Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10222 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien a, usia 23 tahun, keluhan sesak nafas, kondisi sekarang dipasang oksigen di RS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien a yang berusia 23 tahun dengan keluhan sesak napas dan saat ini dipasang oksigen di rumah sakit.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien a, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (00032). Diagnosis ini didasarkan pada gejala utama pasien yaitu sesak napas, yang mengindikasikan adanya gangguan dalam proses ventilasi dan pernapasan. Diagnosis ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakmampuan pasien untuk bernapas dengan mudah dan lancar, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perbaikan Pola Napas (0415): Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan indikator:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali per menit)
b. Kedalaman napas yang adekuat
c. Irama napas yang teratur
d. Tidak ada penggunaan otot bantu napas yang berlebihan
2. Pengendalian Nyeri (1605): Pasien akan mengalami penurunan rasa sesak atau nyeri saat bernapas, dengan indikator:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat sesak atau nyeri saat bernapas
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat sesak atau nyeri
3. Oksigenasi yang Memadai (0403): Pasien akan menunjukkan oksigenasi yang adekuat, dengan indikator:
a. Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal (>95%)
b. Tidak ada tanda-tanda hipoksemia (misalnya sianosis, dispnea, takipnea)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540):
a. Memantau dan mengatur pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Memposisikan pasien dengan posisi semi-fowler untuk memudahkan pernapasan
c. Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi
d. Melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan sekresi jalan napas
2. Manajemen Nyeri (1400):
a. Mengevaluasi tingkat nyeri/sesak napas pasien secara berkala
b. Memberikan terapi farmakologis (misalnya bronkodilator) untuk mengurangi rasa sesak
c. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi nyeri/sesak napas
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680):
a. Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas pasien
b. Memantau saturasi oksigen dan kadar oksigen dalam darah
c. Melaporkan temuan yang abnormal kepada tim kesehatan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien a dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas, pengendalian nyeri, dan oksigenasi yang memadai. Kolaborasi yang erat antara perawat dan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10223 | 02 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 60 tahun dirawat di ruang jantung dengan diagnosis eksaserbasi gagal jantung. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit arteri coroner. Berat badan saat masuk 102 kg dan BB dasar saat kunjungan klinik sebelumnya 95 kg (terjadi peningkatan 7 kg). Saat masuk, ditemukan adanya bunyi krepitasi halus di seluruh lobus posterior bawah, dan pitting edema 4+ di ekstremitas bawah. Hasil Blood Gas Analysis saat masuk pH 7,30, PaCO2 50 mmHg, PaO2 80 mmHg, HCO3- 21 mEq/L, SaO2 85%. Saat ini, pasien tersebut menerima beberapa dosis diuretic IV selama 3 hari terakhir sejak masuk. Saat pengkajian pada shift pagi Anda, pasien tersebut memberitahu Anda bahwa dia sangat haus dan merasa pusing. Anda melihat ia mudah tersinggung dan menjadi semakin bingung. Anda segera memperoleh tanda-tanda vitalnya: TD 85/45 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 24 x/menit, saturasi oksigen 98% pada 2 lpm nasal canule, dan suhu tubuh 37.2 °C. Suara paru jernih dan suara jantung irama sinus teratur. Berat badan pagi ini 92 kg. diberikan terapi NaCl 0.9% 250 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan laboratoriumnya ditemukan Natrium: 155 mEq/L (135-145), Kalium: 3,3 mEq/L (3,5-5,3), Klorida: 103 mEq/L (98-108), Karbon dioksida: 25 mEq/L (23-27), Nitrogen urea darah (BUN): 30 mg/dL (10-25), Kreatinin: 1,9 mg/dL (0,5-1,5), Glukosa: 100 mg/dL (puasa 70-99)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan
2. Intoleransi aktivitas
3. Inkontinensia urin
Penjelasan:
1. Kelebihan volume cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Pemantauan Keseimbangan Cairan, Manajemen Cairan Intravena
Pasien mengalami kelebihan volume cairan yang ditandai dengan peningkatan berat badan, adanya edema, dan hasil pemeriksaan gas darah menunjukkan penurunan pH, peningkatan PaCO2, dan penurunan PaO2. Hal ini dapat disebabkan oleh pemberian diuretik yang tidak adekuat, serta penurunan fungsi ginjal yang ditunjukkan oleh peningkatan BUN dan kreatinin.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Terapi Aktivitas, Manajemen Energi
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh kelebihan volume cairan dan penurunan fungsi jantung.
