Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10244 | 03 Jan 2025
Klinis : Luaran kesiapan peningkatan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Luaran kesiapan peningkatan nutrisi":
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Peningkatan Nutrisi
Definisi:
Pola makan dan asupan nutrisi yang dapat ditingkatkan, ditandai dengan keinginan dan motivasi klien untuk memperbaiki nutrisinya.
Faktor Terkait:
1. Pengetahuan nutrisi kurang
2. Kurang dukungan keluarga
3. Budaya/kepercayaan yang menghambat
Karakteristik Utama:
1. Menyatakan keinginan untuk meningkatkan nutrisi
2. Menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam perilaku peningkatan nutrisi
3. Menunjukkan motivasi untuk memperbaiki nutrisi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pola makan dan asupan nutrisi yang dapat ditingkatkan, ditandai dengan keinginan dan motivasi klien untuk memperbaiki nutrisinya.
- Faktor Terkait: Pengetahuan nutrisi kurang, Kurang dukungan keluarga, Budaya/kepercayaan yang menghambat.
- Karakteristik Utama: Menyatakan keinginan untuk meningkatkan nutrisi, Menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam perilaku peningkatan nutrisi, Menunjukkan motivasi untuk memperbaiki nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome: Klien menunjukkan peningkatan nutrisi.
- Indikator:
1. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang nutrisi yang sehat
2. Menunjukkan peningkatan asupan nutrisi sesuai kebutuhan
3. Menunjukkan peningkatan status gizi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi:
1. Manajemen nutrisi
2. Edukasi gizi
3. Konseling gizi
4. Fasilitasi perubahan gaya hidup
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Kesiapan Peningkatan Nutrisi" menggambarkan pola makan dan asupan nutrisi klien yang dapat ditingkatkan, dengan adanya keinginan dan motivasi klien untuk memperbaiki nutrisinya. Faktor terkait yang dapat mempengaruhi kondisi ini antara lain pengetahuan nutrisi yang kurang, kurangnya dukungan keluarga, dan adanya budaya/kepercayaan yang menghambat. Karakteristik utama yang menjadi fokus asuhan keperawatan adalah klien menyatakan keinginan untuk meningkatkan nutrisi, menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam perilaku peningkatan nutrisi, dan menunjukkan motivasi untuk memperbaiki nutrisi. -
Article No. 10245 | 03 Jan 2025
Klinis : Luaran kesiapan peningkatan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Luaran kesiapan peningkatan nutrisi":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai dalam kasus ini adalah "Kesiapan peningkatan nutrisi". Diagnosa ini menggambarkan kondisi di mana individu menunjukkan kesiapan dan motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi, namun belum mencapai tingkat nutrisi yang optimal. Diagnosa ini berfokus pada upaya peningkatan asupan nutrisi untuk mencapai status nutrisi yang lebih baik.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Kesiapan peningkatan nutrisi", luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
a. Peningkatan pengetahuan tentang nutrisi yang adekuat: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi yang optimal, sumber-sumber nutrisi, dan manfaat nutrisi yang baik bagi kesehatan.
b. Peningkatan motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi: Pasien menunjukkan peningkatan keinginan dan komitmen untuk meningkatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan.
c. Peningkatan kemampuan dalam memilih dan mengonsumsi makanan bergizi: Pasien mampu memilih dan mengonsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisinya.
d. Peningkatan status nutrisi: Setelah intervensi keperawatan, pasien menunjukkan perbaikan dalam status nutrisi, seperti peningkatan berat badan, kadar hemoglobin, dan parameter biokimia lainnya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada kasus "Kesiapan peningkatan nutrisi", intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
a. Edukasi tentang nutrisi: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi yang optimal, sumber-sumber nutrisi, dan manfaat nutrisi yang baik bagi kesehatan.
b. Pengkajian status nutrisi: Melakukan pengkajian komprehensif terhadap status nutrisi pasien, termasuk mengukur berat badan, tinggi badan, dan parameter biokimia terkait nutrisi.
c. Penyusunan rencana nutrisi: Menyusun rencana nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, mempertimbangkan preferensi, budaya, dan kemampuan pasien dalam memperoleh dan mengonsumsi makanan bergizi.
d. Kolaborasi dengan tim gizi: Berkolaborasi dengan tim gizi untuk memastikan rencana nutrisi yang tepat dan memberikan dukungan dalam pemantauan dan evaluasi status nutrisi pasien.
