Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10503 | 07 Jan 2025
Klinis : seorang bayi lahir dengan kemampuan bernafas yang tidak optimal akibat belum matangnya organ paru. Maka buatlah kemungkinan diagnosa keperawatannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus seorang bayi yang lahir dengan kemampuan bernafas tidak optimal akibat belum matangnya organ paru, beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
b. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kehidupan.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
b. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupan.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang terbuka.
b. Manajemen Ventilasi
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memulihkan pola pernapasan yang adekuat.
Penjelasan singkat:
Dalam kasus bayi dengan kemampuan bernafas tidak optimal akibat belum matangnya organ paru, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dan Pola Napas Tidak Efektif. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan bayi untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan dan mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas dan Manajemen Ventilasi, dengan tujuan untuk mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang terbuka dan pola pernapasan yang adekuat pada bayi. -
Article No. 10504 | 07 Jan 2025
Klinis : Tn A datang ke ugd dengan keluhan kandung kemihny aterasa penuh,jika nyeri terasa sakit, pasien juga mengatakan kalo keluhan ini terjadi akibat sebelumnya dia jatuh. dari hasil pemeriksaan fisik teraba penuh pada kandung kemihnya. buatlah diagnosa keperawatannya!
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Tn. A yang datang ke UGD dengan keluhan kandung kemihnya terasa penuh dan nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dialami Tn. A, yaitu kandung kemih terasa penuh dan nyeri, serta hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan kandung kemih teraba penuh, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Retensio Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Tanda dan gejala: Kandung kemih teraba penuh, nyeri pada kandung kemih, sulit berkemih, dan output urin berkurang.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dan menjadi dasar dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan "Retensio Urin" telah tercantum dalam SDKI dan memiliki definisi, tanda dan gejala, serta faktor yang berhubungan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Untuk diagnosa keperawatan "Retensio Urin", luaran keperawatan yang dapat diukur antara lain: Pengeluaran urin yang adekuat, Tidak ada distensi kandung kemih, dan Tidak ada nyeri pada kandung kemih.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Retensio Urin" antara lain: Pemantauan input-output cairan, Pemberian terapi farmakologis, Pemasangan kateter urin, dan Edukasi terkait manajemen retensio urin.
Dalam praktik keperawatan, penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien. -
Article No. 10505 | 07 Jan 2025
Klinis : bayi perempuan usia 40 hari dengan Pneumonia bilateral dan hidrosephalus. terpasang ventilator hari ke-8 dengan mode PC 25 FiO250 % PEEP 5; terpasang ETT hari ke 6, terpasang CVC hari ke-6 terpasang DC hari ke 1. Tampak sekret dari ETT, terdapat retraksi sub costa, dan terdengar ronki pada kedua lapang paru. Frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 27 x/menit, tekanan darah 105/67 mmHg dan suhu 37,50C. Pasien tersedasi dengan midazolam 0,1 Mcg/KgBB/mnt =0,2 cc/jam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi medis yang digambarkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.7
- Deskripsi: Pneumonia bilateral
- Kode: G91.2
- Deskripsi: Hidrosefali, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Ventilasi mekanik, tidak terspesifikasi
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemasangan tabung endotrakeal
- Kode: 38.93
- Deskripsi: Pemasangan kateter vena sentral
- Kode: 89.39
- Deskripsi: Pemasangan kateter drainage, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 untuk pneumonia bilateral adalah J15.7, yang menggambarkan infeksi paru bilateral.
- Kode ICD-10 untuk hidrosefali yang tidak terspesifikasi adalah G91.2.
- Kode ICD-9-CM untuk ventilasi mekanik yang tidak terspesifikasi adalah 96.70.
- Kode ICD-9-CM untuk pemasangan tabung endotrakeal adalah 96.04.
- Kode ICD-9-CM untuk pemasangan kateter vena sentral adalah 38.93.
