Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12361 | 16 Feb 2025
Klinis : Tn. Y, 68 tahun dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu dengan keluhan merasa pusing, mual dan muntah, tidak bisa jalan secara seimbang, dan mengalami peningkatan kadar glukosa darah = 540 mg/dl. Tn. Y telah didiagnosa penyakit DM tipe 2 sejak 6 tahun yang lalu. Tn. Y menyatakan dirumah dia sehari hari makan seperti biasa, dengan menu nasi, lauk pauk dan sesekali dengan sayuran, dan jarang mengkonsumi buah. Tidak membatasi asupan makanan, masih merokok dan minum kopi manis sehari tiga kali, sering mengkonsumsi gorengan seperti ubi, pisang dan bakwan. Tn Y menyatakan lebih banyak diam dirumah sambil menjaga warung, jarang mengikuti kegiatan sosial. Tn Y juga menyatakan jarang pergi ke puskesmas atau klinik untuk memeriksa kadar gula darah, sesekali saja mengkonsumsi obat DM jika dirasa tidak enak badan. Tn Y juga mengaku tidak tahu cara mengatur diet dan hal lain terkait dengan penyakitnya, walau pernah dianjurkan anak nya agar mengurangi merokok dan minum atau makan yang manis. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 12,8 g/dl, Leukosit 10.390/mm, Eritrosit 4,5 jt/mm trombosit 433.000/mm, GD PP 220 mg/dl, TB ; 160 cm, BB 58 kg. Tanda vital: suhu 37 C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 18x/menit, TD 150/90 mmHg. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan hipertrofi otot jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. Y yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, ditandai dengan kadar glukosa darah 540 mg/dl.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan pusing.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang pengelolaan diabetes mellitus.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas kadar gula darah
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-180 mg/dl)
- Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia
2. Tidak ada kejadian jatuh
- Pasien dapat berjalan dengan stabil dan seimbang
- Tidak ada cedera akibat jatuh
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri
- Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan diabetes mellitus
- Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait diabetes secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Gula Darah
- Monitor kadar glukosa darah secara rutin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi insulin/obat antidiabetes
- Edukasi tentang diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat untuk mengontrol kadar gula darah
2. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh (pusing, gangguan keseimbangan)
- Berikan bantuan dan alat bantu untuk mobilisasi yang aman
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Diabetes
- Asesmen pemahaman pasien tentang diabetes mellitus
- Edukasi tentang patofisiologi, tanda-tanda komplikasi, dan pengelolaan yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (ahli gizi, ahli terapi) untuk konseling komprehensif
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan untuk pasien
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, ditandai dengan kadar glukosa darah 540 mg/dl.
- Kondisi ini menggambarkan bahwa Tn. Y mengalami hiperglikemia yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang sangat tinggi (540 mg/dl). Hal ini disebabkan oleh manajemen regimen terapeutik yang tidak efektif, seperti ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat diabetes, aktivitas fisik yang kurang, dan pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan pusing.
- Tn. Y mengalami gejala pusing dan tidak bisa berjalan dengan seimbang, yang meningkatkan risiko terjadinya jatuh. Gangguan keseimbangan dan pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti efek samping obat, komplikasi diabetes, atau masalah neurologis.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang pengelolaan diabetes mellitus.
- Berdasarkan informasi yang diberikan, Tn. Y memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan diabetes, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat. Hal ini menyebabkan adanya defisit perawatan diri dalam mengelola kondisi diabetesnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas kadar gula darah
- Kadar glukosa darah yang stabil dalam rentang normal (80-180 mg/dl) menandakan bahwa pengaturan regimen terapeutik, seperti pengobatan, diet, dan aktivitas fisik, telah dilakukan secara efektif. Tidak adanya tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia menunjukkan kontrol glikemik yang baik.
2. Tidak ada kejadian jatuh
- Pasien dapat berjalan dengan stabil dan seimbang, serta tidak mengalami cedera akibat jatuh. Hal ini menandakan bahwa risiko jatuh telah berhasil diatasi melalui intervensi yang tepat.