e. Motivasi dan dukungan psikologis: Memberikan motivasi dan dukungan psikologis kepada pasien untuk meningkatkan komitmen dan ketekunan dalam menerapkan pola makan yang sehat.
f. Evaluasi dan penyesuaian intervensi: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi dan menyesuaikan rencana intervensi sesuai dengan perkembangan kondisi pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat mendukung pasien dalam mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan pengetahuan, motivasi, kemampuan, dan status nutrisi yang optimal. -
Article No. 10246 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk, pasien dipasang oksigen
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengeluhkan sesak nafas dan batuk, serta dipasang oksigen.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas" (00031). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk, yang mengindikasikan adanya masalah dalam membersihkan jalan napas secara efektif. Ketidakefektifan bersihan jalan napas didefinisikan sebsebagai "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka".
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (0410)
- Indikator: Pasien dapat menunjukkan jalan napas yang terbuka, suara napas normal, dan tidak ada suara napas tambahan.
- Target: Pasien dapat mencapai skor 4 atau lebih pada skala 1-5, yang menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Status Pernapasan (0415)
- Indikator: Pasien dapat menunjukkan frekuensi napas, irama napas, dan kedalaman napas yang normal.
- Target: Pasien dapat mencapai skor 4 atau lebih pada skala 1-5, yang menunjukkan status pernapasan yang stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diinginkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Tindakan: Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi, memberikan humidifikasi oksigen, membantu pasien batuk dan/atau melakukan suction, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan.
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
2. Manajemen Oksigenasi (3320)
- Tindakan: Memantau status oksigenasi pasien, menyesuaikan laju aliran oksigen berdasarkan kebutuhan pasien, memastikan alat oksigen berfungsi dengan baik.
- Tujuan: Mempertahankan status oksigenasi yang adekuat dan mencegah komplikasi akibat gangguan pernapasan.
3. Manajemen Batuk (3140)
- Tindakan: Mengajarkan teknik batuk efektif, membantu pasien melakukan fisioterapi dada, memberikan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi batuk.
- Tujuan: Memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif dan mengurangi gejala batuk.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan status pernapasan yang stabil. Hal ini akan membantu pasien dalam mengatasi keluhan sesak napas dan batuk, serta meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 10247 | 03 Jan 2025
Klinis : Ny. S, Umur 37 Tahun, beragama Islam berpendidikan SMA, Suku/ bangsa Jawa/ Indonesia Karangtirto Harjo, Kretek bantul. Alasan kunjungan ibu mengatakan rujukan dari klinik Husada karena perdarahan dari jalan lahir sejak tadi pagi (Tanggal 26-06-2015 pukul 08.00.00 WIB). Keluhan utama yang dirasakan adalah Ibu mengatakan merasa cemas dan mengatakan keluar darah dari jalan lahir sehabis mencuci pakaian. 4 kali ganti pembalut, darah terasa penuh. Data objektif yang di dapat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah Ibu datang ke IGD dengan rujukan dari klinik Husada mengatakan bahwa ibu mengalami perdarahan jalan lahir, tekanan darah : 130/90 mmHg. Suhu: 36,50C. Nadi: 110 x/ menit. Respirasi: 22 x/ menit . HB: 7,8 gr%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Ny. S yang mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak pagi hari, dengan keluhan merasa cemas dan keluar darah sehabis mencuci pakaian, serta data objektif yang menunjukkan tanda-tanda perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta, maka dapat diberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Terkait Retensio Sisa Plasenta
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dan tidak terkontrol dari saluran kelahiran.
Faktor Risiko: Retensio sisa plasenta, atonia uteri, trauma jalan lahir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Perdarahan
2. Stabilitas Hemodinamik
3. Pemulihan Fisiologis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Perdarahan
3. Terapi Cairan
4. Kolaborasi Pemberian Obat-Obatan
Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital secara ketat, melakukan manajemen perdarahan dengan melakukan kompresi pada abdomen, pemberian cairan intravena, dan berkolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat menghentikan perdarahan. Tujuannya adalah mencapai kontrol perdarahan, stabilitas hemodinamik, dan pemulihan fisiologis pasien. -
Article No. 10248 | 03 Jan 2025
Klinis : Ny. S, Umur 37 Tahun, beragama Islam berpendidikan SMA, Suku/ bangsa Jawa/ Indonesia Karangtirto Harjo, Kretek bantul. Alasan kunjungan ibu mengatakan rujukan dari klinik Husada karena perdarahan dari jalan lahir sejak tadi pagi (Tanggal 26-06-2015 pukul 08.00.00 WIB). Keluhan utama yang dirasakan adalah Ibu mengatakan merasa cemas dan mengatakan keluar darah dari jalan lahir sehabis mencuci pakaian. 4 kali ganti pembalut, darah terasa penuh. Data objektif yang di dapat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah Ibu datang ke IGD dengan rujukan dari klinik Husada mengatakan bahwa ibu mengalami perdarahan jalan lahir, tekanan darah : 130/90 mmHg. Suhu: 36,50C. Nadi: 110 x/ menit. Respirasi: 22 x/ menit . HB: 7,8 gr%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu S yang terhormat.
Berdasarkan kondisi yang Ibu deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan
Definisi: Hilangnya volume cairan darah melebihi batas normal yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan individu.
Penyebab: Retensio sisa plasenta.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
Definisi: Kemampuan individu untuk memantau dan mengendalikan hilangnya volume cairan darah.
Kriteria Hasil:
- Jumlah perdarahan berkurang
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi dalam batas normal
- Kadar hemoglobin dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan
Tindakan:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi perdarahan dan jumlah pembalut yang digunakan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lanjut, seperti pemberian obat uterotonika, pemeriksaan USG, atau tindakan curetase untuk mengeluarkan sisa plasenta.
2. Manajemen Kecemasan
Tindakan:
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Berikan informasi terkait kondisi dan rencana penatalaksanaan
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti nafas dalam, untuk mengurangi kecemasan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Perdarahan" ditegakkan berdasarkan keluhan Ibu S yang mengalami perdarahan dari jalan lahir sejak pagi hari. Perdarahan post-partum dapat disebabkan oleh retensio sisa plasenta, yang menjadi penyebab utama dalam kasus ini.
Luaran yang diharapkan adalah "Kontrol Perdarahan", di mana jumlah perdarahan berkurang, tanda-tanda vital berada dalam batas normal, dan kadar hemoglobin kembali ke level normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, observasi jumlah perdarahan, pemberian oksigen dan cairan intravena, serta kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lanjut.
Selain itu, intervensi "Manajemen Kecemasan" juga diperlukan untuk mengatasi kecemasan yang dialami Ibu S. Hal ini dilakukan melalui pengkajian tingkat kecemasan, pemberian informasi, melibatkan keluarga, serta mengajarkan teknik relaksasi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu S. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami. Wassalamualaikum. -
Article No. 10249 | 03 Jan 2025
Klinis : Keluhan utama yang dirasakan adalah Ibu mengatakan merasa cemas dan mengatakan keluar darah dari jalan lahir sehabis mencuci pakaian. 4 kali ganti pembalut, darah terasa penuh. Data objektif yang di dapat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah Ibu datang ke IGD dengan rujukan dari klinik Husada mengatakan bahwa ibu mengalami perdarahan jalan lahir, tekanan darah : 130/90 mmHg. Suhu: 36,50C. Nadi: 110 x/ menit. Respirasi: 22 x/ menit . HB: 7,8 gr%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan dan data objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan Retensio Sisa Plasenta
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Hemodinamik: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan kondisi sirkulasi darah yang adekuat.
2. Pemulihan Perdarahan: Kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan dan memulihkan kondisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perdarahan: Tindakan keperawatan untuk mencegah, mengendalikan, dan memantau perdarahan.
2. Manajemen Cairan: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memperbaiki status cairan dalam tubuh.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mengkaji kondisi hemodinamik pasien.
Kesimpulan:
Pasien memiliki risiko perdarahan yang tinggi terkait dengan retensio sisa plasenta. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen perdarahan, manajemen cairan, serta pemantauan tanda-tanda vital untuk mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 10250 | 03 Jan 2025
Klinis : keputihan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi keputihan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N89.8
- Deskripsi: Leukore, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Keputihan atau leukore adalah kondisi medis yang ditandai dengan keluarnya cairan vagina yang tidak normal, baik dalam jumlah, warna, atau konsistensi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, perubahan hormonal, atau iritasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 91.46
- Deskripsi: Tes kultur mikrobiologis vagina
Dalam menangani kasus keputihan, prosedur yang mungkin dilakukan adalah tes kultur mikrobiologis vagina. Prosedur ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab dari keputihan, seperti infeksi bakteri, jamur, atau parasit, sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.