- Kode ICD-9-CM untuk pemasangan kateter drainage yang tidak terspesifikasi adalah 89.39. -
Article No. 10506 | 07 Jan 2025
Klinis : bayi perempuan usia 40 hari dengan Pneumonia bilateral dan hidrosephalus. terpasang ventilator hari ke-8 dengan mode PC 25 FiO250 % PEEP 5; terpasang ETT hari ke 6, terpasang CVC hari ke-6 terpasang DC hari ke 1. Tampak sekret dari ETT, terdapat retraksi sub costa, dan terdengar ronki pada kedua lapang paru. Frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 27 x/menit, tekanan darah 105/67 mmHg dan suhu 37,50C. Pasien tersedasi dengan midazolam 0,1 Mcg/KgBB/mnt =0,2 cc/jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditentukan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Pneumonia bilateral, Hydrosefalus, dan Penggunaan Ventilator.
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas secara normal.
Faktor Terkait: Penyakit pernapasan, Gangguan mekanis, dan Penggunaan ventilator.
2. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Pemasangan Alat Invasif (ETT, CVC, DC).
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Terkait: Prosedur invasif, Penggunaan alat invasif, dan Status imunitas.
3. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit.
Definisi: Suhu tubuh di atas normal.
Faktor Terkait: Proses penyakit.
Penjelasan Singkat Standar Keperawatan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan masalah keperawatan pasien.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk luaran keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam menetapkan, mengukur, dan mengevaluasi capaian luaran keperawatan pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Menyediakan pedoman baku untuk intervensi keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di seluruh Indonesia.
- Membantu perawat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Standar-standar ini disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin keseragaman dan kualitas praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 10507 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pusing dan panas:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Pusing (vertigo)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R51 "Pusing (vertigo)" digunakan untuk mengkodekan keluhan pusing, yang merupakan sensasi berputar, tidak seimbang, atau melayang yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan sistem vestibular, masalah neurologis, atau faktor lingkungan.
2. Kode ICD-10 R50.9 "Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain" digunakan untuk mengkodekan kondisi panas atau demam yang tidak memiliki etiologi yang jelas atau tidak dapat diklasifikasikan pada kode yang lebih spesifik. Hal ini dapat mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, karena informasi yang diberikan hanya mencakup gejala pusing dan panas tanpa adanya prosedur atau tindakan medis yang spesifik. -
Article No. 10508 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas, mual
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan dengan kondisi yang Anda sebutkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
3. Kode ICD-10:
- Kode: R42
- Deskripsi: Vertigo dan pusing
Dalam kondisi ini, pasien mengeluhkan gejala pusing, panas, dan mual. Berdasarkan kode ICD-10 yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah demam (R50.9), mual (R11.0), dan vertigo/pusing (R42).
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang spesifik bagi kondisi ini, karena penanganan yang dilakukan biasanya bersifat simtomatik dan suportif, seperti pemberian cairan, antiemetik, dan pengobatan sesuai penyebab yang mendasarinya.
Penanganan lebih lanjut akan tergantung pada hasil pemeriksaan dan penilaian klinis oleh tenaga kesehatan yang menangani pasien, untuk menentukan penyebab yang mendasari gejala-gejala tersebut dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 10509 | 07 Jan 2025
Klinis : pusing ,panas, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pusing, panas, dan mual.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, dan mual.
Penjelasan:
- SDKI: Ketidaknyamanan fisik didefinisikan sebagai pengalaman subyektif atas ketidaknyamanan yang mengganggu dan mengurangi kemampuan untuk beraktivitas.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan rasa nyaman secara fisik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, mengelola suhu tubuh, mengelola mual dan muntah, serta memberikan kenyamanan fisik.
Dengan kondisi pusing, panas, dan mual yang dialami pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, dan mual". Perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola keluhan-keluhan tersebut dan meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 10510 | 07 Jan 2025
Klinis : Sebutkan diagnosa SDKI terkait kurang pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi kurang pengetahuan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kurang pengetahuan adalah "Defisit Pengetahuan". Diagnosa ini menggambarkan situasi di mana individu memiliki keterbatasan atau kekurangan informasi, pemahaman, dan kemampuan untuk memperoleh, memproses, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola kondisi atau situasi tertentu secara efektif.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan, diharapkan tercapai beberapa Luaran, antara lain:
a. Peningkatan Pengetahuan: Pasien menunjukkan peningkatan pemahaman dan informasi terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi.
b. Kemampuan Pemecahan Masalah: Pasien mampu mengidentifikasi dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi.
c. Pengambilan Keputusan yang Tepat: Pasien dapat membuat keputusan yang bijak dan sesuai dalam mengelola kondisi atau situasi yang dihadapi.
