Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12210 | 13 Feb 2025
Klinis : KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Etiologi: Pola makan yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan tentang diet diabetes, konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula.
2. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, pola makan yang tidak tepat, kurangnya aktivitas fisik.
3. Defisit Perawatan Diri
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau mengelola perawatan diri (pemeliharaan kesehatan, kebersihan, dan keamanan) secara mandiri.
Etiologi: Kurangnya pengetahuan terkait manajemen diabetes, kurangnya motivasi untuk melakukan perawatan diri.
4. Risiko Komplikasi
Definisi: Rentan mengalami komplikasi terkait penyakit diabetes mellitus.
Etiologi: Kurangnya kontrol terhadap kadar glukosa darah, adanya komplikasi yang sudah terjadi (hipertrofi otot jantung).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan dan rekomendasi diet diabetes.
- Pasien dapat mengelola berat badan sesuai target.
2. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
- Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mengenali dan mengatasi episode hipoglikemia atau hiperglikemia.
3. Perawatan Diri yang Efektif
- Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait manajemen diabetes secara mandiri.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku hidup sehat sesuai rekomendasi.
4. Pencegahan Komplikasi
- Pasien dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi diabetes.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan tanda-tanda komplikasi diabetes.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan riwayat diet pasien.
- Edukasi tentang diet diabetes yang sesuai.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Monitoring asupan nutrisi dan berat badan pasien.
2. Manajemen Kadar Glukosa Darah
- Kaji pemahaman pasien tentang diabetes dan manajemen kadar glukosa darah.
- Edukasi tentang pemantauan kadar glukosa darah dan pengenalan tanda-tanda hipo/hiperglikemia.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi obat antidiabetes.
- Monitoring kadar glukosa darah secara berkala.
3. Promosi Perawatan Diri
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri terkait diabetes.
- Edukasi tentang perawatan diri yang tepat, seperti perawatan kaki, pemantauan kadar glukosa, dan pengobatan.
- Berikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan perilaku perawatan diri.
- Monitoring kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri.
4. Pencegahan Komplikasi
- Kaji adanya tanda-tanda komplikasi diabetes pada pasien.
- Edukasi tentang komplikasi diabetes dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan tatalaksana komplikasi.
- Monitoring perkembangan kondisi pasien dan deteksi dini komplikasi.
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Diharapkan penjelasan ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. -
Article No. 12211 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien sulit beraktivitas post orif femur, masih terasa nyeri saat bergerak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang sulit beraktivitas post operasi internal fiksasi (ORIF) femur, masih terasa nyeri saat bergerak:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hambatan Mobilitas Fisik (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, koordinasi, atau fleksibilitas.
- Karakteristik Mayor: Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, penurunan rentang gerak, dan nyeri saat bergerak.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan nyeri yang dialami pasien.
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien sehingga dapat meningkatkan mobilitas fisik.
- Aktivitas: Pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri, dan teknik nonfarmakologis.
2. Mobilisasi (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan.
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik pasien.
- Aktivitas: Latihan rentang gerak, latihan penggunaan alat bantu, dan edukasi aktivitas sehari-hari.
3. Perawatan Pasca Operasi (SIKI)
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pemulihan pasien setelah prosedur operasi.
- Tujuan: Memfasilitasi pemulihan pasien pascaoperasi ORIF femur.
- Aktivitas: Pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka operasi, dan rehabilitasi fisik.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk menangani hambatan mobilitas fisik pada pasien post ORIF femur, sehingga dapat meningkatkan pemulihan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12212 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien penurunan kesadaran post kll dengan ckb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat (CKB).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan penurunan kesadaran post CKB adalah Gangguan Perfusi Jaringan Serebral. Kondisi ini ditandai dengan adanya penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat menyebabkan disfungsi saraf dan penurunan kesadaran. Diagnosa ini mencerminkan perubahan fisiologis yang terjadi akibat cedera kepala berat.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Mempertahankan Fungsi Serebral: Pasien menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran dan kemampuan respon terhadap lingkungan, serta tidak mengalami komplikasi neurologis lanjut.
2. Mempertahankan Pertukaran Gas: Pasien mempertahankan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah sesuai nilai normal.
3. Mempertahankan Perfusi Serebral: Pasien mempertahankan tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam rentang normal, serta tidak mengalami edema serebral.