Kode ICD-9-CM 91.46 merujuk pada prosedur pengambilan dan analisis sampel cairan vagina untuk mendeteksi organisme yang mungkin menjadi penyebab dari keputihan. -
Article No. 10251 | 03 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tidak bisa melihat jarak jauh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan tidak bisa melihat jarak jauh.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Akibat Refraksi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan Akibat Refraksi adalah kondisi di mana pasien mengalami penurunan atau perubahan kemampuan mata dalam memfokuskan atau menyesuaikan pandangan pada jarak dekat atau jauh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan penglihatan akibat refraksi adalah pasien dapat mempertahankan/meningkatkan kemampuan penglihatan dan beradaptasi dengan keterbatasan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
1. Manajemen Penglihatan: Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan penglihatan, memantau fungsi penglihatan, dan mengajarkan teknik kompensasi.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi terkait gangguan penglihatan, manajemen pengobatan, dan upaya pencegahan.
3. Dukungan Emosional: Membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan penglihatan dan meminimalkan dampak psikologis.
Secara akademis, diagnosa dan penjelasan ini didasarkan pada standar yang telah ditetapkan oleh PPNI sebagai organisasi profesi perawat di Indonesia. Sebagai seorang pakar, saya memahami bahwa gangguan penglihatan akibat refraksi memerlukan penanganan yang komprehensif melibatkan peran perawat dalam membantu pasien mempertahankan dan meningkatkan kemampuan penglihatan serta beradaptasi dengan keterbatasan yang ada. -
Article No. 10252 | 03 Jan 2025
Klinis : - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral - GCS : E1 Von vett M1 - N : 128x/mnt - PH: 7.26 mmHg - PO2: 73,8 mmHg - HCO3: 26,9 mmHg - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi - Pasien menglami penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan respirasi, tidak dispesifikasikan lebih lanjut
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10: J15.9 (Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasikan di tempat lain)
- Gambaran radiologis menunjukkan edema paru dan bronkopneumonia bilateral, yang merupakan tanda-tanda dari pneumonia bakteri.
- Temuan klinis seperti penurunan kesadaran, peningkatan frekuensi napas, dan adanya bunyi napas tambahan ronki juga mendukung diagnosis pneumonia bakteri.
- Hasil pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PO2 73,8 mmHg) dan asidosis respiratorik (pH 7,26, HCO3 26,9 mmHg), yang sering ditemukan pada pasien dengan pneumonia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 93.90 (Pemantauan respirasi, tidak dispesifikasikan lebih lanjut)
- Pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan respirasi memerlukan pemantauan keadaan umum dan fungsi pernapasan yang ketat.
- Tindakan ini dapat mencakup pemantauan frekuensi pernapasan, oksigenasi, dan status asam-basa, yang sesuai dengan kode prosedur ICD-9-CM 93.90.
Secara keseluruhan, diagnosis utama pasien adalah pneumonia bakteri, yang memerlukan pemantauan respirasi yang intensif untuk mengawasi dan mengelola kondisi pernapasannya. -
Article No. 10253 | 03 Jan 2025
Klinis : - RO Thorax : Gambaran oedema pulmonum dengan bronkopneumonia bilateral - GCS : E1 Von vett M1 - N : 128x/mnt - PH: 7.26 mmHg - PO2: 73,8 mmHg - HCO3: 26,9 mmHg - Terdapat bunyi nafas tambahan ronchi - Pasien menglami penurunan kesadaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Peningkatan Oksigenasi
- SIKI: Optimalisasi Oksigenasi
Penjelasan:
Kondisi pasien mengalami gambaran edema pulmoner dengan bronkopneumonia bilateral, didukung dengan hasil PO2 yang rendah (73,8 mmHg) dan penurunan kesadaran, menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status respirasi, pemberian oksigen, dan manajemen ventilasi.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Optimalisasi Perfusi Jaringan
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan skor GCS E1 V1 M1, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan manajemen syok.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien memiliki kondisi bronkopneumonia bilateral, yang meningkatkan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik, dan pencegahan infeksi nosokomial.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, dan menetapkan prioritas intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien.