Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12215 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. P berusia 43 tahun dengan solusio plasenta, beragama Islam sebagai ibu rumah tangga dengan G3 P2 A0. Pasien tinggal di daerah Lajung RT 02/RW 05. Kehamilannya saat ini berusia 37 minggu 5 hari. Suaminya, Tn H berusia 46 tahun, pekerjaan sebagai buruh, Keduanya dari suku Sunda dan beragama Islam. Pasien MRS tanggal 15 Maret 2017, pukul 08.10 WIB. Ny. P mengeluh nyeri perut bagian atas disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalab berwarna kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum kerluar air – air dan ingin meneran, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,7 0 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian Ny. P dirujuk ke RSUD Cibinong. Pasien inpartu kala I fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss. Pada kala II bahwa keadaan umum Ny. P tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit. Pada pemeriksaan genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan Ny. P siap untuk dipimpin persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan 73 74 dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ± 100 cc.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Manajemen nyeri, pengurangan nyeri, pemantauan nyeri
- SIKI: Pengelolaan nyeri, edukasi manajemen nyeri, kolaborasi intervensi analgesik
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital
- SLKI: Manajemen perdarahan, pemantauan perdarahan, kolaborasi intervensi antihemoragik
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pemberian obat oksitosin, kolaborasi tindakan pemberian cairan/darah
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum:
- SDKI: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan
- SLKI: Manajemen infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, kolaborasi terapi antibiotik
- SIKI: Perawatan luka, pencegahan infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan fetal
- SLKI: Pemantauan kesejahteraan janin, manajemen distres janin, kolaborasi intervensi kelahiran
- SIKI: Pemantauan DJJ, intervensi untuk mempertahankan kesejahteraan janin, kolaborasi tindakan kelahiran
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen
- SLKI: Manajemen ventilasi, pemantauan pola napas, kolaborasi pemberian oksigen
- SIKI: Pemberian oksigen, stimulasi pernapasan, kolaborasi intubasi
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan emosional antara ibu dan bayi
- SLKI: Promosi bounding attachment, dukungan peran orangtua, kolaborasi konseling
- SIKI: Fasilitasi kontak kulit, edukasi peran orangtua, kolaborasi konseling bounding attachment -
Article No. 12216 | 13 Feb 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas pada pasien peumonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan pertukaran gas pada pasien pneumonia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Pertukaran Gas" (Impaired Gas Exchange). Kondisi ini terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru, yang mengakibatkan perubahan pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida.
Pada pasien pneumonia, infeksi pada paru-paru dapat menyebabkan peradangan, akumulasi cairan, dan penutupan alveoli. Hal ini dapat menghambat pertukaran gas yang optimal, sehingga terjadi gangguan pertukaran gas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perbaikan Pertukaran Gas (Improved Gas Exchange)
- Pasien menunjukkan peningkatan kadar oksigen dalam darah (PaO2) dan penurunan kadar karbondioksida (PaCO2).
- Pasien memperlihatkan frekuensi dan kedalaman napas yang normal.
- Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2).
b. Pemeliharaan Ventilasi (Ventilation Maintenance)
- Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Pasien mampu melakukan ekspirasi secara efektif.
- Pasien tidak mengalami kelelahan atau kelemahan otot-otot pernapasan.
c. Integritas Jaringan Perifer (Peripheral Tissue Integrity)
- Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- Pasien tidak mengalami edema atau sianosis pada ekstremitas.
- Pasien menunjukkan warna kulit, kuku, dan membran mukosa yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan pola napas pasien secara rutin.
- Ukur saturasi oksigen (SpO2) dan nilai-nilai gas darah arterial (PaO2, PaCO2).
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan, seperti penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Pemberian Oksigen
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk mempertahankan kadar oksigen dalam darah yang optimal.
- Sesuaikan laju aliran oksigen dan jenis alat pemberian oksigen berdasarkan kondisi pasien.
c. Manajemen Jalan Napas
- Bersihkan jalan napas pasien dengan teknik penghisapan (suction) yang aman dan efektif.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Lakukan fisioterapi dada atau drainase postural untuk membantu pengeluaran sekret.
d. Edukasi dan Dukungan Pasien
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan pernapasan dan mobilisasi.
- Dorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragma.
- Bantu pasien untuk mempertahankan mobilisasi dan aktivitas sesuai toleransi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan pneumonia dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan pertukaran gas, pemeliharaan ventilasi, dan integritas jaringan perifer. -
Article No. 12113 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk kasus ini adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru, terbuka
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki gejala khas tuberkulosis paru, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya lesi di paru.
Untuk prosedur medis, kode ICD-9-CM 87.44 (Biopsi paru, terbuka) dapat digunakan jika diperlukan untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis dari sampel jaringan paru yang diambil secara terbuka. Prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru, terutama jika hasil pemeriksaan bakteriologis belum tersedia atau tidak conclusive. -
Article No. 12114 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji bulan depan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I25.9
- Deskripsi: Penyakit jantung iskemik kronis, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien usia 40 tahun dengan riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji. Kode ICD-10 I25.9 (Penyakit jantung iskemik kronis, tidak spesifik) sesuai dengan riwayat penyakit jantung yang dimiliki oleh pasien. Kode ini mencakup kondisi umum penyakit jantung iskemik kronis tanpa menspesifikasikan lebih lanjut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis yang disebutkan yang harus dilakukan pada pasien sebelum menjalani ibadah haji. Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang perlu dicatat.