3. Inkontinensia urin
- SDKI: Inkontinensia Urin
- SLKI: Kontrol Berkemih
- SIKI: Manajemen Inkontinensia Urin, Manajemen Hidrasi
Pasien mengalami inkontinensia urin yang ditandai dengan perubahan status mental, seperti mudah tersinggung dan bingung. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit, terutama hiponatremia, yang dapat memengaruhi fungsi otak dan kontrol berkemih.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini mencerminkan kondisi klinis pasien yang membutuhkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, dan inkontinensia urin. -
Article No. 10224 | 02 Jan 2025
Klinis : bengkak di salah satu scrotum (yang kiri) sejak hari kamis, kemudian dibawa ke dokter umum dan dapat obat namun tidak membaik dan bengkak semakin membesar. Terasa nyeri seperti terbakar, menjalar hingga selangkangan. Keluhan tidak membaik lalu dibawa ke RSI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk Nyeri Akut antara lain:
1. Pengkajian nyeri komprehensif
2. Manajemen nyeri farmakologis dan nonfarmakologis
3. Pendidikan kesehatan tentang nyeri dan manajemennya
4. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu bengkak di scrotum sebelah kiri yang disertai nyeri seperti terbakar dan menjalar hingga selangkangan, menunjukkan adanya Nyeri Akut. Pasien perlu mendapatkan pengkajian nyeri komprehensif, intervensi manajemen nyeri yang sesuai, serta edukasi terkait nyeri dan pengelolaannya. Evaluasi efektivitas intervensi juga penting dilakukan untuk memastikan penurunan intensitas nyeri dan adaptasi pasien terhadap nyeri. -
Article No. 10225 | 02 Jan 2025
Klinis : sakit perut nyeri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "sakit perut nyeri":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.01
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna atas, tanpa biopsi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R10.4 (Nyeri perut dan panggul) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi "sakit perut nyeri". Kode ini mencakup berbagai jenis nyeri yang terjadi di area perut dan panggul, termasuk nyeri kolik, nyeri abdomen, dan nyeri panggul.
2. Untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan dalam penanganan kondisi ini, kode ICD-9-CM 88.01 (Endoskopi saluran cerna atas, tanpa biopsi) dapat digunakan. Prosedur ini melibatkan penggunaan endoskop untuk memeriksa bagian atas saluran pencernaan, seperti esofagus, lambung, dan duodenum, untuk mendeteksi adanya penyebab dari nyeri perut.
Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, atau prosedur diagnostik lainnya mungkin juga diperlukan untuk menentukan penyebab nyeri perut dan membantu dalam penanganan yang tepat. -
Article No. 10226 | 02 Jan 2025
Klinis : sakit telapak tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sakit telapak tangan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang merupakan pelindung utama tubuh.
Faktor Risiko:
- Paparan faktor eksternal (misalnya suhu, kelembaban, bahan iritasi)
- Penurunan sensasi
- Keterbatasan mobilitas
Gejala dan Tanda:
- Kulit merah, bengkak, dan nyeri di telapak tangan
- Terdapat lesi atau lecet pada kulit telapak tangan
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan "Gangguan Integritas Kulit" telah ditetapkan dalam SDKI dan memiliki definisi, faktor risiko, serta gejala dan tanda yang sesuai dengan kondisi sakit telapak tangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan resmi PPNI yang berisi tentang hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk diagnosa "Gangguan Integritas Kulit", beberapa luaran keperawatan yang dapat diharapkan adalah perbaikan integritas kulit, penurunan tanda infeksi, dan peningkatan rasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan resmi PPNI yang berisi tentang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Gangguan Integritas Kulit" antara lain perawatan luka, pemberian obat topikal, edukasi pencegahan, dan manajemen nyeri.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan praktik terbaik dan berpusat pada pasien. -
Article No. 10227 | 02 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan nyeri badan karna tidur terus saat di rumah sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang mengeluhkan nyeri badan karena tidur terus saat di rumah sakit, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
Penyebab: Penurunan energi/stamina, penurunan fungsi neuromuskular, dan pembatasan lingkungan.
Tanda dan Gejala: Pasien melaporkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan, pasien mengalami nyeri saat bergerak, serta pasien lebih sering tidur/berbaring.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan:
1. Pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik yang ditandai dengan:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Pasien melaporkan berkurangnya nyeri saat bergerak.
d. Pasien menunjukkan peningkatan energi/stamina.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Mobilitas
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari.
b. Dorong pasien untuk melakukan latihan fisik seperti pergerakan anggota tubuh secara bertahap.
c. Ajarkan teknik mobilisasi yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk membantu meningkatkan mobilitas pasien.
e. Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien selama latihan fisik.
f. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan mobilitas.