3. Peningkatan kemampuan perawatan diri
- Pasien menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan diabetes mellitus, termasuk pengaturan diet, aktivitas fisik, pengobatan, dan pemantauan kadar gula darah. Pasien dapat melakukan perawatan diri terkait diabetes secara mandiri, menandakan peningkatan kemampuan self-care.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Gula Darah
- Pemantauan kadar glukosa darah secara rutin memungkinkan identifikasi pola fluktuasi gula darah dan penentuan intervensi yang tepat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan, seperti dokter dan ahli gizi, untuk pengaturan terapi insulin atau obat antidiabetes yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang tepat dalam mengontrol kadar gula darah.
2. Pencegahan Jatuh
- Identifikasi faktor risiko jatuh, seperti pusing dan gangguan keseimbangan, untuk menentukan intervensi yang sesuai.
- Pemberian bantuan dan alat bantu mobilisasi yang aman, seperti kursi roda atau walker, untuk mengurangi risiko jatuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang teknik berjalan yang aman dan langkah-langkah pencegahan jatuh.
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Diabetes
- Asesmen pemahaman pasien tentang diabetes mellitus, termasuk patofisiologi, tanda-tanda komplikasi, dan pengelolaan yang tepat.
- Edukasi komprehensif tentang pengelolaan diabetes, meliputi diet, aktivitas fisik, pengobatan, pemantauan kadar gula darah, dan pencegahan komplikasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli gizi dan ahli terapi, untuk memberikan konseling yang lebih spesifik dan holistik.
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi dan memberikan dukungan untuk pasien dalam menerapkan manajemen diabetes yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan Tn. Y dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu stabilitas kadar gula darah, -
Article No. 12362 | 16 Feb 2025
Klinis : Ds : - Penolong mengatakan pasien muntah darah Do : - Suara napas ngorok - Terdapat lendir dan gumpalan darah di mulut pasien - Frekuensi napas 35x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ini.
Diagnosis Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membesihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih, serta menunjukkan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau status pernapasan, mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan oksigen tambahan, dan melakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan saluran napas.
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala muntah darah, suara napas ngorok, dan frekuensi napas yang cepat, yang mengindikasikan adanya obstruksi dan ketidakefektifan dalam bersihan jalan napas. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Perawat perlu segera melakukan intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih, serta memantau status pernapasan pasien secara berkala. -
Article No. 12363 | 16 Feb 2025
Klinis : Ds : - Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil sebelum mengalami penurunan kesadaran - Penolong mengatakan pasien bernapas cepat (sesak) Do : - Suara napas ronchi dan gurgling - pola napas cepat (Takipnea ) - Pasien bernapas menggunakan cuping hidung dan oto-otot pernapasan - Frekuensi napas 35x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menggunakan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak teratur atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Pertukaran Gas Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Pernafasan
2. Manajemen Jalan Napas
3. Manajemen Oksigenasi
Pada kasus ini, pasien mengalami gangguan pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara napas ronchi dan gurgling, pola napas cepat (takipnea), pasien bernapas menggunakan cuping hidung dan otot-otot pernapasan, serta frekuensi napas yang meningkat (35x/menit). Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pernapasan yang perlu segera ditangani. -
Article No. 12364 | 16 Feb 2025
Klinis : pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
Berdasarkan kondisi pemantauan respirasi, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas. Diagnosis ini didasarkan pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Penjelasan:
Gangguan Pola Napas adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan irama, kedalaman, atau frekuensi pernafasan yang efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit pernapasan, gangguan neurologis, atau perubahan pada sistem pernapasan.
Dalam standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang terkait dengan diagnosis ini adalah Perbaikan Pola Napas, yang diharapkan dapat tercapai melalui intervensi keperawatan yang tepat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) antara lain:
1. Pemantauan Respirasi
2. Manajemen Jalan Napas
3. Terapi Oksigen
4. Edukasi Kesehatan Pernapasan
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu memperbaiki pola napas pasien. Tujuan akhirnya adalah mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 12365 | 16 Feb 2025
Klinis : pemantauan respirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemantauan respirasi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menarik napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Pola Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat, yang menyebabkan pertukaran gas yang tidak optimal.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah Ventilasi Efektif, yang ditandai dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan pertukaran gas yang adekuat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Respirasi, yang meliputi observasi dan pencatatan frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas pasien. Selain itu, dapat dilakukan juga intervensi lain seperti Terapi Oksigen, Manajemen Jalan Napas, dan Manajemen Ventilasi Mekanis.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan assessment yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien untuk membantu memulihkan pola napas yang efektif. -
Article No. 12366 | 16 Feb 2025
Klinis : KOLITIS UlSERATIF
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "KOLITIS ULSERATIF":
1. Kode ICD-10:
- Kode: K51.9
- Deskripsi: Kolitis ulseratif, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolektomi total, dengan ileum-rektostomi
Penjelasan:
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar yang kronis dan idiopatik, yang ditandai dengan ulserasi mukosa usus besar. Kode ICD-10 K51.9 digunakan untuk menggambarkan keadaan kolitis ulseratif yang tidak dispesifikasikan lebih lanjut.
Dalam penanganan kolitis ulseratif, salah satu prosedur yang dapat dilakukan adalah kolektomi total, yaitu pengangkatan seluruh usus besar, diikuti dengan pembentukan ileum-rektostomi, yaitu penyambungan usus halus (ileum) langsung ke rektum. Kode ICD-9-CM 45.23 menggambarkan prosedur ini.
Pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan, serta untuk keperluan penagihan dan pencatatan data medis yang akurat. -
Article No. 12367 | 16 Feb 2025
Klinis : KOLITIS UlSERATIF
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Kolitis Ulseratif, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Kronis berhubungan dengan inflamasi usus akibat Kolitis Ulseratif.
2. Nyeri Abdomen berhubungan dengan inflamasi dan ulserasi pada kolon.
3. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan absorpsi nutrisi akibat inflamasi dan ulserasi saluran cerna.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan pola eliminasi dan ketidakpastian prognosis penyakit.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang dikumpulkan melalui pengkajian keperawatan.
- Setiap diagnosis keperawatan memiliki definisi, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan batasan karakteristik yang terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan adalah hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Setiap luaran keperawatan memiliki definisi, indikator, dan skala pengukuran yang terstandar.
- Contoh luaran keperawatan untuk kondisi Kolitis Ulseratif adalah kontrol diare, kontrol nyeri, status nutrisi, dan tingkat kecemasan yang membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Setiap intervensi keperawatan memiliki definisi, aktivitas, dan rasional yang terstandar.
- Contoh intervensi keperawatan untuk kondisi Kolitis Ulseratif adalah manajemen diare, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dan manajemen kecemasan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien dengan Kolitis Ulseratif. -
Article No. 12368 | 16 Feb 2025
Klinis : KOLITIS UlSERATIF
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kolitis ulseratif dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Kronis
2. Kekurangan Cairan dan Elektrolit
3. Nyeri Abdomen
4. Malnutrisi Risiko Tinggi
Penjelasan Singkat:
1. Diare Kronis
- SDKI: Diare Kronis
- SLKI: Manajemen Diare Kronis
- SIKI: Perawatan Diare Kronis
Penjelasan: Kolitis ulseratif dapat menyebabkan diare kronis akibat inflamasi yang terjadi di usus besar. Diare yang berlangsung lama dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Kekurangan Cairan dan Elektrolit
- SDKI: Kekurangan Cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Terapi Cairan
Penjelasan: Diare kronis pada kolitis ulseratif dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, sehingga perlu dilakukan resusitasi cairan dan elektrolit untuk menjaga keseimbangan tubuh.
3. Nyeri Abdomen
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Inflamasi pada usus besar dapat menyebabkan nyeri abdomen pada pasien dengan kolitis ulseratif. Pengelolaan nyeri diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
4. Malnutrisi Risiko Tinggi
- SDKI: Malnutrisi Risiko Tinggi
- SLKI: Manajemen Nutrisi
- SIKI: Terapi Nutrisi
Penjelasan: Diare kronis dan inflamasi usus pada kolitis ulseratif dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi, sehingga pasien berisiko mengalami malnutrisi. Intervensi nutrisi yang tepat diperlukan untuk mencegah dan mengatasi malnutrisi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kolitis ulseratif, perawat perlu memperhatikan standar diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 12369 | 16 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan demam sudah 5 hari Tidak kunjung reda,ada mual dan sempat muntah 3 kali, pasien juga mengatakan nyeri kepala dan pusing diagnosa medis nya typhoid fever
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
- Faktor yang Berhubungan: Infeksi, seperti typhoid fever.
