodekan dengan kode seperti V57.X (Perawatan rehabilitatif dan terapeutik).
Dalam situasi ini, metode pendidikan kesehatan yang paling tepat untuk diberikan pada istri klien dalam merawat klien adalah:
Edukasi Perawatan Berbasis Komunitas (Community-Based Care Education):
- Memberikan pemahaman kepada istri klien tentang perubahan kondisi dan kebutuhan klien akibat penuaan dan keterbatasan fungsional.
- Mengajarkan keterampilan dasar perawatan, seperti bantuan dalam aktivitas sehari-hari (mandi, berpakaian, makan, dll.), manajemen gejala, dan pencegahan komplikasi.
- Memberikan informasi tentang sumber daya dan layanan pendukung yang tersedia di komunitas, seperti pusat perawatan jangka panjang, kelompok dukungan, dan program respite care.
- Melatih istri klien dalam teknik komunikasi efektif, manajemen stres, dan strategi untuk menjaga kesehatan diri selama merawat klien.
- Memberikan dukungan emosional dan edukasi tentang pentingnya memelihara kesejahteraan diri (self-care) bagi caregiver.
Dengan pendekatan ini, diharapkan istri klien dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan dukungan yang diperlukan untuk merawat klien dengan efektif, serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri. -
Article No. 10030 | 29 Dec 2024
Klinis : Data jumlah penderita HIV-AIDS meningkat dua kali lipat dalam setahun terakhir di sebuah wilayah kerja puskesmas. Hal ini membuat petugas kesehatan memuat program screening serologis gratis pada kelompok-kelompok beresiko semisal wanita pekerja seks, dan mereka yang bertatto. Termasuk tindakan pencegahan pada level berapakah screening yang dilakukan perawat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B24
- Deskripsi: Penyakit Akibat Virus Imunodefisiensi Manusia [HIV], tidak dirinci
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 90.71
- Deskripsi: Pemeriksaan antibodi HIV, tidak dirinci
Penjelasan:
Kode ICD-10 B24 digunakan untuk diagnosis penyakit akibat infeksi virus HIV, yang tidak dirinci lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan kasus peningkatan jumlah penderita HIV-AIDS di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 90.71 mengacu pada prosedur pemeriksaan antibodi HIV, yang dilakukan sebagai tindakan screening serologis gratis pada kelompok-kelompok berisiko, seperti wanita pekerja seks dan mereka yang bertato.
Tindakan screening yang dilakukan perawat termasuk dalam level pencegahan primer, karena tujuannya adalah untuk mendeteksi infeksi HIV secara dini pada populasi yang berisiko, sebelum munculnya gejala dan komplikasi penyakit. Hal ini memungkinkan intervensi dan penanganan yang tepat pada tahap awal, serta upaya pencegahan penyebaran infeksi HIV di komunitas. -
Article No. 10031 | 29 Dec 2024
Klinis : Perawat melakukan pengkajian pada suatu wilayah, didapatkan data berikut: populasi balita sebanyak 100 balita, 20 balita BB pada garis kuning, 10 ibu balita tidak memperhatikan kebutuhan menu balitA. Hasil wawancara dengan kader mengatakan bahwa ibu balita kurang mengetahui tentang pengaturan makan sesuai usia balitA. Apakah tindakan yang harus dilakukan?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z13.2
- Deskripsi: Pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan gizi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V20.2
- Deskripsi: Pemantauan kesehatan anak
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 20 balita dengan berat badan pada garis kuning, yang mengindikasikan adanya risiko gizi kurang atau gizi buruk. Selain itu, informasi dari wawancara dengan kader menunjukkan bahwa ibu balita kurang mengetahui tentang pengaturan makan sesuai usia balita.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah:
1. Melakukan penilaian status gizi pada 100 balita di wilayah tersebut, dengan mengukur berat badan dan tinggi badan, serta membandingkannya dengan standar pertumbuhan anak. Hal ini sesuai dengan kode ICD-10 Z13.2, yang mengindikasikan pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan gizi.
2. Memberikan edukasi dan konseling kepada ibu balita tentang pengaturan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan usia balita. Tindakan ini dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM V20.2, yang mencakup pemantauan kesehatan anak.
Dengan melakukan penilaian status gizi dan memberikan edukasi kepada ibu balita, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktik pemberian makan yang sesuai, sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi pada balita di wilayah tersebut. -
Article No. 10032 | 29 Dec 2024
Klinis : Seorang perawat komunitas mengkaji populasi ibu hamil dan mendapatkan data: 20% mengalami anemia, 50% ibu tidak mengetahui pengelolaan makanan yang baik bagi ibu hamil. Perawat berencana melakukan pendidikan kesehatan agar ibu balita mampu menyajikan menu seimbang bagi ibu hamil. Apakah metode pendidikan kesehatan yang tepat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-10 yang spesifik untuk kondisi ibu hamil yang mengalami anemia dan kurang pengetahuan tentang pengelolaan makanan yang baik. Namun, berikut adalah beberapa kode yang dapat dipertimbangkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O99.0
- Deskripsi: Anemia complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kasus ini, karena ini adalah tindakan promotif dan edukatif, bukan tindakan medis invasif.