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan durasi nyeri yang dirasakan pasien.
b. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter) untuk pemberian analgetik sesuai kebutuhan.
d. Monitor efektivitas terapi dalam mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk membantu mengatasi nyeri saat mobilisasi.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dipilih adalah Gangguan Mobilitas Fisik, karena pasien mengeluhkan nyeri badan saat tidur terus di rumah sakit, yang menunjukkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas. Diagnosa ini sesuai dengan definisi, penyebab, serta tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik, yang ditandai dengan pasien dapat melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melaporkan berkurangnya nyeri saat bergerak, serta menunjukkan peningkatan energi/stamina. Tujuan ini bertujuan untuk mengembalikan kemampuan mobilitas pasien dan mengurangi keluhan nyeri yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi Manajemen Mobilitas dan Manajemen Nyeri. Manajemen Mobilitas bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan pergerakan dan aktivitas sehari-hari, sedangkan Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien saat melakukan pergerakan. Intervensi ini dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal.
Secara keseluruhan, pendekatan ini diharapkan dapat membantu pasien mengatasi gangguan mobilitas fisik dan nyeri yang dialami, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 10228 | 02 Jan 2025
Klinis : hematetemesis melena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi hemetemesis melena.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hemetemesis melena adalah "Risiko Perdarahan". Kondisi hemetemesis (muntah darah) dan melena (tinja berwarna hitam akibat darah yang tertelan) mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna. Pasien berisiko mengalami komplikasi akibat kehilangan darah yang dapat menyebabkan hipovolemia, syok, dan kematian.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Luaran Utama: Perbaikan Perfusi Jaringan
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki perfusi jaringan yang adekuat, mencegah komplikasi akibat perdarahan, dan memulihkan kondisi kesehatan pasien.
2. Luaran Khusus:
a. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan tetap dalam batas normal.
b. Volume Cairan: Cairan tubuh dalam batas normal, tidak terjadi hipovolemia.
c. Hemodinamik: Tidak terjadi penurunan kardiovaskular yang signifikan.
d. Peningkatan Sirkulasi: Peningkatan aliran darah ke organ-organ vital.
e. Pengurangan Perdarahan: Pendarahan teratasi dan tidak terjadi lagi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).
b. Pantau status cairan (intake, output, edema, turgor kulit).
c. Pantau hasil laboratorium (hemoglobin, hematokrit, fungsi ginjal).
d. Lakukan pengkajian neurologis untuk mendeteksi tanda-tanda hipoperfusi.
2. Manajemen Perdarahan
a. Identifikasi sumber perdarahan dan upayakan penghentian perdarahan.
b. Berikan obat-obatan untuk memperbaiki pembekuan darah (jika diindikasikan).
c. Pertimbangkan pemberian transfusi darah jika diperlukan.
d. Lakukan tindakan endoskopi atau bedah untuk menghentikan perdarahan (jika diindikasikan).
3. Manajemen Cairan dan Elektrolit
a. Berikan cairan intravena untuk mempertahankan volume dan tekanan darah.
b. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Pertimbangkan pemberian suplemen nutrisi jika dibutuhkan.
4. Edukasi dan Dukungan Psikologis
a. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi dan rencana perawatan.
b. Berikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepatuhan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mencegah komplikasi, dan memulihkan kondisi kesehatan pasien dengan hemetemesis melena. -
Article No. 10229 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien mengatakan muntah darah, BAB berdarah dan kembung, nyeri pada area abdomen. nyeri akan muncul ketika pasien sudah makan dan nyeri akan hilang ketika pasien telah BAB.dan dari pemeriksaan laboratorium Hb pasien 6,5gr %
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa yang paling sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Risiko Perdarahan" (00206). Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada adanya perdarahan, yaitu muntah darah, BAB berdarah, dan nilai Hb yang rendah (6,5 g/%). Risiko perdarahan ini juga dapat disebabkan oleh adanya nyeri abdomen yang dialami pasien, yang dapat mengindikasikan adanya masalah pada sistem pencernaan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (0413)
- Kriteria hasil: Pasien dapat mempertahankan nilai Hb dalam batas normal (12-16 g/dL).
- Kriteria hasil: Tanda-tanda vital pasien stabil, tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
- Kriteria hasil: Pasien dapat melaporkan penurunan atau hilangnya gejala perdarahan.
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Kriteria hasil: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Kriteria hasil: Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri secara efektif.
- Kriteria hasil: Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan kontrol nyeri yang memadai.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Kontrol Perdarahan (0413):
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
- Kaji adanya tanda-tanda perdarahan aktif (misalnya: muntah darah, BAB berdarah).
- Berikan dukungan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan kadar Hb.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan dan penyebabnya.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan dan pentingnya pemantauan.
2. Intervensi untuk Manajemen Nyeri (1400):
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor pemicu nyeri.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri yang efektif.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya: teknik relaksasi, distraksi).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang dapat mengurangi nyeri.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri yang efektif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perdarahan" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda perdarahan, seperti muntah darah, BAB berdarah, dan penurunan nilai Hb yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya risiko atau kemungkinan terjadinya perdarahan yang perlu ditangani secara komprehensif.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Perdarahan dan Manajemen Nyeri. Kontrol Perdarahan bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb, menstabilkan tanda-tanda vital, dan menghilangkan gejala perdarahan. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengurangi tingkat nyeri yang dialami pasien, meningkatkan kemampuan pasien dalam menggunakan teknik manajemen nyeri, dan mencapai kontrol nyeri yang memadai.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan, dukungan nutrisi, kolaborasi dengan tim medis, edukasi pasien dan keluarga, serta manajemen nyeri baik farmakologis maupun non-farmakologis. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 10230 | 02 Jan 2025
Klinis : pasien mengatakan muntah darah, BAB berdarah dan kembung, nyeri pada area abdomen. nyeri akan muncul ketika pasien sudah makan dan nyeri akan hilang ketika pasien telah BAB.dan dari pemeriksaan laboratorium Hb pasien 6,5gr %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah analisis saya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada sistem gastrointestinal, ditandai dengan keluhan nyeri pada area abdomen, muntah darah, dan BAB berdarah.
2. Perubahan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, dan malabsorpsi, ditandai dengan penurunan Hb menjadi 6,5 gr%.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan Hb.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada sistem gastrointestinal:
- Tanda dan gejala: Nyeri pada area abdomen, muntah darah, dan BAB berdarah.
- Faktor yang berkontribusi: Proses patologis pada saluran cerna, seperti ulkus, gastritis, atau neoplasma.
- Intervensi keperawatan: Evaluasi nyeri, manajemen nyeri, dan edukasi pasien tentang faktor pemicu nyeri.
2. Perubahan nutrisi: intake kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, dan malabsorpsi:
- Tanda dan gejala: Penurunan Hb menjadi 6,5 gr%.
- Faktor yang berkontribusi: Mual, muntah, dan malabsorpsi yang menghambat asupan dan penyerapan nutrisi.
- Intervensi keperawatan: Evaluasi status nutrisi, manajemen mual dan muntah, serta pemberian intervensi nutrisi yang sesuai.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan Hb:
- Tanda dan gejala: Penurunan Hb menjadi 6,5 gr%.
- Faktor yang berkontribusi: Perdarahan gastrointestinal yang menyebabkan penurunan Hb.
- Intervensi keperawatan: Monitoring tanda-tanda perdarahan, penatalaksanaan perdarahan, dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang komprehensif.
Dalam menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, berbasis bukti, dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10231 | 02 Jan 2025
Klinis : kebutuhan untuk hematemesis melena
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kebutuhan hematemesis melena.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kebutuhan hematemesis melena adalah "Risiko perdarahan" (Risk for Bleeding). Risiko perdarahan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan darah yang berlebih dari sistem vaskuler, baik internal maupun eksternal. Kondisi hematemesis melena menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna, sehingga individu berisiko mengalami kehilangan cairan darah yang berlebih.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan aktif, seperti vomitus atau feses yang berwarna hitam.
2. Tanda-tanda vital stabil: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, berada dalam batas normal.
3. Kadar hemoglobin dalam batas normal: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan kadar hemoglobin pasien berada dalam batas normal, menandakan tidak ada defisiensi oksigen.
4. Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda syok hipovolemik, seperti penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan penurunan output urin.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang menunjukkan perdarahan.
2. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh: Lakukan pemeriksaan fisik yang fokus pada sistem gastrointestinal, seperti pemeriksaan abdomen, inspeksi muntah atau feses, untuk mendeteksi adanya perdarahan.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan: Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
4. Identifikasi dan pantau faktor risiko perdarahan: Identifikasi dan pantau faktor risiko perdarahan, seperti riwayat penyakit, penggunaan obat-obatan, dan perubahan laboratorium.
5. Kolaborasi dengan tim medis terkait: Berkoordinasi dengan tim medis, seperti dokter, untuk menentukan penyebab perdarahan dan rencana penanganan yang tepat.
6. Berikan nutrisi yang adekuat: Berikan nutrisi yang adekuat, terutama protein, untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan pasien.
7. Berikan dukungan emosional: Berikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berkolaborasi dengan tim medis, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan membantu pasien dalam pemulihan kondisinya.