Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10414 | 06 Jan 2025
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permintaan Anda. Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial, atau yang dirasakan seperti kerusakan. Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba-tiba, dengan intensitas ringan hingga berat, dan bersifat sementara.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, menunjukkan perilaku mengatasi nyeri yang efektif, dan dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut mencakup:
a. Manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi komplementer, dan teknik relaksasi.
b. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan strategi penanganannya.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memberikan penanganan yang komprehensif.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas dalam mengatasi masalah nyeri akut pada pasien. -
Article No. 10415 | 06 Jan 2025
Klinis : batuk tak berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka. Dalam kasus batuk tak berdahak, pasien mengalami kesulitan dalam mengeluarkan sekresi dari saluran pernapasan, sehingga dapat menyebabkan penurunan aliran udara dan risiko infeksi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang terkait dengan diagnosa ini mencakup:
1. Bersihan Jalan Napas
2. Permeabilitas Jalan Napas
3. Status Respirasi
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan meliputi:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Inhalasi
3. Manajemen Batuk
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada kasus batuk tak berdahak ini dapat mencakup upaya membuka jalan napas, memfasilitasi ekspektorasi, serta mengurangi gejala batuk melalui terapi inhalasi dan pengelolaan batuk. -
Article No. 10416 | 06 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan darah tinngi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait kondisi pasien dengan keluhan tekanan darah tinggi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan tekanan darah tinggi adalah "Penurunan Curah Jantung" (Decreased Cardiac Output). Ini merupakan diagnosa keperawatan yang mencerminkan kondisi pasien dengan peningkatan tekanan darah yang dapat berdampak pada penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan tekanan darah yang terkontrol dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan yang Memadai: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti ekstremitas hangat, pengisian kapiler yang baik, dan urin yang cukup.
3. Pengetahuan Manajemen Kesehatan: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen hipertensi, termasuk penggunaan obat-obatan, diet, aktivitas, dan gaya hidup sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Memantau tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu tubuh secara rutin.
- Mengidentifikasi tren atau perubahan dalam tanda-tanda vital yang dapat menunjukkan perkembangan kondisi pasien.
2. Manajemen Farmakoterapi:
- Memantau efektivitas dan efek samping obat-obatan antihipertensi yang diberikan.
- Memastikan pasien mematuhi regimen pengobatan yang ditetapkan.
- Mengkaji interaksi obat dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
3. Edukasi Gaya Hidup Sehat:
- Memberikan edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
- Mendorong pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat yang dapat membantu mengontrol tekanan darah.
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi untuk mendukung perubahan gaya hidup pasien.
4. Pemantauan Perfusi Jaringan:
- Mengkaji tanda-tanda perfusi jaringan, seperti warna kulit, pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas.
- Memantau output urin dan karakteristiknya untuk menilai perfusi ginjal.
- Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan.
5. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:
- Berkoordinasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk menyesuaikan rencana perawatan sesuai dengan kondisi pasien.
- Memastikan komunikasi yang efektif dan kolaborasi yang optimal dalam pengelolaan hipertensi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang memadai, dan peningkatan pengetahuan dalam manajemen hipertensi, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10417 | 06 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak 3 hari yang lalu & memberat 1 hr , dan disertai mual muntah mulai tadi malam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda sampaikan, yaitu pasien mengatakan sesak napas sejak 3 hari yang lalu dan memberat sejak 1 hari yang lalu, serta disertai mual dan muntah sejak tadi malam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
2. Penjelasan Singkat:
- Penyebab: Adanya peningkatan sekresi atau obstruksi pada saluran napas, seperti pada kondisi infeksi saluran napas, edema, atau penyakit paru lainnya.
- Gejala: Pasien mengalami sesak napas, batuk, napas berbunyi, dan peningkatan upaya napas.
- Tujuan Keperawatan: Mempertahankan jalan napas yang efektif, meningkatkan ventilasi, dan mencegah komplikasi.
- Intervensi Keperawatan: Oksigenasi, manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan edukasi pasien.
3. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Jalan Napas Efektif
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi, Oksigenasi
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 10418 | 06 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak 3 hari yang lalu & memberat 1 hr , dan disertai mual muntah mulai tadi malam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas dari obstruksi jalan napas
2. Irama dan kedalaman napas dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor status respirasi dan oksigenasi
2. Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ekspansi dada
3. Lakukan suction jika perlu untuk membersihkan jalan napas
4. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai, misalnya bronkodilator, mukolitik, atau antiemetik.
Kondisi pasien yang mengeluhkan sesak napas, mual, dan muntah mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dengan intervensi yang fokus pada pemantauan status pernapasan, penatalaksanaan posisi, pembersihan jalan napas, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 10419 | 06 Jan 2025
Klinis : Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif adalah "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan adanya potensi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak. Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, trauma kepala, atau kondisi lain yang dapat mengganggu aliran darah ke otak.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Perfusi serebral membaik, ditandai dengan:
a. Nilai saturasi oksigen (SpO2) dalam batas normal (>95%)
b. Tekanan darah dalam rentang normal
c. Tidak ada tanda-tanda perubahan status mental (misalnya, penurunan kesadaran, kebingungan, agitasi)
2. Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan perfusi serebral, seperti kerusakan otak, stroke, atau kematian.
3. Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi perfusi serebral dan melakukan upaya pencegahan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital
a. Mengukur dan memantau tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh secara berkala.
b. Memantau saturasi oksigen (SpO2) dan melakukan oksigenasi jika diperlukan.
2. Manajemen Perfusi Serebral
a. Memposisikan pasien dengan kepala elevasi 30-45 derajat untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
b. Menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal.
c. Mencegah hipotensi dan hipoksia dengan pemberian cairan dan oksigen, jika diperlukan.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Menjelaskan kondisi pasien dan faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik untuk mencegah penurunan perfusi serebral, seperti manajemen penyakit penyerta, diet sehat, aktivitas fisik, dan pengelolaan stres.
c. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam perawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya, diharapkan dapat meningkatkan perfusi serebral, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi ini secara efektif. -
Article No. 10420 | 06 Jan 2025
Klinis : Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28" adalah:
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Perubahan berulang dalam kadar glukosa darah yang disertai dengan gejala-gejala yang tidak terkontrol.
Faktor yang berhubungan:
- Stres
- Aktivitas fisik yang tidak adekuat
- Asupan nutrisi yang tidak seimbang
- Perubahan pola tidur
- Efek samping obat antidiabetes
Tanda dan Gejala:
- Kadar glukosa darah yang berfluktuasi
- Gejala hiperglikemia (poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, fatigue)
- Gejala hipoglikemia (pusing, tremor, keringat dingin, mudah marah)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah pada batas normal.
Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam batas normal (GDS 80-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hiperglikemia atau hipoglikemia
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darahnya
- Pasien patuh terhadap rejimen pengobatan dan manajemen perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Kadar Glukosa Darah
Definisi: Tindakan untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Aktivitas Keperawatan:
- Monitoring kadar glukosa darah secara rutin (GDS, GDA, HbA1C)
- Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah (stres, aktivitas, diet, obat-obatan)
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes, termasuk diet, aktivitas, dan pengobatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, terapis) untuk mengelola perawatan pasien
- Memfasilitasi pasien dalam melakukan manajemen perawatan diri (pemantauan glukosa darah, injeksi insulin, dll.)
- Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien dalam mengatasi kendala dalam pengelolaan diabetes
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas kadar glukosa darah, sehingga dapat mencegah komplikasi dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 10421 | 06 Jan 2025
Klinis : gatal gatal dan bernanah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan deskripsi kondisi yang Anda berikan, yaitu "gatal-gatal dan bernanah", maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L30.9
- Deskripsi: Dermatitis, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- L30.9 adalah kode ICD-10 untuk dermatitis yang tidak terspesifikasi secara jelas. Dermatitis adalah kondisi peradangan pada kulit yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan lesi bernanah.
- Kode ini digunakan ketika tidak dapat ditentukan penyebab spesifik dari dermatitis yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ditemukan kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik.
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ditemukan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi gatal-gatal dan bernanah.
- Penanganan untuk kondisi ini biasanya berupa pemberian obat-obatan topikal, terapi antihistamin, serta tindakan untuk mengatasi penyebab utama dari dermatitis, jika dapat diidentifikasi.
Secara keseluruhan, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi "gatal-gatal dan bernanah" adalah L30.9 (Dermatitis, tidak terspesifikasi), dan tidak ditemukan kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk penanganan kondisi ini. -
Article No. 10422 | 06 Jan 2025
Klinis : Etiologi Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "Etiologi Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28", diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah". Diagnosa ini merujuk pada variasi kadar glukosa darah yang tidak dapat diprediksi dan terjadi secara fluktuatif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti diet, aktivitas, stres, dan kondisi kesehatan lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilaksanakannya asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu:
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Klien dapat mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam rentang normal atau sesuai dengan target yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan.
2. Pengetahuan tentang Pengelolaan Diabetes: Klien dapat menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang diabetes, termasuk pemantauan kadar glukosa, pengaturan diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan yang tepat.
3. Perilaku Pengelolaan Diri yang Efektif: Klien dapat mendemonstrasikan perilaku pengelolaan diri yang efektif, seperti pemantauan kadar glukosa, manajemen diet, dan aktivitas fisik sesuai dengan program yang disusun bersama tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Lakukan pemantauan kadar glukosa darah secara teratur, baik melalui tes glukometer maupun pemeriksaan laboratorium. Catat dan evaluasi fluktuasi kadar glukosa darah untuk menentukan rencana penanganan yang tepat.
2. Edukasi Manajemen Diabetes: Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang diabetes, termasuk pemahaman tentang penyakit, pengaturan diet, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan, dan pemantauan kadar glukosa darah.
3. Pengaturan Diet: Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi klien, mempertimbangkan pola makan, kebutuhan kalori, dan porsi makanan yang tepat untuk membantu stabilisasi kadar glukosa darah.
4. Aktivitas Fisik: Rekomendasikan dan dampingi klien dalam melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya, seperti olahraga ringan atau sedang secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menstabilkan kadar glukosa darah.
5. Manajemen Stres: Bantu klien untuk mengelola stres melalui teknik relaksasi, aktivitas yang menyenangkan, atau konseling, karena stres dapat mempengaruhi fluktuasi kadar glukosa darah.
6. Monitoring dan Evaluasi: Lakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kadar glukosa darah, pengelolaan diri, dan respons terhadap intervensi yang diberikan. Lakukan penyesuaian rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang komprehensif dan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi klien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat membaik dan mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 10423 | 06 Jan 2025
Klinis : Nyeri perut kanan bawah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi nyeri perut kanan bawah.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.3
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul bagian kanan bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Appendektomi, tindakan pembedahan untuk mengeluarkan apendiks (usus buntu) yang dapat menjadi penyebab nyeri perut kanan bawah.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 R10.3 menggambarkan nyeri atau rasa tidak nyaman yang dirasakan di daerah perut dan panggul bagian kanan bawah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti radang usus buntu (appendisitis), konstipasi, infeksi saluran kemih, atau masalah lain pada organ-organ di dalam abdomen.
- Jika terdapat indikasi appendisitis atau komplikasi lain yang memerlukan tindakan medis, maka prosedur yang dapat dilakukan adalah appendektomi, yang memiliki kode ICD-9-CM 47.0. Appendektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan apendiks (usus buntu) yang terinfeksi atau bermasalah.
Kode-kode ini dapat digunakan oleh dokter, perekam medis, dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dalam menangani kondisi nyeri perut kanan bawah.