d. Peningkatan Perilaku Kesehatan: Pasien menunjukkan perubahan perilaku yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan, sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran yang diharapkan, beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi, edukasi, dan pembelajaran yang terstruktur kepada pasien terkait dengan kondisi atau situasi yang dihadapi, termasuk penyebab, gejala, pengelolaan, dan langkah-langkah yang dapat diambil.
b. Fasilitasi Pembelajaran: Membantu pasien dalam memperoleh, memproses, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan, misalnya dengan menyediakan bahan-bahan pembelajaran, mendorong diskusi, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
c. Bimbingan dan Konseling: Memberikan dukungan, motivasi, dan pendampingan kepada pasien dalam mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran dan penerapan pengetahuan.
d. Monitoring dan Evaluasi: Memantau kemajuan pasien dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang diperlukan, perawat dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi kurang pengetahuan pada pasien. -
Article No. 10511 | 07 Jan 2025
Klinis : wajah terasa kaku
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi klien dengan wajah terasa kaku, dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi klien dengan wajah terasa kaku, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Diagnosa ini mencerminkan adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh, dalam hal ini adalah wajah yang terasa kaku.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Mobilitas Fisik Teratasi: Klien dapat melakukan pergerakan bebas dan terkoordinasi dari anggota tubuh, dalam hal ini wajah, tanpa adanya hambatan atau keterbatasan.
2. Nyeri Terkontrol: Klien dapat mengendalikan atau mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan di wajah.
3. Fungsi Neuromuskular Membaik: Klien menunjukkan peningkatan dalam fungsi otot dan sistem saraf yang terlibat dalam pergerakan wajah.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Gangguan Mobilitas Fisik" dan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dirasakan di wajah
- Berikan intervensi farmakologis atau non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
2. Terapi Latihan:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan pergerakan wajah
- Berikan latihan atau exercise untuk meningkatkan mobilitas dan kekuatan otot wajah
- Monitor progres dan evaluasi keefektifan terapi latihan
3. Stimulasi Sensorik:
- Lakukan stimulasi sensorik pada wajah, seperti sentuhan lembut, pijatan, atau kompres hangat
- Tujuannya untuk merangsang sistem saraf dan meningkatkan sensibilitas wajah
- Monitor respons klien terhadap stimulasi dan sesuaikan intervensi jika diperlukan
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai kondisi dan manajemen gangguan mobilitas wajah
- Jelaskan pentingnya kepatuhan dalam melakukan latihan dan perawatan diri
- Diskusikan strategi untuk mengatasi hambatan dan memaksimalkan pemulihan
Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mobilitas fisik yang teratasi, nyeri yang terkontrol, dan fungsi neuromuskular yang membaik, sehingga masalah gangguan mobilitas wajah dapat diatasi secara komprehensif. -
Article No. 10512 | 07 Jan 2025
Klinis : wajah merot
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat kami akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi wajah merot.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi wajah merot adalah "Gangguan perfusi jaringan perifer" (SDKI, 2017). Wajah merot menggambarkan adanya perubahan pada perfusi jaringan perifer yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke area tersebut. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti vasokonstriksi pembuluh darah, peningkatan tekanan intravaskular, atau penurunan curah jantung.
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Perfusi jaringan perifer membaik, ditandai dengan wajah tidak merot lagi.
2. Sirkulasi darah ke area wajah lancar, ditandai dengan tidak ada lagi keterlambatan pengisian kapiler.
3. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, seperti tekanan darah, nadi, dan suhu.
4. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan perifer.
5. Pasien mampu melakukan tindakan mandiri untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer, seperti melakukan relaksasi atau mengatur posisi tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Evaluasi status sirkulasi: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, pengisian kapiler, dan warna kulit secara berkala untuk mengetahui perubahan kondisi perfusi jaringan perifer.
2. Manajemen perfusi jaringan: Lakukan tindakan untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti mengatur posisi tubuh, memberikan oksigen, dan memastikan intake cairan yang adekuat.
3. Edukasi tentang perfusi jaringan: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi perfusi jaringan perifer, serta tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Lakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi lebih lanjut, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya.
5. Monitoring dan evaluasi: Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan, dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan perfusi jaringan perifer pada pasien dengan kondisi wajah merot, sehingga mencapai luaran/output yang diharapkan. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.