Untuk kondisi ini, metode pendidikan kesehatan yang tepat adalah pendidikan kelompok atau penyuluhan kesehatan. Tujuan utama adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu hamil dalam menyajikan menu seimbang bagi kebutuhan mereka selama kehamilan. Beberapa poin penting yang dapat dipertimbangkan dalam metode pendidikan kesehatan ini:
1. Pendekatan yang Partisipatif:
- Melibatkan ibu hamil secara aktif dalam sesi penyuluhan, mendorong mereka untuk berbagi pengalaman dan bertanya.
- Menggunakan alat bantu visual dan demonstrasi praktik untuk memperjelas konsep dan meningkatkan pemahaman.
2. Materi yang Relevan dan Sesuai Kebutuhan:
- Fokus pada topik-topik spesifik yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisi ibu hamil, seperti:
- Pentingnya asupan nutrisi yang seimbang selama kehamilan.
- Jenis-jenis makanan yang kaya akan zat besi, protein, vitamin, dan mineral.
- Teknik pengolahan dan penyajian makanan yang tepat.
- Strategi perencanaan dan penyiapan menu seimbang untuk ibu hamil.
3. Pendekatan Kolaboratif:
- Bekerjasama dengan tenaga gizi atau ahli nutrisi untuk menyusun materi penyuluhan yang komprehensif.
- Melibatkan peran serta keluarga, khususnya suami, dalam mendukung ibu hamil menerapkan pola makan yang sehat.
4. Evaluasi dan Tindak Lanjut:
- Melakukan evaluasi setelah sesi penyuluhan untuk menilai tingkat pemahaman dan perubahan perilaku ibu hamil.
- Menyediakan sumber informasi atau konsultasi lanjutan bagi ibu hamil yang membutuhkan pendampingan lebih intensif.
Melalui pendidikan kesehatan yang partisipatif, relevan, dan kolaboratif, diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam menyajikan menu seimbang, sehingga dapat mencegah atau menangani masalah anemia selama kehamilan. -
Article No. 10033 | 29 Dec 2024
Klinis : Aktivitas program pendidikan kesehatan dengan topik “Pengkajian demam pada balita dan penanganannya di rumah”, mempunyai tujuan “setelah mengikuti uraian pendidikan kesehatan dan sesi praktik tentang demam pada balita dan penanganannya di rumah setiap peserta didik diharapkan dapat:”
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang terkait dengan aktivitas program pendidikan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak spesifik
Dalam kasus ini, kode ICD-10 R50.9 (Demam, tidak spesifik) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi demam pada balita yang menjadi topik utama dari program pendidikan kesehatan tersebut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.05
- Deskripsi: Instruksi kesehatan, konseling pasien individual
Prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan program pendidikan kesehatan ini adalah instruksi kesehatan dan konseling pasien individual, yang dapat diwakili oleh kode ICD-9-CM 93.05. Prosedur ini mencakup kegiatan edukasi kesehatan dan praktik yang dilakukan untuk menginstruksikan dan membimbing peserta didik dalam memahami dan menangani demam pada balita di rumah.
Secara umum, program pendidikan kesehatan dengan topik "Pengkajian demam pada balita dan penanganannya di rumah" bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan peserta didik dalam mengelola kondisi demam pada balita di lingkungan rumah. Setelah mengikuti uraian pendidikan kesehatan dan sesi praktik, diharapkan setiap peserta didik dapat:
1. Mengenali gejala-gejala demam pada balita.
2. Memahami penyebab dan faktor risiko yang dapat menyebabkan demam pada balita.
3. Menerapkan langkah-langkah penanganan demam di rumah secara tepat dan aman.
4. Mengetahui kapan harus merujuk balita dengan demam ke fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Memberikan perawatan dan dukungan yang sesuai bagi balita dengan demam di lingkungan rumah.
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui program pendidikan kesehatan ini, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola dan menangani demam pada balita di rumah secara efektif, serta dapat mengurangi risiko komplikasi dan mencegah tindakan medis yang berlebihan. -
Article No. 10034 | 29 Dec 2024
Klinis : Setelah pengelolaan selama 8 minggu pada populasi remaja dengan perilaku cenderung berisiko, diperoleh hasil peningkatan sikap remaja dalam upaya untuk berhenti merokok . Perawat akan melakukan evaluasi terhadap perubahan perilaku remaja tersebut. Apakah cara yang tepat untuk melakukan evaluasi?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai dan kode ICD-9-CM untuk prosedur evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F17.1
- Deskripsi: Sindrom ketergantungan tembakau, dalam remisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V65.42
- Deskripsi: Konsultasi untuk penyuluhan pencegahan merokok
Penjelasan:
Dalam kasus ini, setelah pengelolaan selama 8 minggu pada populasi remaja dengan perilaku cenderung berisiko, diperoleh hasil peningkatan sikap remaja dalam upaya untuk berhenti merokok. Hal ini menunjukkan bahwa remaja tersebut berada dalam fase remisi dari sindrom ketergantungan tembakau, yang sesuai dengan kode ICD-10 F17.1.
Untuk evaluasi perubahan perilaku remaja, kode ICD-9-CM V65.42 untuk "Konsultasi untuk penyuluhan pencegahan merokok" dapat digunakan. Evaluasi dapat dilakukan melalui konsultasi dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya, yang akan menilai perubahan perilaku dan sikap remaja dalam upaya berhenti merokok. Evaluasi dapat mencakup hal-hal seperti:
1. Wawancara dan pengumpulan informasi tentang perilaku merokok remaja sebelum dan setelah intervensi.
2. Penilaian tingkat keinginan untuk berhenti merokok, kemajuan dalam mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi, dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan berhenti merokok.
3. Identifikasi faktor-faktor pendukung atau penghambat dalam proses berhenti merokok.
4. Pemberian umpan balik dan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan perubahan perilaku yang positif.
5. Perencanaan tindak lanjut dan intervensi tambahan jika diperlukan untuk membantu remaja tetap bertahan dalam upaya berhenti merokok.
Dengan pendekatan evaluasi yang komprehensif, perawat dapat memantau secara efektif perubahan perilaku remaja dan memberikan dukungan yang sesuai untuk membantu mereka mencapai keberhasilan dalam berhenti merokok. -
Article No. 10035 | 29 Dec 2024
Klinis : Sebuah Desa ditemukan data pada bulan Januari 2020, 55% KK (Kepala Keluarga) tidak mempunyai jamban, 35% KK tidak mempunyai tempat pembuangan sampah, 25% KK mengkonsumsi air yang tidak dimasak dan 20% balita menderita diarE. Apakah upaya promotif untuk menangani masalah tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan yang ditemukan di Desa tersebut, yaitu:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diasumsikan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk kondisi ini, karena ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan pendekatan promotif dan preventif.
Upaya promotif yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah:
1. Edukasi Masyarakat:
- Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan higiene yang baik, seperti penggunaan jamban yang layak, pengelolaan sampah yang tepat, dan pentingnya mengkonsumsi air bersih yang dimasak.
- Menjelaskan kepada masyarakat tentang risiko kesehatan yang dapat timbul akibat kurangnya sanitasi dan higiene yang baik, terutama terkait dengan penyakit diare.
2. Penyediaan Fasilitas Sanitasi:
- Memfasilitasi pembangunan jamban dan tempat pembuangan sampah yang layak bagi masyarakat yang belum memiliki.
- Menyediakan akses air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat.
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat:
- Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program sanitasi dan higiene.
- Mendorong partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan fasilitas sanitasi yang ada.
4. Koordinasi dan Kolaborasi:
- Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, organisasi terkait, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program sanitasi dan higiene yang komprehensif.
- Membangun kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjamin keberlanjutan program dan memastikan efektivitas upaya promotif yang dilakukan.
Dengan pendekatan promotif yang komprehensif dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan masalah sanitasi dan higiene di Desa tersebut dapat diatasi secara bertahap dan berkelanjutan. -
Article No. 10036 | 29 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik karena ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
3. Kurang Pengetahuan tentang Kondisi Kesehatan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan kondisi, kebutuhan perawatan kesehatan, atau pengobatan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Memberikan panduan standar untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan diagnosa keperawatan.
- Membantu perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menetapkan standar untuk hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Memberikan panduan standar untuk perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam memilih intervensi yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus pasien pria usia 45 tahun dengan tuberkulosis paru, perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan intervensi, hingga evaluasi hasil. -
Article No. 10037 | 29 Dec 2024
Klinis : 1. Nyeri akut b.d peregangan kapsul hati (D.0077) 2. Hipertermia b.d proses inflamasi (D.0108) 3. Ansietas b.d kurang informasi (D.0080)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Nyeri Akut b.d Peregangan Kapsul Hati (D.0077)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan melaporkan penurunan nyeri, mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan penurunan nyeri, dan mampu melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, relaksasi, terapi panas-dingin, dan edukasi tentang nyeri.
2. Hipertermia b.d Proses Inflamasi (D.0108)
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal sebagai respon terhadap stimulasi pusat pengatur suhu.
- SLKI: Pasien akan mencapai suhu tubuh dalam batas normal, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak mengeluhkan gejala-gejala terkait hipertermia.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan suhu tubuh, pemberian obat antipiretik, kompres hangat/dingin, dan edukasi tentang hipertermia.
3. Ansietas b.d Kurang Informasi (D.0080)
- SDKI: Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat ansietas, mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan penurunan ansietas, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan ansietas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian informasi, manajemen ansietas, terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
Dalam menyampaikan informasi ini, saya berusaha menggunakan nada akademis dan menyampaikannya dari perspektif seorang perawat/pakar.