4. Mencegah Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi seperti infeksi, aspirasi, dan perdarahan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Neurologi: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial secara berkala.
2. Manajemen Oksigenasi: Mempertahankan oksigenasi yang adekuat melalui pemberian oksigen, pengaturan posisi, dan suction jika diperlukan.
3. Manajemen Perfusi: Mempertahankan perfusi serebral yang adekuat melalui pengaturan posisi, pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan vasoaktif jika diperlukan.
4. Pencegahan Komplikasi: Melakukan tindakan pencegahan komplikasi seperti perawatan luka, perawatan jalan napas, dan pemberian nutrisi enteral.
5. Edukasi dan Dukungan Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien, prognosis, dan peran keluarga dalam perawatan.
Penjelasan di atas didasarkan pada pendekatan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien dan berfokus pada upaya mempertahankan fungsi serebral, perfusi jaringan, dan pencegahan komplikasi. Tujuan akhirnya adalah untuk memaksimalkan pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 12213 | 13 Feb 2025
Klinis : pasien penurunan kesadaran post kll dengan ckb
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian penjelasan yang diminta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat (CKB), diagnosa keperawatan yang sesuai sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan/atau nutrisi ke otak.
Faktor yang Berhubungan: Cedera kepala berat.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut sesuai Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Perfusi Serebral Membaik
Kriteria Hasil:
a. Tekanan intrakranial membaik
b. Fungsi motorik membaik
c. Fungsi sensorik membaik
d. Tingkat kesadaran membaik
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Mencegah dan mengelola peningkatan tekanan intrakranial.
Aktivitas:
a. Kaji tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
b. Posisikan kepala pasien elevasi 30 derajat
c. Lakukan hiperventilasi terkontrol
d. Berikan obat-obatan penurun tekanan intrakranial sesuai instruksi medis
e. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen Penurunan Kesadaran
Definisi: Mencegah dan mengelola penurunan kesadaran.
Aktivitas:
a. Kaji tingkat kesadaran pasien secara berkala
b. Pertahankan jalan napas pasien tetap terbuka
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan lebih lanjut
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan penurunan kesadaran post cedera kepala berat. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika masih ada yang belum jelas. -
Article No. 12214 | 13 Feb 2025
Klinis : Penampilan Klinis Pasien: Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 15 E4M6V5 Data Pengkajian: Ds: - Pasien mengatakan sesak napas - Pasien mengatakan badan lemas - Pasien mengatakan badannya gemetar Do: - TD 138/114, nadi 120, RR 30, suhu 36.2 Saturasi roomair 91% saturasi nk 3 lpm 97% - Pasien tampak tremor Data Lab dan Hasil Prosedur Diagnostik Relevan: - Hb 8.6 g/dL L 11.7-15.5 - Hematokrit 26% L 35-47 - Trombosit 864 10^3/UL H 150-440 - Eritrosit 3.42 10^6/uL L 3.80-5.20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, peningkatan frekuensi napas, saturasi oksigen menurun.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
Karakteristik Definisi: Pasien mengeluh badan lemas, tremor, peningkatan denyut jantung.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan asam-basa yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
Karakteristik Definisi: Hematokrit menurun, trombosit meningkat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas
- Pasien melaporkan peningkatan energi
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan
- Nilai laboratorium elektrolit, hematokrit, dan trombosit dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar
- Lakukan suction bila perlu
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan perawatan lanjut
2. Intoleransi Aktivitas
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai
- Berikan dukungan emosional dan edukasi pada pasien dan keluarga
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- Monitor input dan output cairan
- Lakukan pemantauan laboratorium secara berkala
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Evaluasi secara kontinyu untuk mencegah komplikasi
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas, badan lemas, gemetar, serta adanya gangguan nilai laboratorium seperti penurunan hemoglobin, hematokrit, dan peningkatan trombosit. Hal ini menunjukkan adanya kondisi klinis yang mengancam, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang komprehensif.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Ketidakseimbangan Cairan. Masing-masing diagnosa memiliki karakteristik definisi yang sesuai dengan data yang diperoleh dari pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup:
1. Pola Napas Efektif, dengan kriteria hasil yang menunjukkan perbaikan status pernapasan pasien.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat, dengan kriteria hasil yang menunjukkan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara, dengan kriteria hasil yang menunjukkan stabilitas nilai laboratorium dan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi:
1. Pola Napas Tidak Efektif: Memantau status pernapasan, memberikan oksigen, mengajarkan teknik pernapasan, melakukan suction jika perlu, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Intoleransi Aktivitas: Memantau tanda-tanda vital, mengatur aktivitas sesuai toleransi, memberikan istirahat yang cukup, berkolaborasi dengan fisioterapis, serta memberikan dukungan emosional dan edukasi.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan: Memantau input dan output cairan, melakukan pemantauan laboratorium, memberikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, berkolaborasi dengan ahli gizi, serta melakukan evaluasi secara kontinyu.
Intervensi keperawatan yang dilakukan harus berpusat pada pasien, mempertimbangkan kondisi klinis, dan dilakukan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12215 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. P berusia 43 tahun dengan solusio plasenta, beragama Islam sebagai ibu rumah tangga dengan G3 P2 A0. Pasien tinggal di daerah Lajung RT 02/RW 05. Kehamilannya saat ini berusia 37 minggu 5 hari. Suaminya, Tn H berusia 46 tahun, pekerjaan sebagai buruh, Keduanya dari suku Sunda dan beragama Islam. Pasien MRS tanggal 15 Maret 2017, pukul 08.10 WIB. Ny. P mengeluh nyeri perut bagian atas disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalab berwarna kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum kerluar air – air dan ingin meneran, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,7 0 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian Ny. P dirujuk ke RSUD Cibinong. Pasien inpartu kala I fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss. Pada kala II bahwa keadaan umum Ny. P tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit. Pada pemeriksaan genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan Ny. P siap untuk dipimpin persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan 73 74 dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ± 100 cc.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan solusio plasenta dan persalinan:
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Manajemen nyeri, pengurangan nyeri, pemantauan nyeri
- SIKI: Pengelolaan nyeri, edukasi manajemen nyeri, kolaborasi intervensi analgesik
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital
- SLKI: Manajemen perdarahan, pemantauan perdarahan, kolaborasi intervensi antihemoragik
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pemberian obat oksitosin, kolaborasi tindakan pemberian cairan/darah
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum:
- SDKI: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan
- SLKI: Manajemen infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, kolaborasi terapi antibiotik
- SIKI: Perawatan luka, pencegahan infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik
4. Gangguan perfusi jaringan fetal berhubungan dengan solusio plasenta:
- SDKI: Penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan fetal
- SLKI: Pemantauan kesejahteraan janin, manajemen distres janin, kolaborasi intervensi kelahiran
- SIKI: Pemantauan DJJ, intervensi untuk mempertahankan kesejahteraan janin, kolaborasi tindakan kelahiran
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen
- SLKI: Manajemen ventilasi, pemantauan pola napas, kolaborasi pemberian oksigen
- SIKI: Pemberian oksigen, stimulasi pernapasan, kolaborasi intubasi
6. Gangguan bounding attachment berhubungan dengan bayi tidak menangis dan tonus otot lemah:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan emosional antara ibu dan bayi
- SLKI: Promosi bounding attachment, dukungan peran orangtua, kolaborasi konseling
- SIKI: Fasilitasi kontak kulit, edukasi peran orangtua, kolaborasi konseling bounding attachment -
Article No. 12216 | 13 Feb 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas pada pasien peumonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan pertukaran gas pada pasien pneumonia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Pertukaran Gas" (Impaired Gas Exchange). Kondisi ini terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru, yang mengakibatkan perubahan pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida.
Pada pasien pneumonia, infeksi pada paru-paru dapat menyebabkan peradangan, akumulasi cairan, dan penutupan alveoli. Hal ini dapat menghambat pertukaran gas yang optimal, sehingga terjadi gangguan pertukaran gas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perbaikan Pertukaran Gas (Improved Gas Exchange)
- Pasien menunjukkan peningkatan kadar oksigen dalam darah (PaO2) dan penurunan kadar karbondioksida (PaCO2).
- Pasien memperlihatkan frekuensi dan kedalaman napas yang normal.
- Pasien menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2).
b. Pemeliharaan Ventilasi (Ventilation Maintenance)
- Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Pasien mampu melakukan ekspirasi secara efektif.
- Pasien tidak mengalami kelelahan atau kelemahan otot-otot pernapasan.
c. Integritas Jaringan Perifer (Peripheral Tissue Integrity)
- Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- Pasien tidak mengalami edema atau sianosis pada ekstremitas.
- Pasien menunjukkan warna kulit, kuku, dan membran mukosa yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan pola napas pasien secara rutin.
- Ukur saturasi oksigen (SpO2) dan nilai-nilai gas darah arterial (PaO2, PaCO2).
- Pantau tanda-tanda distress pernapasan, seperti penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Pemberian Oksigen
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk mempertahankan kadar oksigen dalam darah yang optimal.
- Sesuaikan laju aliran oksigen dan jenis alat pemberian oksigen berdasarkan kondisi pasien.
c. Manajemen Jalan Napas
- Bersihkan jalan napas pasien dengan teknik penghisapan (suction) yang aman dan efektif.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Lakukan fisioterapi dada atau drainase postural untuk membantu pengeluaran sekret.
d. Edukasi dan Dukungan Pasien
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya latihan pernapasan dan mobilisasi.
- Dorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang benar, seperti pernapasan diafragma.
- Bantu pasien untuk mempertahankan mobilisasi dan aktivitas sesuai toleransi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan pneumonia dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perbaikan pertukaran gas, pemeliharaan ventilasi, dan integritas jaringan perifer. -
Article No. 12113 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal untuk kasus ini adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Biopsi paru, terbuka
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki gejala khas tuberkulosis paru, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya lesi di paru.
Untuk prosedur medis, kode ICD-9-CM 87.44 (Biopsi paru, terbuka) dapat digunakan jika diperlukan untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis dari sampel jaringan paru yang diambil secara terbuka. Prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru, terutama jika hasil pemeriksaan bakteriologis belum tersedia atau tidak conclusive. -
Article No. 12114 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji bulan depan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I25.9
- Deskripsi: Penyakit jantung iskemik kronis, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien usia 40 tahun dengan riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji. Kode ICD-10 I25.9 (Penyakit jantung iskemik kronis, tidak spesifik) sesuai dengan riwayat penyakit jantung yang dimiliki oleh pasien. Kode ini mencakup kondisi umum penyakit jantung iskemik kronis tanpa menspesifikasikan lebih lanjut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis yang disebutkan yang harus dilakukan pada pasien sebelum menjalani ibadah haji. Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang perlu dicatat.
Secara keseluruhan, kondisi pasien ini memerlukan pemantauan dan perawatan yang sesuai untuk penyakit jantung iskemik kronis sebelum melakukan perjalanan haji. Perawatan yang tepat dan pengawasan kesehatan yang ketat akan sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pasien selama menjalankan ibadah haji. -
Article No. 12115 | 12 Feb 2025
Klinis : Pasien usia 40 tahun riwayat penyakit jantung akan menjalani ibadah haji bulan depan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda jelaskan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I25.9
- Deskripsi: Penyakit jantung iskemik kronis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena pasien tidak akan menjalani tindakan medis saat melakukan ibadah haji. Pasien hanya perlu mempersiapkan diri secara medis dan memastikan kondisi kesehatannya stabil sebelum melakukan perjalanan ibadah haji.
Penjelasan detail:
- Pasien usia 40 tahun dengan riwayat penyakit jantung termasuk dalam kelompok penyakit jantung iskemik kronis, yang diklasifikasikan dengan kode ICD-10 I25.9. Penyakit jantung iskemik kronis adalah kondisi di mana terjadi pengurangan suplai darah ke otot jantung, sehingga dapat menyebabkan gejala seperti angina pektoris atau serangan jantung.
- Sebelum melakukan ibadah haji, pasien dengan riwayat penyakit jantung perlu memastikan kondisi kesehatannya stabil dan terkontrol dengan baik. Hal ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan medis rutin, pengaturan diet, olahraga, dan penggunaan obat-obatan sesuai dengan saran dokter. Namun, tidak ada tindakan medis khusus yang perlu dilakukan dalam kasus ini.
- Ibadah haji dapat menjadi aktivitas yang cukup melelahkan secara fisik, sehingga pasien dengan riwayat penyakit jantung perlu mempersiapkan diri dengan baik, berkonsultasi dengan dokter, dan mematuhi saran medis untuk menjaga kesehatan selama melakukan perjalanan ibadah haji.