2. Mual
- Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mendorong untuk muntah.
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping pengobatan, seperti dari infeksi typhoid fever.
3. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Peradangan, seperti yang terjadi pada infeksi typhoid fever.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Pasien melaporkan penurunan suhu tubuh.
- Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda dan gejala hipertermia.
2. Mual
- Pasien melaporkan penurunan intensitas mual.
- Pasien tidak mengalami episode muntah.
- Pasien menunjukkan peningkatan intake cairan yang adekuat.
3. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menunjukkan perilaku yang menunjukkan penurunan nyeri.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia
- Pantau suhu tubuh secara berkala.
- Berikan kompres hangat atau dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
- Beri obat penurun demam sesuai instruksi medis.
- Dorong asupan cairan yang adekuat.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
2. Mual
- Identifikasi faktor penyebab mual.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis.
- Atur lingkungan yang nyaman untuk mengurangi rangsangan yang dapat memicu mual.
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang ringan dan mudah dicerna.
- Berikan intervensi relaksasi, seperti teknik napas dalam, untuk mengurangi mual.
3. Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik nyeri, termasuk lokasi, intensitas, durasi, dan faktor pemicu.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Terapkan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat atau dingin, relaksasi, dan distraksi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang komprehensif.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam selama 5 hari, mual dan muntah, serta nyeri kepala dan pusing, dengan diagnosa medis typhoid fever, adalah hipertermia, mual, dan nyeri akut. Hipertermia karena adanya peningkatan suhu tubuh akibat infeksi typhoid fever. Mual dan muntah disebabkan oleh efek samping pengobatan dan peradangan akibat infeksi. Nyeri akut terjadi karena peradangan yang disebabkan oleh infeksi typhoid fever.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, melaporkan penurunan intensitas mual dan tidak mengalami episode muntah, serta melaporkan penurunan tingkat nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup pemantauan suhu tubuh, pemberian kompres hangat atau dingin, pemberian obat penurun demam, pengaturan asupan cairan, identifikasi faktor penyebab mual, pemberian antiemetik, pengaturan lingkungan, pemberian intervensi relaksasi, identifikasi karakteristik nyeri, pemberian analgesik, penerapan intervensi non-farmakologis, dan edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 12370 | 16 Feb 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan demam sudah 5 hari Tidak kunjung reda,ada mual dan sempat muntah 3 kali, pasien juga mengatakan nyeri kepala dan pusing diagnosa medis nya typhoid fever
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan demam, mual, muntah, nyeri kepala, dan pusing yang didiagnosis dengan typhoid fever.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi typhoid fever ditandai dengan demam yang tidak kunjung reda.
2. Mual dan muntah berhubungan dengan proses infeksi typhoid fever.
3. Nyeri kepala berhubungan dengan proses infeksi typhoid fever.
4. Kelelahan berhubungan dengan proses infeksi typhoid fever.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas ambang batas normal.
2. Mual dan muntah: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan pengeluaran isi lambung.
3. Nyeri kepala: Perasaan tidak nyaman di kepala yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Kelelahan: Perasaan letih yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia: Suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Mual dan muntah: Tidak ada mual dan muntah, pasien dapat makan dan minum dengan baik.
3. Nyeri kepala: Nyeri kepala berkurang, pasien dapat beraktivitas dengan nyaman.
4. Kelelahan: Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan baik, tidak ada tanda-tanda kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia: Manajemen suhu tubuh, pemberian cairan dan antipiretik.
2. Mual dan muntah: Manajemen mual dan muntah, pemberian antiemetik.
3. Nyeri kepala: Manajemen nyeri, pemberian analgesik.
4. Kelelahan: Manajemen energi, istirahat yang cukup, asupan nutrisi yang adekuat.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim medis untuk menangani kondisi pasien ini sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia.