Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10249 | 03 Jan 2025
Klinis : Keluhan utama yang dirasakan adalah Ibu mengatakan merasa cemas dan mengatakan keluar darah dari jalan lahir sehabis mencuci pakaian. 4 kali ganti pembalut, darah terasa penuh. Data objektif yang di dapat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah Ibu datang ke IGD dengan rujukan dari klinik Husada mengatakan bahwa ibu mengalami perdarahan jalan lahir, tekanan darah : 130/90 mmHg. Suhu: 36,50C. Nadi: 110 x/ menit. Respirasi: 22 x/ menit . HB: 7,8 gr%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan dan data objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan Retensio Sisa Plasenta
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Hemodinamik: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan kondisi sirkulasi darah yang adekuat.
2. Pemulihan Perdarahan: Kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan dan memulihkan kondisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perdarahan: Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengendalikan, dan memantau perdarahan.
2. Manajemen Cairan: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memperbaiki status cairan dalam tubuh.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mengkaji kondisi hemodinamik pasien.
Kesimpulan:
Pasien memiliki risiko perdarahan yang tinggi terkait dengan retensio sisa plasenta. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen perdarahan, manajemen cairan, serta pemantauan tanda-tanda vital untuk mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 10250 | 03 Jan 2025
Klinis : keputihan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi keputihan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N89.8
- Deskripsi: Leukore, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Keputihan atau leukore adalah kondisi medis yang ditandai dengan keluarnya cairan vagina yang tidak normal, baik dalam jumlah, warna, atau konsistensi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, perubahan hormonal, atau iritasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 91.46
- Deskripsi: Tes kultur mikrobiologis vagina
Dalam menangani kasus keputihan, prosedur yang mungkin dilakukan adalah tes kultur mikrobiologis vagina. Prosedur ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab dari keputihan, seperti infeksi bakteri, jamur, atau parasit, sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.
Kode ICD-9-CM 91.46 merujuk pada prosedur pengambilan dan analisis sampel cairan vagina untuk mendeteksi organisme yang mungkin menjadi penyebab dari keputihan. -
Article No. 10251 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tidak bisa melihat jarak jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan tidak bisa melihat jarak jauh.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Akibat Refraksi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan Akibat Refraksi adalah kondisi di mana pasien mengalami penurunan atau perubahan kemampuan mata dalam memfokuskan atau menyesuaikan pandangan pada jarak dekat atau jauh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan penglihatan akibat refraksi adalah pasien dapat mempertahankan/meningkatkan kemampuan penglihatan dan beradaptasi dengan keterbatasan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
1. Manajemen Penglihatan: Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan penglihatan, memantau fungsi penglihatan, dan mengajarkan teknik kompensasi.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi terkait gangguan penglihatan, manajemen pengobatan, dan upaya pencegahan.
3. Dukungan Emosional: Membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan penglihatan dan meminimalkan dampak psikologis.
Secara akademis, diagnosa dan penjelasan ini didasarkan pada standar yang telah ditetapkan oleh PPNI sebagai organisasi profesi perawat di Indonesia. Sebagai seorang pakar, saya memahami bahwa gangguan penglihatan akibat refraksi memerlukan penanganan yang komprehensif melibatkan peran perawat dalam membantu pasien mempertahankan dan meningkatkan kemampuan penglihatan serta beradaptasi dengan keterbatasan yang ada. -
Article No. 10252 | 03 Jan 2025
Klinis : - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral - GCS : E1 Von vett M1 - N : 128x/mnt - PH: 7.26 mmHg - PO2: 73,8 mmHg - HCO3: 26,9 mmHg - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi - Pasien menglami penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan respirasi, tidak dispesifikasikan lebih lanjut
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10: J15.9 (Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain)
- Gambaran radiologis menunjukkan edema paru dan bronkopneumonia bilateral, yang merupakan tanda-tanda dari pneumonia bakteri.
- Temuan klinis seperti penurunan kesadaran, peningkatan frekuensi napas, dan adanya bunyi napas tambahan ronki juga mendukung diagnosis pneumonia bakteri.
- Hasil pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PO2 73,8 mmHg) dan asidosis respiratorik (pH 7,26, HCO3 26,9 mmHg), yang sering ditemukan pada pasien dengan pneumonia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 93.90 (Pemantauan respirasi, tidak dispesifikasikan lebih lanjut)
- Pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan respirasi memerlukan pemantauan keadaan umum dan fungsi pernapasan yang ketat.
- Tindakan ini dapat mencakup pemantauan frekuensi pernapasan, oksigenasi, dan status asam-basa, yang sesuai dengan kode prosedur ICD-9-CM 93.90.
