Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21065 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit pinggang, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI:
1. Kontrol Nyeri (1605)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri.
SIKI:
1. Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang tidak dapat dihilangkan.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan sakit pinggang, yang dapat diidentifikasi sebagai diagnosis keperawatan "Nyeri Akut" (00132). Ini adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri" (1605), yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Nyeri" (1400), yang melibatkan tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang tidak dapat dihilangkan. -
Article No. 21066 | 26 Aug 2025
Klinis : MUSKULOSKELETAL KASUS 2 FRAKTUR Seorang pasien, seorang wanita berusia 41 tahun, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan akibat tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri. Pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. Pada saat kejadian, pasien dalam keadaan sadar, tanpa tanda-tanda cedera kepala. Pada cruris kanan, terdapat swelling dan deformitas tanpa adanya vulnus apertum. Nyeri tekan dan krepitasi ditemukan pada palpasi, yang disertai dengan ketidakmampuan pasien melakukan knee flexion dan keterbatasan rentang gerak (ROM). Pemeriksaan x-ray dan CT scan menunjukkan adanya fraktur komunitif pada genu kanan. Saat ini pasien dirawat diruang trauma post operasi ORIF hari ke – 2 dan dalam kondisi tidak saadar atau disorientasi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, nadi 82 kali per menit, dan suhu tubuh 36,8ºC. Selanjutnya, kaki pasien tampak dibalut dengan tensocrepe dan verban. Hasil pengkajian didapatkan verban dan tensocrepe tampak basah dan terdapat rembesan darah. Drainase aktif dengan jumlah volume ± 30 ml/24 jam. Pasien mengatakan nafsu makan sedikit menurun karena nyeri post operasi dan sedikit mual. Saat ini pasien menggunakan folley catheter untuk BAK. Saat pengkajian tampak urine berwarna kuning jernih. Tidak terdapat informasi khusus mengenai pola eliminasi pada pasien ini. Pasien mengeluh mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dialami nya saat ini, pasien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun ketika tidur malam hari. Pasien mengatakan sulit memulai tertidur lagi ketika terbangun dan mengatakan mungkin hanya tidur tertidur ± 5 jam. Pasien melaporkan adanya nyeri hebat pada kaki kanan, yang terus-menerus dan mengganggu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri muncul sepanjang waktu nyeri seperti tertusuk – tusuk dan seperti disayat pada daerah operasi ORIF, nyeri berkurang setelah mendapatkan analgesik dan skala nyeri 6. Tidak ada keluhan lain terkait penglihatan, pendengaran, atau kemampuan berpikir. Pasien juga menunjukkan kecemasan terkait kondisi cederanya, khawatir bahwa ia mungkin tidak bisa pulih sepenuhnya. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam mengurus keluarga dan pekerjaan rumah. Cedera yang dialaminya menimbulkan kekhawatiran akan kemampuannya untuk kembali menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Pasien merasa terganggu dengan kondisi fisiknya yang terbatas dan takut menjadi beban bagi keluarganya. Ia juga merasa cemas tentang kemungkinan perlunya operasi dan rehabilitasi jangka panjang. Pasien seorang ibu dari dua anak dan istri yang sangat terlibat dalam keluarga. Sebelum kecelakaan, ia berperan sebagai pengurus utama rumah tangga. Cedera ini menyebabkan Ny. H tidak mampu menjalankan peran tersebut. Suaminya kini harus mengambil alih sebagian besar tugas rumah tangga. Selanjutnya, pasien mengatakan tidak masalah terkait fungsi seksual atau reproduksi. Namun, ia khawatir bahwa cedera ini dan ketidakmampuan fisiknya dapat mempengaruhi keintiman dengan suaminya, meskipun belum ada perubahan yang signifikan dalam hubungan tersebut sejak operasi ORIF. Pasien mengatakan tidak stres menghadapi kondisi ini karena support suami dan keluarga sangat membantu nya. Pasien mengatakan selalu berbicara dengan keluarga dan berdoa terkait kondisinya saat ini. Pasien merasa banyak mendapat dukungan dalam menghadapi situasi ini. Pasien memiliki keyakinan agama yang kuat. Hal ini terlihat dalam rutinitas sehar-hari pasien selama perawatan dimana pasien tetap menjalankan aktivitas ibadah sholat meskipun dalam kondisi terbatas. Pasien mengatakan dalam doanya ia meminta agar dapat pulih sepenuhnya dan kembali menjalani hidup normal. Hasil pemeriksaan penunjang pre-op ORIF Saat ini pasien mendapatkan therapy : IVFD RL 500cc 20 tetes/menit Cefriaxson 2x1 gram /12 Jam (IV) Ranitidine 2x1 gram /12 Jam (IV) Ketorolac 2 x 30 mg/12 jam (IV)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi muskuloskeletal dengan kasus fraktur:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan independen, yang bertujuan untuk berpindah atau bergerak secara bebas di lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