Secara keseluruhan, kondisi pasien ini memerlukan pemantauan dan perawatan yang sesuai untuk penyakit jantung iskemik kronis sebelum melakukan perjalanan haji. Perawatan yang tepat dan pengawasan kesehatan yang ketat akan sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pasien selama menjalankan ibadah haji. -
Article No. 12115 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji bulan depan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda jelaskan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I25.9
- Deskripsi: Penyakit jantung iskemik kronis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena pasien tidak akan menjalani tindakan medis saat melakukan ibadah haji. Pasien hanya perlu mempersiapkan diri secara medis dan memastikan kondisi kesehatannya stabil sebelum melakukan perjalanan ibadah haji.
Penjelasan detail:
- Pasien usia 40 tahun dengan riwayat penyakit jantung termasuk dalam kelompok penyakit jantung iskemik kronis, yang diklasifikasikan dengan kode ICD-10 I25.9. Penyakit jantung iskemik kronis adalah kondisi di mana terjadi pengurangan suplai darah ke otot jantung, sehingga dapat menyebabkan gejala seperti angina pektoris atau serangan jantung.
- Sebelum melakukan ibadah haji, pasien dengan riwayat penyakit jantung perlu memastikan kondisi kesehatannya stabil dan terkontrol dengan baik. Hal ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan medis rutin, pengaturan diet, olahraga, dan penggunaan obat-obatan sesuai dengan saran dokter. Namun, tidak ada tindakan medis khusus yang perlu dilakukan dalam kasus ini.
- Ibadah haji dapat menjadi aktivitas yang cukup melelahkan secara fisik, sehingga pasien dengan riwayat penyakit jantung perlu mempersiapkan diri dengan baik, berkonsultasi dengan dokter, dan mematuhi saran medis untuk menjaga kesehatan selama melakukan perjalanan ibadah haji. -
Article No. 12116 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun akan menjalani ibadah haji bulan depan belum pernah vaksinasi meningitis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z11.3
- Deskripsi: Pemeriksaan skrining untuk infeksi meningokokal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.39
- Deskripsi: Pemberian vaksin meningokokal polivalen
Penjelasan:
Pasien usia 40 tahun yang akan menjalani ibadah haji belum pernah mendapatkan vaksinasi meningitis. Dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah Z11.3, yang mengindikasikan pemeriksaan skrining untuk infeksi meningokokal. Pasien ini membutuhkan vaksinasi meningokokal sebagai persiapan untuk melakukan ibadah haji, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur ini adalah 99.39, yang menggambarkan pemberian vaksin meningokokal polivalen.
Vaksinasi meningitis sangat penting bagi individu yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemis, seperti saat melakukan ibadah haji. Vaksinasi ini dapat mencegah infeksi meningokokal, yang dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk meningitis dan sepsis. Oleh karena itu, pemeriksaan skrining dan pemberian vaksin meningokokal merupakan langkah penting dalam persiapan ibadah haji bagi pasien ini. -
Article No. 12117 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun akan menjalani ibadah haji bulan depan belum pernah vaksinasi meningitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan status imunisasi yang tidak lengkap
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap masuknya dan perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi selama menjalankan ibadah haji.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya vaksinasi meningitis sebelum menunaikan ibadah haji.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk melakukan vaksinasi meningitis pada pasien.
3. Monitoring tanda-tanda infeksi selama pasien menjalankan ibadah haji.
4. Intervensi pencegahan infeksi, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Sebagai seorang perawat, saya merekomendasikan agar pasien segera mendapatkan vaksinasi meningitis sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, untuk mencegah risiko infeksi yang dapat terjadi selama pelaksanaan ibadah haji. -
Article No. 12118 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam serta batuk disertai dengan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, batuk, dan penurunan kesadaran, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Diagnosis ini mengacu pada situasi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga menyebabkan penurunan ventilasi dan oksigenasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu:
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
b. Tidak ada suara napas tambahan (mis. ronki, wheezing)
c. Tidak ada sianosis
d. Mampu mengeluarkan sekret dengan efektif
2. Status Pernapasan: Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang adekuat, ditandai dengan:
a. Irama pernapasan teratur
b. Kedalaman pernapasan dalam batas normal
c. Tidak ada distres pernapasan
3. Status Oksigenasi: Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat, ditandai dengan:
a. Saturasi oksigen (SpO2) dalam rentang normal
b. Tidak ada tanda-tanda hipoksemia (mis. sianosis, takipnea)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas:
a. Lakukan suction pada jalan napas untuk mengeluarkan sekret
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
c. Latih pasien untuk melakukan teknik batuk efektif
2. Manajemen Pernapasan:
a. Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, kedalaman, irama)
b. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pernapasan (mis. nebulizer, CPAP)
3. Manajemen Oksigenasi:
a. Pantau saturasi oksigen pasien secara berkala
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan oksigenasi yang adekuat
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada bersihan jalan napas, status pernapasan, dan oksigenasi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperbaiki kondisi kesehatannya. -
Article No. 12119 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk berdahak.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, perubahan struktur jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Batuk tidak efektif, napas cuping hidung, perubahan irama pernapasan, sputum yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi batuk, kedalaman batuk, kemampuan mengeluarkan sekret, suara napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas: Mengobservasi pola napas, memfasilitasi batuk/bersin, mempertahankan posisi yang memudahkan drainase jalan napas, mengatur pemberian oksigen, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan teknik batuk efektif.
Kesimpulan, pasien dengan keluhan batuk berdahak dapat didiagnosis dengan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" berdasarkan standar PPNI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 12120 | 12 Feb 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit telinga, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit/cedera pada telinga
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Tanda dan gejala dapat berupa keluhan nyeri pada telinga, perubahan ekspresi wajah, perubahan tanda-tanda vital, dan perilaku protektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin pada telinga, dan edukasi untuk perawatan diri.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan ini dapat diberikan secara rinci dan jelas kepada pasien untuk membantu memahami kondisi dan rencana perawatannya.