Secara keseluruhan, diagnosis utama pasien adalah pneumonia bakteri, yang memerlukan pemantauan respirasi yang intensif untuk mengawasi dan mengelola kondisi pernapasannya. -
Article No. 10253 | 03 Jan 2025
Klinis : - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral - GCS : E1 Von vett M1 - N : 128x/mnt - PH: 7.26 mmHg - PO2: 73,8 mmHg - HCO3: 26,9 mmHg - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi - Pasien menglami penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Peningkatan Oksigenasi
- SIKI: Optimalisasi Oksigenasi
Penjelasan:
Kondisi pasien mengalami gambaran edema pulmoner dengan bronkopneumonia bilateral, didukung dengan hasil PO2 yang rendah (73,8 mmHg) dan penurunan kesadaran, menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status respirasi, pemberian oksigen, dan manajemen ventilasi.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Optimalisasi Perfusi Jaringan
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan skor GCS E1 V1 M1, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan manajemen syok.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien memiliki kondisi bronkopneumonia bilateral, yang meningkatkan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, dan pencegahan infeksi nosokomial.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan menetapkan prioritas intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 10254 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah:
a. Suhu tubuh kembali normal
b. Gejala dan tanda-tanda hipertermia berkurang
c. Pasien dapat beradaptasi terhadap peningkatan suhu tubuh
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia adalah:
a. Monitor suhu tubuh
b. Berikan terapi penurun demam (misal: kompres hangat, antipiretik)
c. Atur lingkungan agar suhu ruangan nyaman
d. Berikan cairan dan nutrisi yang cukup
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penanganan hipertermia
Dengan pemahaman SDKI, SLKI, dan SIKI ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan terstandar untuk mengatasi masalah hipertermia pada pasien. -
Article No. 10255 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
- SLKI: Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C)
- SIKI: Intervensi untuk mengendalikan suhu tubuh, seperti pemberian kompres dingin, pemberian obat penurun demam, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan tersebut dapat disampaikan dengan bahasa yang formal dan terperinci, serta menekankan pada standar-standar yang digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 10256 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dua hari yang lalu dan diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Dehidrasi Berhubungan Dengan Diare
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Resiko Dehidrasi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
- Faktor risiko: Diare, muntah, asupan cairan tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Indikator: Intake dan output cairan seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pantau intake dan output cairan, berikan cairan intravena/oral jika diperlukan, pantau tanda-tanda vital, dan edukasi pasien/keluarga tentang pentingnya rehidrasi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengelola risiko dehidrasi pada pasien dengan diare. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah komplikasi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10257 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dua hari yang lalu dan diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan diare, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Dehidrasi
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Dehidrasi
- SDKI Definisi: Kondisi yang berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan atau tidak seimbang.
- SDKI Kriteria Diagnostik: Adanya gejala seperti peningkatan denyut nadi, penurunan turgor kulit, mulut kering, dan lain-lain.
2. Diare
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diare
- SDKI Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu lebih sering dan encer.
- SDKI Kriteria Diagnostik: Adanya peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi feses.
3. Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Hipertermia
- SDKI Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal.
- SDKI Kriteria Diagnostik: Peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
Selanjutnya, untuk intervensi keperawatan, dapat menggunakan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan.
Sebagai contoh, untuk diagnosis keperawatan Risiko Dehidrasi, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- SIKI: Manajemen Cairan
- SLKI: Volume Cairan Seimbang
Untuk diagnosis keperawatan Diare, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- SIKI: Manajemen Diare
- SLKI: Fungsi Pencernaan Membaik
Untuk diagnosis keperawatan Hipertermia, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- SIKI: Penurunan Suhu Tubuh
- SLKI: Suhu Tubuh Normal
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 10258 | 03 Jan 2025
Klinis : Manajemen oksigenasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi Manajemen Oksigenasi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Manajemen Oksigenasi adalah "Pola Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan CO2.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Ventilasi Spontan: Pasien mampu melakukan ventilasi spontan dengan pola napas yang efektif.
2. Status Oksigenasi: Kadar oksigen (SpO2) pasien berada dalam rentang normal.
3. Pertukaran Gas: Terjadi pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida) yang adekuat.
4. Toleransi Aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai sesak napas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Pernapasan
- Mengkaji frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan pasien secara berkala
- Memantau status oksigenasi (SpO2, PaO2, PaCO2) melalui pemeriksaan laboratorium atau alat monitoring
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi pola napas, seperti nyeri, kecemasan, dan aktivitas
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ventilasi
- Melakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari sekret atau benda asing
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien melalui kanula nasal, masker, atau alat bantu pernapasan lainnya
3. Manajemen Ventilasi
- Mengatur parameter ventilator (jika pasien menggunakan ventilator) sesuai kebutuhan pasien
- Memfasilitasi latihan pernapasan, seperti pursed-lip breathing atau deep breathing
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik-teknik pernapasan yang efektif
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai kemampuan
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi toleransi aktivitas, seperti nyeri atau kelelahan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen energi dan pengaturan aktivitas
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu ventilasi spontan yang efektif, status oksigenasi yang optimal, pertukaran gas yang adekuat, dan toleransi aktivitas yang memadai.