SDKI Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
SDKI Kode: 00146
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
SDKI Kode: 00198
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
5. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
SDKI Kode: 00046
Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah daftar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah daftar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Masing-masing diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang telah ditetapkan oleh PPNI. Contoh: Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI Kode: 00085) didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan independen, yang bertujuan untuk berpindah atau bergerak secara bebas di lingkungan. -
Article No. 21067 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien suspek TB. Terlihat syok. lemes. diagnosa dokter syok hipovolemik. asering 1500cc/24 jam. tidak nafsu makan dan minum
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit sekunder akibat syok hipovolemik.
Penjelasan: Pasien mengalami syok hipovolemik yang ditandai dengan gejala seperti lemas, asering (pengeluaran cairan melebihi 1500 cc/24 jam), dan tidak nafsu makan/minum. Kondisi ini menunjukkan adanya kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan, sehingga diagnosa keperawatan yang tepat adalah Hipovolemia.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda restorasi volume cairan yang adekuat, seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi yang kuat, dan produksi urin yang memadai.
2. Perfusi Jaringan: Pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan membaik-nya warna kulit, suhu ekstremitas, dan pengisian kapiler.
3. Tidak Ada Tanda-Tanda Syok: Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda syok, seperti takikardia, penurunan tekanan darah, dan penurunan kesadaran.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
a. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena yang sesuai, seperti cairan kristaloid (misalnya: Ringer Laktat, Normal Saline).
b. Pantau intake dan output cairan secara ketat, termasuk pengeluaran urin, muntah, dan diare.
c. Pertahankan akses intravena yang adekuat untuk pemberian cairan dan obat-obatan.
2. Pemantauan Tanda Vital
a. Ukur dan catat tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) secara berkala.
b. Pantau perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan perbaikan atau penurunan kondisi.
3. Manajemen Nutrisi
a. Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Dorong pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman sesuai dengan toleransinya.
c. Pantau intake dan output cairan untuk memastikan keseimbangan cairan yang adekuat.
4. Manajemen Kenyamanan
a. Berikan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, seperti posisi yang nyaman dan manajemen nyeri.
b. Libatkan keluarga dalam mendukung kenyamanan pasien.
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit sekunder akibat syok hipovolemik.
- Pasien mengalami syok hipovolemik yang ditandai dengan gejala seperti lemas, asering (pengeluaran cairan melebihi 1500 cc/24 jam), dan tidak nafsu makan/minum. Kondisi ini menunjukkan adanya kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan, sehingga diagnosa keperawatan yang tepat adalah Hipovolemia.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda restorasi volume cairan yang adekuat, seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi yang kuat, dan produksi urin yang memadai.
- Perfusi Jaringan: Pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan membaik-nya warna kulit, suhu ekstremitas, dan pengisian kapiler.
- Tidak Ada Tanda-Tanda Syok: Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda syok, seperti takikardia, penurunan tekanan darah, dan penurunan kesadaran.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Manajemen Cairan:
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena yang sesuai, seperti cairan kristaloid (misalnya: Ringer Laktat, Normal Saline).
- Pantau intake dan output cairan secara ketat, termasuk pengeluaran urin, muntah, dan diare.
- Pertahankan akses intravena yang adekuat untuk pemberian cairan dan obat-obatan.
- Pemantauan Tanda Vital:
- Ukur dan catat tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) secara berkala.
- Pantau perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan perbaikan atau penurunan kondisi.
- Manajemen Nutrisi:
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Dorong pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman sesuai dengan toleransinya.
- Pantau intake dan output cairan untuk memastikan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Manajemen Kenyamanan:
- Berikan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, seperti posisi yang nyaman dan manajemen nyeri.
- Libatkan keluarga dalam mendukung kenyamanan pasien.
Saya berharap penjelasan yang rinci dan terperinci ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien suspek TB dengan syok hipovolemik. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 21068 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien lemas, hampir pingsan, badan terasa sakit-sakit, pasien merasa demam namun saat di suhu, suhu normal karena pasien baru meminum paracetamol
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.81
- Deskripsi: Kelelahan
Penjelasan:
- Gejala lemas, hampir pingsan, dan badan terasa sakit-sakit dapat diklasifikasikan sebagai kelelahan (R53.81) menurut Klasifikasi Internasional Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-10).
- Kode R53.81 digunakan untuk kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah yang berlebihan dan tidak dapat dijelaskan oleh aktivitas fisik atau kondisi medis lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.25
- Deskripsi: Pemberian analgesik antipiretik
Penjelasan:
- Jika pasien telah meminum paracetamol untuk menurunkan demam, maka tindakan medis yang sesuai adalah pemberian analgesik antipiretik, yang dapat dikodekan dengan kode 99.25 dalam Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM).
- Kode 99.25 mencakup pemberian obat-obatan yang berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri (analgesik) dan menurunkan suhu tubuh (antipiretik).
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode ini untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien, sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti penagihan asuransi, analisis epidemiologi, dan pelaporan data kesehatan. -
Article No. 21069 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien lemas, hampir pingsan, badan terasa sakit-sakit, pasien merasa demam namun saat di suhu, suhu normal karena pasien baru meminum paracetamol
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu pasien merasa lemas, hampir pingsan, badan terasa sakit-sakit, dan merasa demam namun suhu tubuh normal setelah mengonsumsi paracetamol, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Karakteristik Definisi: Pasien merasa demam namun suhu tubuh normal setelah mengonsumsi obat penurun demam.
b. Perubahan Perfusi Jaringan
Definisi: Perubahan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Karakteristik Definisi: Pasien merasa lemas, hampir pingsan, dan badan terasa sakit-sakit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada keluhan rasa demam
- Pasien dapat mengelola suhu tubuh dengan baik
b. Perubahan Perfusi Jaringan
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
- Tidak ada keluhan lemas atau hampir pingsan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- Pantau suhu tubur pasien secara berkala
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
- Edukasi pasien tentang pengelolaan suhu tubuh
- Lakukan tindakan penurunan suhu tubuh jika perlu (kompres hangat/dingin)
b. Perubahan Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala
- Berikan cairan intravena jika perlu untuk menjaga hidrasi
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berikan oksigen jika diperlukan untuk meningkatkan perfusi jaringan
- Edukasi pasien tentang manajemen aktivitas dan istirahat
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu stabilnya suhu tubuh, tidak ada keluhan lemas atau hampir pingsan, serta pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 21070 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien lemas, hampir pingsan, badan terasa sakit-sakit, pasien merasa demam namun saat di suhu, suhu normal karena pasien baru meminum paracetamol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\par \b Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\b0
\par
\par \b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0 Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (SDKI Kode: 00005)
\par \b Penjelasan SDKI:\b0 Diagnosa ini merujuk pada kondisi di mana pasien berisiko mengalami ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. Data subjektif pasien merasa demam meskipun suhu tubuh normal setelah konsumsi parasetamol menunjukkan potensi fluktuasi suhu yang tidak stabil.
\par \b SLKI (Kode: 080901):\b0 Pemantauan Suhu Tubuh - Perawat akan memantau suhu tubuh secara berkala dan mendokumentasikan tren perubahan suhu.
\par \b SIKI (Kode: 0809):\b0 Manajemen Hipertermia - Intervensi termasuk memantau efek farmakologis antipiretik, memastikan hidrasi adekuat, dan memberikan edukasi mengenai manajemen suhu tubuh.
\par
\par \b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0 Kelelahan (SDKI Kode: 00093)
\par \b Penjelasan SDKI:\b0 Kondisi ini ditandai dengan perasaan lemas yang mengarah pada hampir pingsan, serta badan terasa sakit-sakit, yang mengindikasikan penurunan kapasitas fisik dan energi untuk melakukan aktivitas.
\par \b SLKI (Kode: 020601):\b0 Manajemen Energi - Perawat akan membantu pasien dalam mengatur aktivitas untuk mengoptimalkan konservasi energi dan mencegah kelelahan berlebih.
\par \b SIKI (Kode: 0206):\b0 Terapi Aktivitas - Intervensi meliputi perencanaan periode istirahat yang cukup, memodifikasi lingkungan untuk mengurangi tuntutan energi, dan memantau respons fisiologis terhadap aktivitas.
\par
\par \b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0 Nyeri Akut (SDKI Kode: 00132)
\par \b Penjelasan SDKI:\b0 Pasien melaporkan badan terasa sakit-sakit, yang mengindikasikan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
\par \b SLKI (Kode: 140101):\b0 Pengendalian Nyeri - Perawat akan melakukan assessment karakteristik nyeri dan respons pasien terhadap intervensi nyeri.
\par \b SIKI (Kode: 1401):\b0 Manajemen Nyeri - Intervensi termasuk pemberian analgesik sesuai indikasi, teknik non-farmakologis (seperti reposisi), dan evaluasi efektivitas penatalaksanaan nyeri.
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0 Penting untuk melakukan assessment lebih lanjut mengenai etiologi dasar dari gejala yang muncul (misalnya infeksi, inflamasi, atau penyebab lainnya) dan mempertimbangkan interaksi antara ketiga diagnosa tersebut dalam perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif.
\par
\par } -
Article No. 21071 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien datang dengan keluhan demam, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal, dengan peningkatan suhu inti tubuh.
2. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal, dengan peningkatan suhu inti tubuh.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00801
Definisi: Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh ke kisaran normal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 03201
Definisi: Tindakan keperawatan untuk memantau, mengelola, dan menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, yang menunjukkan adanya hipertermia atau peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Perawat akan melakukan pengkajian, pemantauan, dan intervensi yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien ke kisaran normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian antipiretik, kompres hangat, dan tindakan lainnya untuk menurunkan suhu tubuh. -
Article No. 21072 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Termoregulasi: Efektif (1401)
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3900)
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau mengontrol peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan demam, yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007), yang didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Dalam SDKI, diagnosa ini juga disebut Hipertermia (00007) dengan definisi yang sama. Luaran Keperawatan yang diharapkan adalah Termoregulasi: Efektif (1401), yang menggambarkan kemampuan pasien untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Demam (3900), yang bertujuan untuk mengurangi atau mengontrol peningkatan suhu tubuh. -
Article No. 21073 | 26 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Kode SDKI: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI:
1. Manajemen Hipertermia
Kode SLKI: 00007
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas batas normal.
SIKI:
1. Manajemen Suhu Tubuh
Kode SIKI: 00078
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh normal dengan cara menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Hipertermia merupakan kondisi di mana suhu tubuh meningkat di atas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau paparan panas yang berlebihan. Tujuan utama dalam penanganan hipertermia adalah menurunkan suhu tubuh ke level normal melalui tindakan-tindakan seperti pemberian cairan, pengompres dingin, dan pengaturan suhu lingkungan. Perawat berperan penting dalam memantau dan mengelola kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 21074 | 26 Aug 2025
Klinis : haemorroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis hemoroid, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64
- Deskripsi: Hemoroid dan perianal venous thrombosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.46
- Deskripsi: Eksisi hemoroid, operasi hemoroid
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 K64 mencakup diagnosis untuk hemoroid dan perianal venous thrombosis. Hemoroid adalah pembengkakan dan peradangan pembuluh darah vena di sekitar anus dan rektum. Perianal venous thrombosis adalah pembentukan bekuan darah di pembuluh darah vena di sekitar anus.
2. Kode ICD-9-CM 49.46 adalah untuk prosedur eksisi atau operasi hemoroid. Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi gejala hemoroid, seperti perdarahan, nyeri, atau pembengkakan. Prosedur ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti ligasi, sklerosis, atau eksisi.
Sebagai dokter atau perekam medis, kami menggunakan kode-kode diagnosis dan prosedur ini untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien serta tindakan medis yang dilakukan. Kode-kode ini membantu dalam proses pelaporan, penagihan, dan analisis data kesehatan.