Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10419 | 06 Jan 2025
Klinis : Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif adalah "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan adanya potensi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak. Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, trauma kepala, atau kondisi lain yang dapat mengganggu aliran darah ke otak.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Perfusi serebral membaik, ditandai dengan:
a. Nilai saturasi oksigen (SpO2) dalam batas normal (>95%)
b. Tekanan darah dalam rentang normal
c. Tidak ada tanda-tanda perubahan status mental (misalnya, penurunan kesadaran, kebingungan, agitasi)
2. Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan perfusi serebral, seperti kerusakan otak, stroke, atau kematian.
3. Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi perfusi serebral dan melakukan upaya pencegahan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda-tanda Vital
a. Mengukur dan memantau tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu tubuh secara berkala.
b. Memantau saturasi oksigen (SpO2) dan melakukan oksigenasi jika diperlukan.
2. Manajemen Perfusi Serebral
a. Memposisikan pasien dengan kepala elevasi 30-45 derajat untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
b. Menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal.
c. Mencegah hipotensi dan hipoksia dengan pemberian cairan dan oksigen, jika diperlukan.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Menjelaskan kondisi pasien dan faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi perfusi serebral.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga teknik-teknik untuk mencegah penurunan perfusi serebral, seperti manajemen penyakit penyerta, diet sehat, aktivitas fisik, dan pengelolaan stres.
c. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam perawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya, diharapkan dapat meningkatkan perfusi serebral, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi ini secara efektif. -
Article No. 10420 | 06 Jan 2025
Klinis : Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28" adalah:
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Perubahan berulang dalam kadar glukosa darah yang disertai dengan gejala-gejala yang tidak terkontrol.
Faktor yang berhubungan:
- Stres
- Aktivitas fisik yang tidak adekuat
- Asupan nutrisi yang tidak seimbang
- Perubahan pola tidur
- Efek samping obat antidiabetes
Tanda dan Gejala:
- Kadar glukosa darah yang berfluktuasi
- Gejala hiperglikemia (poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, fatigue)
- Gejala hipoglikemia (pusing, tremor, keringat dingin, mudah marah)
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah pada batas normal.
Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam batas normal (GDS 80-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hiperglikemia atau hipoglikemia
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darahnya
- Pasien patuh terhadap rejimen pengobatan dan manajemen perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Kadar Glukosa Darah
Definisi: Tindakan untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Aktivitas Keperawatan:
- Monitoring kadar glukosa darah secara rutin (GDS, GDA, HbA1C)
- Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah (stres, aktivitas, diet, obat-obatan)
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes, termasuk diet, aktivitas, dan pengobatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, terapis) untuk mengelola perawatan pasien
- Memfasilitasi pasien dalam melakukan manajemen perawatan diri (pemantauan glukosa darah, injeksi insulin, dll.)
- Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien dalam mengatasi kendala dalam pengelolaan diabetes
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas kadar glukosa darah, sehingga dapat mencegah komplikasi dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 10421 | 06 Jan 2025
Klinis : gatal gatal dan bernanah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan deskripsi kondisi yang Anda berikan, yaitu "gatal-gatal dan bernanah", maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L30.9
- Deskripsi: Dermatitis, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- L30.9 adalah kode ICD-10 untuk dermatitis yang tidak terspesifikasi secara jelas. Dermatitis adalah kondisi peradangan pada kulit yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan lesi bernanah.
- Kode ini digunakan ketika tidak dapat ditentukan penyebab spesifik dari dermatitis yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ditemukan kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik.
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ditemukan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi gatal-gatal dan bernanah.
- Penanganan untuk kondisi ini biasanya berupa pemberian obat-obatan topikal, terapi antihistamin, serta tindakan untuk mengatasi penyebab utama dari dermatitis, jika dapat diidentifikasi.
Secara keseluruhan, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi "gatal-gatal dan bernanah" adalah L30.9 (Dermatitis, tidak terspesifikasi), dan tidak ditemukan kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk penanganan kondisi ini. -
Article No. 10422 | 06 Jan 2025
Klinis : Etiologi Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "Etiologi Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak stabil GDS 28", diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah". Diagnosa ini merujuk pada variasi kadar glukosa darah yang tidak dapat diprediksi dan terjadi secara fluktuatif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti diet, aktivitas, stres, dan kondisi kesehatan lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilaksanakannya asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu:
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Klien dapat mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam rentang normal atau sesuai dengan target yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan.
2. Pengetahuan tentang Pengelolaan Diabetes: Klien dapat menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang diabetes, termasuk pemantauan kadar glukosa, pengaturan diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan yang tepat.
3. Perilaku Pengelolaan Diri yang Efektif: Klien dapat mendemonstrasikan perilaku pengelolaan diri yang efektif, seperti pemantauan kadar glukosa, manajemen diet, dan aktivitas fisik sesuai dengan program yang disusun bersama tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Lakukan pemantauan kadar glukosa darah secara teratur, baik melalui tes glukometer maupun pemeriksaan laboratorium. Catat dan evaluasi fluktuasi kadar glukosa darah untuk menentukan rencana penanganan yang tepat.
2. Edukasi Manajemen Diabetes: Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang diabetes, termasuk pemahaman tentang penyakit, pengaturan diet, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan, dan pemantauan kadar glukosa darah.
3. Pengaturan Diet: Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi klien, mempertimbangkan pola makan, kebutuhan kalori, dan porsi makanan yang tepat untuk membantu stabilisasi kadar glukosa darah.
4. Aktivitas Fisik: Rekomendasikan dan dampingi klien dalam melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya, seperti olahraga ringan atau sedang secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menstabilkan kadar glukosa darah.
5. Manajemen Stres: Bantu klien untuk mengelola stres melalui teknik relaksasi, aktivitas yang menyenangkan, atau konseling, karena stres dapat mempengaruhi fluktuasi kadar glukosa darah.
6. Monitoring dan Evaluasi: Lakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kadar glukosa darah, pengelolaan diri, dan respons terhadap intervensi yang diberikan. Lakukan penyesuaian rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang komprehensif dan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi klien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat membaik dan mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 10423 | 06 Jan 2025
Klinis : Nyeri perut kanan bawah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi nyeri perut kanan bawah.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.3
- Deskripsi: Nyeri perut dan panggul bagian kanan bawah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Appendektomi, tindakan pembedahan untuk mengeluarkan apendiks (usus buntu) yang dapat menjadi penyebab nyeri perut kanan bawah.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 R10.3 menggambarkan nyeri atau rasa tidak nyaman yang dirasakan di daerah perut dan panggul bagian kanan bawah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti radang usus buntu (appendisitis), konstipasi, infeksi saluran kemih, atau masalah lain pada organ-organ di dalam abdomen.
- Jika terdapat indikasi appendisitis atau komplikasi lain yang memerlukan tindakan medis, maka prosedur yang dapat dilakukan adalah appendektomi, yang memiliki kode ICD-9-CM 47.0. Appendektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan apendiks (usus buntu) yang terinfeksi atau bermasalah.
Kode-kode ini dapat digunakan oleh dokter, perekam medis, dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dalam menangani kondisi nyeri perut kanan bawah. -
Article No. 10424 | 06 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam dan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan batuk pilek.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi akut, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
Penjelasan: Pasien dengan keluhan demam menunjukkan adanya proses infeksi akut yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Diagnosa ini berfokus pada masalah utama yang dialami pasien.
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi mukus, ditandai dengan batuk pilek.
Penjelasan: Gejala batuk pilek yang dialami pasien menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam membersihkan jalan napas, yang dapat disebabkan oleh peningkatan produksi sekresi mukus.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Untuk Diagnosa Keperawatan Hipertermia:
- Suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5°C)
- Tanda-tanda vital stabil (denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah dalam batas normal)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi lanjut
Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah penurunan suhu tubuh pasien hingga kembali normal, serta stabilnya tanda-tanda vital dan tidak adanya tanda-tanda infeksi lanjut, yang menunjukkan keberhasilan penanganan kondisi hipertermia.
b. Untuk Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas
Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret, mempertahankan frekuensi pernapasan normal, dan tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas, yang menunjukkan keefektifan bersihan jalan napas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Untuk Diagnosa Keperawatan Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh pasien secara teratur
- Berikan terapi antipiretik sesuai instruksi dokter
- Tingkatkan asupan cairan pasien
- Lakukan kompres dingin pada area tubuh pasien
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara teratur
Penjelasan: Intervensi yang diperlukan berfokus pada penanganan suhu tubuh yang tinggi, seperti pemberian antipiretik, peningkatan asupan cairan, dan kompres dingin, serta pemantauan tanda-tanda vital untuk memastikan kondisi pasien stabil.
b. Untuk Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan pernapasan
- Berikan humidifikasi oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan terapi ekspektoran sesuai instruksi dokter
- Lakukan suction jika diperlukan
- Pantau frekuensi pernapasan dan tanda-tanda sumbatan jalan napas
Penjelasan: Intervensi yang diperlukan berfokus pada membantu pasien untuk mengefektifkan bersihan jalan napasnya, seperti melalui latihan batuk dan pernapasan, pemberian terapi ekspektoran, dan suction jika diperlukan, serta pemantauan tanda-tanda sumbatan jalan napas.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk menangani kondisi pasien dengan demam dan batuk pilek. -
Article No. 10425 | 06 Jan 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi adalah "Risiko Infeksi" (00004). Diagnosa ini didefinisikan sebagai peningkatan risiko infeksi yang dapat membahayakan kesehatan individu. Diagnosa ini didasarkan pada adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan individu rentan terhadap infeksi, seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah, prosedur invasif, atau paparan lingkungan yang tidak higienis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi (1902): Tingkat kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Indikator:
- Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
- Menggunakan teknik aseptik saat merawat luka atau menggunakan alat medis
- Mempertahankan lingkungan yang bersih dan higienis
- Melakukan perawatan diri yang sesuai
2. Status Infeksi (1924): Tingkat keparahan dan penyebaran infeksi.
- Indikator:
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Lamanya waktu penyembuhan infeksi
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pencegahan Infeksi (6550):
- Memantau tanda dan gejala infeksi
- Menjaga kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat
- Mempertahankan lingkungan yang bersih dan steril
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
2. Perawatan Luka (3660):
- Melakukan penilaian luka secara berkala
- Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
- Memantau perkembangan penyembuhan luka
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka
3. Manajemen Nyeri (1400):
- Menilai nyeri secara komprehensif
- Memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Memantau efektivitas pengelolaan nyeri
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mampu mengendalikan infeksi dan mencapai status infeksi yang baik. Peran perawat dalam hal ini adalah memantau, mengevaluasi, dan melakukan tindakan yang sesuai untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien. -
Article No. 10426 | 06 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan batuk pilek, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Faktor yang berhubungan: Perubahan sekresi pernapasan (misalnya, sputum, lendir, dahak).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada suara napas tambahan (misalnya, wheezing, ronki)
- Klien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran Pola Napas Efektif, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Auskultasi suara napas
- Identifikasi sumber obstruksi jalan napas
- Lakukan suction cairan kental/kental
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Batuk
- Nilai karakteristik batuk (produktif/tidak produktif, frekuensi, intensitas)
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan obat antitusif atau ekspektoran sesuai indikasi
3. Manajemen Cairan
- Nilai status hidrasi pasien
- Berikan asupan cairan yang adekuat
- Pantau intake dan output cairan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien datang dengan keluhan batuk pilek, yang kemungkinan dapat menyebabkan perubahan sekresi pernapasan dan berdampak pada pola pernapasan pasien. Luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif", di mana pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat tanpa menggunakan otot bantu pernapasan dan dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas untuk mengidentifikasi dan mengatasi obstruksi jalan napas, Manajemen Batuk untuk membantu pasien batuk secara efektif, serta Manajemen Cairan untuk memastikan pasien terhidrasi dengan baik. Dengan intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran Pola Napas Efektif dan memulih dari kondisi batuk pilek. -
Article No. 10427 | 06 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Diare" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Diare merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami peningkatan frekuensi, volume, dan/atau kelembutan dari defekasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, gangguan pencernaan, atau diet yang buruk.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan Asuhan Keperawatan yang tepat, luaran yang diharapkan adalah:
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara
b. Frekuensi defekasi kembali normal
c. Rasa tidak nyaman akibat diare berkurang
d. Pasien dapat mengenali dan mengelola faktor penyebab diare
Indikator-indikator ini didasarkan pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk menilai keberhasilan Asuhan Keperawatan yang diberikan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, antara lain:
a. Pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta frekuensi defekasi
b. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diare, penyebab, penanggulangan, dan pencegahan
c. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait pemberian obat-obatan dan terapi rehidrasi
d. Manajemen diet, seperti pemberian makanan dan cairan yang mudah dicerna
e. Perawatan kulit perianal untuk mencegah iritasi dan infeksi
f. Dukungan psikologis dan emosional bagi pasien
Intervensi-intervensi ini didasarkan pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) agar dapat mencapai luaran yang diharapkan secara optimal.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, riwayat kesehatan, dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan diare. Komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga serta kolaborasi dengan tenaga medis lain juga penting untuk memastikan keberhasilan penanganan. -
Article No. 10428 | 06 Jan 2025
Klinis : Dx : Diare BAB cair tanpa ampas dan muntah. Peristaltik meningkat Anak tampak diam, lesu, dan tidak banyak bicara. Nafsu makan berkurang DS : Orang tua mengatakan BAB 4-6 kali sehari, muntah 3 kali sehari, dan badannya panas. orang tua mengatakan sudah pernah mengalami diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Ibu/Bapak sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi gastrointestinal, ditandai dengan BAB cair tanpa ampas, muntah, dan peristaltik meningkat.
Penjelasan:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diare akut: Pengeluaran tinja yang encer dan frekuen secara tiba-tiba.
- Faktor yang berhubungan: Infeksi gastrointestinal.
- Karakteristik: BAB cair tanpa ampas, muntah, dan peristaltik meningkat.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Pemenuhan nutrisi.
- Penurunan frekuensi dan volume diare.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital.
- Pemberian cairan dan elektrolit.
- Pemberian antiemetik (jika perlu).
- Pengaturan diet rendah serat.
- Edukasi kepada orang tua tentang manajemen diare.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum.