Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12262 | 14 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengatur Diet
- Karakteristik: Intake nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik, adanya riwayat DM tipe 2 dengan asupan makanan yang tidak terkontrol.
2. Ketidakefektifan Pengendalian Kesehatan Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang Pengelolaan Diabetes Mellitus
- Karakteristik: Pasien menyatakan tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait penyakitnya, jarang memeriksakan kadar gula darah, dan tidak teratur mengonsumsi obat DM.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Gangguan Keseimbangan
- Karakteristik: Pasien merasa pusing, mual, muntah, dan tidak bisa berjalan seimbang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Terpenuhi
- Kriteria Hasil:
a. Asupan nutrisi sesuai kebutuhan metabolik
b. Kadar glukosa darah dalam batas normal
c. Berat badan dalam rentang normal
2. Pengendalian Kesehatan: Efektif
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat menjelaskan manajemen diabetes mellitus yang tepat
b. Pasien patuh dalam pemeriksaan kadar gula darah secara teratur
c. Pasien teratur mengonsumsi obat DM sesuai anjuran
3. Stabilitas Sistem Kardiovaskular
- Kriteria Hasil:
a. Hemodinamik stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
b. Tidak ada tanda-tanda komplikasi kardiovaskular
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi
- Edukasi tentang diet diabetes yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet
2. Manajemen Diabetes Mellitus
- Pengkajian pemahaman pasien tentang DM
- Edukasi tentang manajemen DM (diet, aktivitas, pengobatan, monitoring)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat DM
3. Peningkatan Stabilitas Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan kondisi kardiovaskular
- Edukasi tentang gaya hidup yang sehat (pengaturan diet, aktivitas, kontrol berat badan)
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Diharapkan intervensi keperawatan yang dilakukan dapat membantu Tn. Y mencapai luaran/output yang diharapkan dalam pengelolaan diabetes mellitus dan komplikasinya. -
Article No. 12263 | 14 Feb 2025
Klinis : risiko cedera pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cedera pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera pada Bayi
Definisi:
Risiko Cedera pada Bayi adalah keadaan di mana bayi memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami luka fisik atau fungsional akibat interaksi dengan lingkungan atau orang lain.
Penyebab Risiko:
1. Keterbatasan kemampuan bayi untuk melindungi diri
2. Pengawasan orang tua yang kurang memadai
3. Lingkungan yang tidak aman bagi bayi
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pengawasan Bayi
2. Pencegahan Cedera
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan
Hasil Keperawatan (SIKI):
1. Bayi terpantau dengan baik
2. Risiko cedera pada bayi berkurang
3. Lingkungan yang aman bagi bayi
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan bayi terpantau dengan baik, menerapkan langkah-langkah pencegahan cedera, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko cedera pada bayi dan memastikan tumbuh kembangnya yang optimal. -
Article No. 12264 | 14 Feb 2025
Klinis : Risiko Cedera Pada Janin b.d Usia ibu (>35 tahun), nyeri pada jalan lahir d.d Bayi lahir spontan tidak menangis, Kondisi janin fetal distress, Tonus otot lemah, TFU 3 jari bawah pusat teraba keras, Ketuban berwarna hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Pada Janin
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kondisi janin yang berisiko mengalami kerusakan fisik atau fungsional yang dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Integritas jaringan bayi/janin terpelihara.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan Janin, Manajemen Persalinan, Pencegahan Komplikasi Persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Pada Jalan Lahir
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya potensi atau aktual kerusakan jaringan di area jalan lahir.
- SLKI: Tingkat nyeri terkendali.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Perawatan Luka Perineum, Edukasi Ibu.
3. Diagnosa Keperawatan: Fetal Distress
- SDKI: Kondisi janin yang mengalami penurunan status kesehatan karena gangguan oksigenasi, aliran darah, atau metabolisme.
- SLKI: Tanda-tanda vital janin dalam batas normal.
- SIKI: Pemantauan Janin, Manajemen Persalinan, Tindakan Resusitasi Neonatus.
4. Diagnosa Keperawatan: Tonus Otot Lemah
- SDKI: Kondisi penurunan kekuatan dan ketegangan otot yang menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan.
- SLKI: Tonus otot dalam batas normal.
- SIKI: Perawatan Neonatus, Stimulasi Perkembangan, Peningkatan Mobilitas.
Pada kondisi yang Anda paparkan, risiko cedera pada janin dapat disebabkan oleh usia ibu yang lebih dari 35 tahun, nyeri pada jalan lahir akibat bayi lahir spontan tanpa menangis, fetal distress, dan tonus otot yang lemah. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan janin, manajemen persalinan, pencegahan komplikasi, manajemen nyeri, perawatan luka perineum, perawatan neonatus, dan stimulasi perkembangan. -
Article No. 12265 | 14 Feb 2025
Klinis : Risiko Cedera Pada Janin b.d Usia ibu (>35 tahun), nyeri pada jalan lahir d.d Bayi lahir spontan tidak menangis, Kondisi janin fetal distress, Tonus otot lemah, TFU 3 jari bawah pusat teraba keras, Ketuban berwarna hijau
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Pada Janin
2. Nyeri Jalan Lahir
3. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
4. Ketidakefektifan Pola Napas
Penjelasan:
1. Risiko Cedera Pada Janin
- SDKI: Risiko Cedera Pada Janin
- Definisi: Keadaan di mana janin berisiko mengalami kerusakan fisik atau psikologis.
- Faktor Risiko: Usia ibu >35 tahun, fetal distress.
2. Nyeri Jalan Lahir
- SDKI: Nyeri Jalan Lahir
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial pada area jalan lahir.
- Penyebab: Bayi lahir spontan tidak menangis.
3. Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Temperatur Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana suhu tubuh berada di atas atau di bawah rentang normal.
- Penyebab: Tonus otot lemah, ketuban berwarna hijau.
4. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Penyebab: Tonus otot lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menyusun luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas. -
Article No. 12266 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan yang menunjukkan adanya lesi di paru-paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak spesifik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien. Kode ini digunakan untuk mengkodekan kasus tuberkulosis paru yang dikonfirmasi secara mikrobiologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, tidak spesifik) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan bronkoskopi yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis atau menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien. Bronkoskopi dapat digunakan untuk pengambilan sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang spesifik akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan, pengujian, dan penegakan diagnosis yang lebih rinci oleh dokter penanggung jawab pasien. -
Article No. 12267 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan hambatan mekanis.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Perubahan mekanis pada struktur atau fungsi pernapasan.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelelahan, kelemahan, dan keterbatasan fisik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan konsensus ahli.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang direkomendasikan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan diagnosa tuberkulosis paru. -
Article No. 12268 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan sering batuk sejak 6 bulan yang lalu dan sudah berobat tetapi tidak membaik, pasien tinggal dengan suami dan seorang anaknya yang sudah berubah tangga, pasien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu di rujuk ke rs Dahrmais untuk pengobatan kanker. Pasien sudah di biopis dengan hasl PA : Adenocarcinoma paru kanan Kesehatan saat ini Pasienn seorang ibu rumah tangga tinggal di daerah cikarang, pasien mengatakan suami dan anaknya merokok di rumah dan rumah tinggal dekat dengan daerah industry. Saat datang ke ODC pasien diantara oleh suami dan keluarga dengan menggunakan kursi rodan dan menggunakan oksigen portable.Pasien mengatakan mash sesak terutama saat berkatifitas.pasien mengatakan takut efek sampaing kemoterapi. Post kemoterapi pertama pasien mengatakan ada mual dan muntah setelah di rumah. Saaat ini mual muntah sudah berkurang. Paien mengatakan sering merasa khawatir dan tidak mau ditinggal oleh keluarganya. PAien mengatakan pada saat kemo pertama pasien mengatakn tempat pemasangan infus agak nyeri.tapi tidak ada kemerahan. Pada pemeriksaan TD 140/90 ,Nadi 100x/menit, RR 24x/menit suhu 36 saturasi 97% dengan oksigen 2 lpm.hasil laboratorium terakhir HB 11.5 g/dl, Leosit 16.04 10³/µL trombosit : 284 10³/µL, hasil kimia klinik dalam batas normal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Mual
3. Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kemampuan individu untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan dengan efektif
- SLKI: Mempertahankan bersihan jalan napas
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan individu dalam mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan
2. Mual
- SDKI: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan dan menimbulkan keinginan untuk muntah
- SLKI: Mengendalikan mual
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi mual yang dialami individu
3. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tuntutan yang dipersepsikan atau dirasakan
- SLKI: Mengendalikan kecemasan
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi ketakutan, kekhawatiran, dan perasaan tidak nyaman yang dialami
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami masalah pernafasan dengan kondisi kanker paru, mual sebagai efek samping kemoterapi, serta kecemasan terkait penyakitnya dan efek samping pengobatan. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Mual, dan Kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan bersihan jalan napas, mengendalikan mual, dan mengendalikan kecemasan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12269 | 14 Feb 2025
Klinis : pasien mengatakan takut efek sampaing kemoterapi. Post kemoterapi pertama pasien mengatakan ada mual dan muntah setelah di rumah. Saaat ini mual muntah sudah berkurang. Paien mengatakan sering merasa khawatir dan tidak mau ditinggal oleh keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan perpisahan dari keluarga, sebagaimana ditunjukkan oleh pernyataan pasien tentang ketakutan akan efek samping kemoterapi dan kekhawatiran jika ditinggal oleh keluarganya.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Tanda dan gejala dapat mencakup perasaan tegang, gelisah, waspada, dan khawatir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ansietas antara lain: 1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas, 2) Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, 3) Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas, dan 4) Klien dapat melaporkan penurunan tingkat ansietas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Manajemen ansietas, 2) Terapi relaksasi, 3) Dukungan emosional, dan 4) Edukasi terkait efek samping kemoterapi dan cara mengatasinya.
Persona: Sebagai perawat profesional, saya memahami kekhawatiran dan kecemasan yang dialami pasien terkait efek samping kemoterapi dan perpisahan dari keluarga. Saya akan memberikan dukungan emosional, edukasi, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi ansietas yang dirasakan. -
Article No. 12270 | 14 Feb 2025
Klinis : Pasien mengalami pusing dan mual sejak 3 hari terakhir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi pasien yang mengalami pusing dan mual sejak 3 hari terakhir, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Pusing dan instabilitas postural
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.01
- Deskripsi: Pemeriksaan neurologis dan evaluasi status mental
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R42 (Pusing dan instabilitas postural) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengalami pusing atau rasa tidak stabil pada tubuhnya. Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pada sistem vestibular, sistem saraf pusat, atau kondisi lainnya.
2. Dalam kasus ini, meskipun tidak disebutkan secara spesifik, pemeriksaan neurologis dan evaluasi status mental (Kode ICD-9-CM 89.01) dapat menjadi tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi dan mendiagnosis penyebab dari pusing dan mual yang dialami oleh pasien. Prosedur ini dapat mencakup pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan pengkajian fungsi neurologis untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada gejala yang dialami pasien.
Perlu diperhatikan bahwa identifikasi penyebab yang spesifik dan penentuan tindakan medis yang tepat akan membutuhkan evaluasi lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan. -
Article No. 12182 | 13 Feb 2025
Klinis : Pasien tidak dapat berkemih, sempat mengalami demam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak dapat berkemih dan sempat mengalami demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi Urin (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penyebab: Obstruksi saluran kemih, penurunan fungsi vesika urinaria, penurunan kontraksi otot detrusor.
Gejala: Rasa penuh di abdomen bawah, tidak dapat berkemih, nyeri suprapubik.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Retensi Urin
Tujuan: Pasien dapat berkemih secara adekuat.
Intervensi: Lakukan kateterisasi, monitor intake dan output, kolaborasikan dengan tenaga medis untuk pemberian terapi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Retensi Urin
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah retensi urin pada pasien.
Aktivitas: Lakukan kateterisasi, monitor intake dan output cairan, kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi.
Dalam kasus ini, pasien mengalami retensi urin yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berkemih. Selain itu, pasien juga pernah mengalami demam, yang dapat menjadi faktor penyebab atau komplikasi dari retensi urin. Oleh karena itu, diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan kateterisasi, memantau intake dan output cairan, serta berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi yang sesuai.