Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12499 | 18 Feb 2025
Klinis : Jelaskan Dpt-hb-hib 1,2,3 polio 2,3,4 dan campak. Jelaskan lokasi,dosis,rute pemberian,efek samping dan edukasi kepada keluarga untuk dirumah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat pagi. Saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
- Definisi: Kerentanan individu terhadap infeksi yang disebabkan oleh agen patogen.
- Faktor Risiko: Paparan terhadap agen patogen, sistem imun yang lemah, dan perilaku yang berisiko.
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurangnya Informasi Mengenai Imunisasi
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan untuk memahami suatu kondisi atau proses.
- Faktor Terkait: Kurangnya paparan terhadap informasi, kurangnya pendidikan, dan kesulitan memahami informasi yang diberikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi
- Kriteria Hasil: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi minimal, dan tidak ada komplikasi akibat infeksi.
2. Pengetahuan: Perawatan Kesehatan
- Kriteria Hasil: Pasien/keluarga memahami informasi yang diberikan, dapat menjelaskan kembali, dan dapat melakukan perawatan sesuai instruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Infeksi
- Intervensi: Identifikasi faktor risiko, edukasi pencegahan infeksi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Edukasi Kesehatan
- Intervensi: Identifikasi kebutuhan informasi, berikan informasi yang relevan, dan evaluasi pemahaman pasien/keluarga.
Untuk kondisi Dpt-hb-hib 1,2,3, polio 2,3,4, dan campak:
Lokasi Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Otot paha anterolateral
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Dosis:
- Dpt-hb-hib: 0,5 mL
- Polio: 2 tetes
- Campak: 0,5 mL
Rute Pemberian:
- Dpt-hb-hib: Intramuskular
- Polio: Oral
- Campak: Subkutan
Efek Samping:
- Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di lokasi suntikan
- Demam, iritabilitas, dan kehilangan nafsu makan
Edukasi Kepada Keluarga:
1. Jelaskan pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit menular.
2. Informasikan jadwal imunisasi yang harus dipatuhi.
3. Ajarkan cara merawat area suntikan dan mengatasi efek samping.
4. Anjurkan untuk segera memeriksakan anak jika terjadi efek samping yang tidak biasa.
5. Tekankan pentingnya menjaga kebersihan dan hidup sehat untuk mencegah infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 12500 | 18 Feb 2025
Klinis : Imunisasi Dpt-hb-hib 1,dpt-hb-hib 2, dpt-hb-hib 3 imunisasi polio 2,polio 3,polio 4 dan campak. Jelaskan lokasi,dosis,rute pemberian,efek samping dan edukasi kepada keluarga untuk dirumah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Defisit Pengetahuan: Imunisasi
- Definisi: Ketidakadekuatan informasi kognitif yang dimiliki klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Penyebab: Kurangnya pemahaman tentang pentingnya imunisasi, kurangnya paparan informasi, dan keterbatasan kemampuan keluarga untuk memahami informasi yang diberikan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan: Imunisasi
- Definisi: Bertambahnya informasi kognitif yang dimiliki klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Kriteria Hasil:
a. Klien/keluarga dapat menyebutkan manfaat imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
b. Klien/keluarga dapat menyebutkan jadwal imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
c. Klien/keluarga dapat menjelaskan prosedur pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
d. Klien/keluarga dapat menyebutkan efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi DPT-HB-Hib dan polio.
e. Klien/keluarga dapat menjelaskan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi efek samping imunisasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi: Imunisasi
- Definisi: Pemberian informasi secara terstruktur dan sistematis kepada klien/keluarga tentang manfaat, jadwal, dan prosedur imunisasi.
- Aktivitas:
a. Jelaskan manfaat imunisasi DPT-HB-Hib dan polio dalam mencegah penyakit.
b. Jelaskan jadwal pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio sesuai standar.
c. Jelaskan prosedur pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan polio, termasuk lokasi, dosis, dan rute pemberian.
d. Jelaskan efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi DPT-HB-Hib dan polio, serta tindakan yang harus dilakukan.
e. Berikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya dan diskusi.
f. Berikan materi edukasi tertulis sebagai panduan bagi keluarga.
Lokasi Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Diberikan secara intramuskular pada otot vastus lateralis paha.
- Imunisasi Polio: Diberikan secara oral.
Dosis Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Dosis penuh sesuai usia dan jadwal imunisasi.
- Imunisasi Polio: Dosis penuh sesuai jadwal imunisasi.
Rute Pemberian:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Intramuskular pada otot vastus lateralis paha.
- Imunisasi Polio: Oral.
Efek Samping:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di tempat injeksi, demam, iritabilitas, dan penurunan nafsu makan.
- Imunisasi Polio: Diare ringan, muntah, dan demam.
Edukasi kepada Keluarga:
- Anjurkan keluarga untuk memperhatikan tanda-tanda efek samping imunisasi dan segera laporkan kepada petugas kesehatan.
- Ajarkan keluarga cara merawat anak setelah imunisasi, seperti memberikan kompres hangat di tempat injeksi dan memberikan obat penurun demam jika diperlukan.
- Jelaskan pentingnya melengkapi jadwal imunisasi sesuai rekomendasi.
- Dorong keluarga untuk aktif bertanya dan berdiskusi jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran terkait imunisasi.
Wassalamualaikum. -
Article No. 12501 | 18 Feb 2025
Klinis : Kasus Pemicu untuk Penyakit Covid 19: Kelompok 9 Pada tanggal 04 Mei 2021, seorang anak laki-laki usia 9 tahun dibawa ke rumah sakit karena Covid19. Sebelumnya anak kontak erat dengan paman yang terkonfirmasi positif COVID-19 setelah mengikuti acara pertemuan keluarga. Sebelumnya anak menjalani karantina setelah kontak tersebut selama 10 hari, dan mengalami batuk pada hari ke tujuh karantina mandiri dan demam > 38⁰C pada malam harinya. Anak terkonfirmasi Covid-19 pada hari ke 12 karantina mandiri. Saat dilakukan pengkajian anak mengalami demam dengan suhu > 40⁰C, batuk berdahak, tetapi tidak ada sesak nafas, saturasi oksigen 95% pada udara ruangan. Rontgen dada awal menunjukkan konsolidasi pneumonia difus pada kedua lapang paru. Pada hari rawatan kedua, demam dan batuk bertambah parah dan anak mengeluh kesulitan bernafas. Tidak ada masalah kesehatan sebelumnya yang dialami anak kecuali obesitas (indeks massa tubuh, 27,6, persentil 99,8; berat badan, 62 kg, persentil 99,8; tinggi badan, 150 cm, persentil 97,3). Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 51 124/106 mmHg, denyut nadi 133x/menit, frekuensi pernapasan 29x/menit, suhu tubuh 38,6°C, dan SpO2 95–98% pada udara ruangan).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi viral: COVID-19 berhubungan dengan kontak erat dengan paman yang terkonfirmasi positif COVID-19.
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Kontak erat dengan penderita COVID-19, penurunan sistem imun.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi viral COVID-19 sebagaimana ditandai dengan demam > 40°C.
- Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, penyakit, atau cedera.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret (batuk berdahak) akibat infeksi COVID-19.
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gejala COVID-19 (demam, batuk, dan kesulitan bernapas).
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Kelemahan, keletihan, disfungsi neuromuskular, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko infeksi viral: COVID-19 akan berkurang dengan kriteria hasil:
- Bebas dari gejala infeksi COVID-19.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi COVID-19 pada pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi COVID-19.
2. Suhu tubuh akan kembali normal (36,5°C - 37,5°C) dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia.
3. Bersihan jalan napas akan efektif dengan kriteria hasil:
- Jalan napas bebas dari sekret.
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada kesulitan bernapas.
4. Toleransi aktivitas akan meningkat dengan kriteria hasil:
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Tidak ada keluhan kesulitan bernapas saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infeksi Viral: COVID-19
- Kaji faktor risiko infeksi COVID-19 pada pasien.
- Lakukan isolasi dan pembatasan kontak dengan orang lain.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan tanda-tanda infeksi dan pemberian terapi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan penularan COVID-19.
2. Manajemen Demam
- Kaji tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurun demam sesuai indikasi (pemberian obat antipiretik, kompres hangat, dll).
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan suhu tubuh.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam.
3. Manajemen Jalan Napas
- Kaji status pernapasan, produktivitas batuk, dan jumlah sekret.
- Berikan intervensi pembersihan jalan napas (suction, postural drainage, dll).
- Latih teknik batuk efektif dan lakukan fisioterapi dada.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi pernapasan jika diperlukan.
4. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat intoleransi aktivitas pasien.
- Berikan aktivitas bertahap sesuai toleransi pasien.
- Lakukan mobilisasi dini dan latihan fisik sesuai kondisi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi COVID-19 dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12379 | 17 Feb 2025
Klinis : Pasien mengatakan bicara tidak jelas, lemas (+) O: Kesadaran E4M6V5, hemodinamik TD: 127/69 mmHg, HR: 102 x/menit (gambaran AF), RR: 21 x/menit, S: 36,60C, Spo2: 100% dengan menggunakan oksigen binasal 3 lpm, terpasang IV line di Vena Metacarpal Dextra No. 22 (16/02/2025) dan Vena Cubiti Dextra No. 22 (13/02/2025) dengan cairan infuse Bfluid 500ml/24jam, drip Norepineprine 0,05 mcg/kgbb/menit, terpasang condom Uk M produksi urine ada, oedema kedua tangan dan kaki, skala nyeri 3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan pasien mengatakan bicara tidak jelas dan lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat berkomunikasi secara efektif dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam waktu 3 hari.
2. Pasien dapat memahami informasi yang disampaikan oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam waktu 3 hari.
3. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dalam waktu 5 hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal pasien, seperti perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular.
2. Ciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi, seperti mengurangi kebisingan dan distraksi.
3. Gunakan teknik komunikasi yang sesuai, seperti berbicara dengan kecepatan yang lebih lambat, menggunakan bahasa yang sederhana, dan memberikan waktu bagi pasien untuk merespons.
4. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara untuk mengevaluasi dan memberikan intervensi yang tepat.
5. Latih pasien dalam teknik komunikasi, seperti pernapasan diafragma dan artikulasi.
6. Libatkan keluarga dalam proses komunikasi dan edukasi pasien.
7. Monitor perkembangan komunikasi verbal pasien dan lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan.
8. Dokumentasi secara lengkap mengenai kondisi komunikasi verbal pasien, intervensi yang diberikan, dan respons pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Gangguan Komunikasi Verbal" karena pasien mengeluhkan bicara yang tidak jelas dan lemas, yang dapat disebabkan oleh perubahan fungsi neuromuskular akibat penyakit kardiovaskular. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif, memahami informasi yang disampaikan, dan dapat berpartisipasi dalam perawatan diri. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi, menciptakan lingkungan yang mendukung, menggunakan teknik komunikasi yang sesuai, kolaborasi dengan ahli, melatih pasien, melibatkan keluarga, monitoring perkembangan, dan dokumentasi yang lengkap. -
Article No. 12380 | 17 Feb 2025
Klinis : Nyeri ulu jhati ke abdomen dan menjalar ke punggung, muntah darah, BAB encer disertai darah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Nyeri ulu hati ke abdomen dan menjalar ke punggung, muntah darah, BAB encer disertai darah
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu nyeri ulu hati yang menjalar ke abdomen dan punggung, muntah darah, serta BAB encer disertai darah, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal. Pasien mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan adanya gangguan pada saluran pencernaan, seperti kemungkinan ulkus peptikum, pankreatitis, atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan nyeri abdomen dan komplikasi berupa muntah darah serta diare berdarah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pasien dapat mengontrol nyeri dengan skor nyeri berkurang dari skala 8 menjadi skala 3 atau kurang.
2. Pasien tidak lagi mengalami episode muntah darah.
3. Frekuensi BAB encer disertai darah berkurang dari 5 kali per hari menjadi 1-2 kali per hari.
4. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam batas normal).
5. Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
6. Pasien dan keluarga memahami manajemen perawatan dan dapat melakukan tindakan pencegahan komplikasi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri)
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab nyeri dan penatalaksanaan yang tepat
2. Manajemen Gastrointestinal
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan karakteristik muntah serta feses
- Berikan cairan dan nutrisi parenteral atau enteral sesuai kebutuhan
- Berikan obat-obatan sesuai resep dokter, seperti antasida, proton pump inhibitor, dan antiemetik
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai diet yang tepat untuk meminimalkan gejala
3. Pemantauan Komplikasi
- Pantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien secara berkala
- Lakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti endoskopi, CT-scan, atau pemeriksaan darah
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan penyebab dan penatalaksanaan yang tepat
4. Edukasi dan Dukungan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit, gejala, dan manajemen perawatan
- Libatkan keluarga dalam proses perawatan dan dukung mereka dalam memberikan perawatan di rumah
- Berikan informasi mengenai sumber daya dan layanan pendukung yang tersedia
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 12381 | 17 Feb 2025
Klinis : Pasien nyeri ulu hati, ke perut dan menjalar ke punggung, pasien sering mibtah darah, dan juga BAB disertai darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Suster Novia, seorang perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yakni pasien mengalami nyeri ulu hati yang menjalar ke perut dan punggung, sering muntah darah, serta BAB disertai darah, saya dapat memberikan beberapa diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi tersebut, beserta penjelasan singkat mengenai standar diagnosis, intervensi, dan luaran asuhan keperawatan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan, ditandai dengan keluhan nyeri ulu hati yang menjalar ke perut dan punggung.
2. Perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan, ditandai dengan gejala muntah darah dan BAB disertai darah.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan asupan makanan akibat nyeri dan perdarahan.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Tindakan mandiri perawat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemberian analgesik, relaksasi, terapi panas/dingin, dan pengalihan perhatian.
2. Perdarahan gastrointestinal
- SDKI: Keluarnya darah dari saluran pencernaan akibat penyakit atau cedera.
- SLKI: Tindakan mandiri perawat untuk mencegah atau menghentikan perdarahan di saluran cerna.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tindakan mandiri perawat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemberian makanan dan minuman yang sesuai, pemantauan berat badan, dan edukasi gizi.
Semoga penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien tersebut. Bila ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 12382 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi post SC dengan IDO, dengan tone akademis dan persona pakar nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut ini dapat disebabkan oleh prosedur pembedahan seksio sesarea (SC) dan adanya IDO (Infeksi Daerah Operasi).
b. Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri akut:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri dan menggunakan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi pada daerah operasi.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka yang baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, distraksi, dan teknik kognitif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan nyeri dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Risiko Infeksi:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi secara berkala, seperti peningkatan suhu tubuh, perubahan warna, edema, dan drainage pada luka operasi.
- Berikan perawatan luka operasi secara aseptik sesuai prosedur.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Pantau tanda-tanda vital pasien dan lakukan tindakan yang sesuai jika ditemukan penyimpangan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan Risiko Infeksi sesuai dengan kondisi pasien post SC dengan IDO. Nyeri akut dapat disebabkan oleh prosedur pembedahan dan adanya infeksi pada luka operasi. Risiko infeksi juga tinggi pada kondisi ini, sehingga perlu dilakukan pengkajian dan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi.
Luaran/output yang diharapkan adalah penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta tidak terjadi infeksi pada daerah operasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri dan tanda-tanda infeksi, pemberian analgesik, teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis, perawatan luka operasi secara aseptik, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 12383 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi post SC dengan IDO pus purulent:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi post SC dengan IDO pus purulent adalah Integritas Kulit Terganggu. Definisi dari diagnosa ini adalah perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat mengganggu penyembuhan luka. Kondisi post SC dengan IDO pus purulent menunjukkan adanya gangguan pada integritas kulit, ditandai dengan adanya infeksi pada luka operasi. Hal ini dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan adalah Penyembuhan Luka: Sekunder. Definisi dari luaran ini adalah pemulihan keutuhan dan fungsi kulit setelah mengalami kerusakan dengan penyembuhan secara bertahap. Pada kondisi post SC dengan IDO pus purulent, diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luka operasi dapat sembuh secara sekunder, yaitu dengan penyembuhan yang bertahap.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah:
1. Perawatan Luka: Terbuka
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah komplikasi, mempercepat penyembuhan, dan meminimalkan risiko infeksi pada luka terbuka. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain membersihkan luka, mengganti balutan, memantau tanda-tanda infeksi, dan mengatur posisi pasien.
2. Manajemen Infeksi
Intervensi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola infeksi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi tanda dan gejala infeksi, memantau hasil pemeriksaan laboratorium, memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi, dan melakukan debridemen luka jika diperlukan.
3. Manajemen Nyeri
Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi nyeri yang muncul akibat luka operasi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi intensitas nyeri, memberikan analgetik sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mencapai luaran penyembuhan luka secara sekunder pada pasien post SC dengan IDO pus purulent. -
Article No. 12384 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent dilakukan kultur pus kelbsiela pnemonia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Tone saya akan akademis dan persona saya akan sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Post SC dengan IDO pus purulent dilakukan kultur pus Klebsiella pneumoniae:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Risiko Infeksi" (Infection Risk). Kondisi ini menunjukkan adanya infeksi pada luka operasi sesar (Post SC) dengan karakteristik pus purulent yang diidentifikasi sebagai Klebsiella pneumoniae melalui kultur pus. Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang tepat karena pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap invasi dan replikasi organisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Infeksi: Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi sesar, seperti tidak ada kemerahan, pembengkakan, nyeri, atau peningkatan suhu tubuh.
2. Integritas Kulit: Luka operasi sesar akan sembuh dengan baik, tanpa komplikasi, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Manajemen Nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri pada luka operasi sesar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada luka operasi sesar, seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, peningkatan suhu, dan drainase.
- Kaji hasil kultur pus untuk mengidentifikasi patogen penyebab infeksi.
- Kaji riwayat medis pasien, termasuk riwayat alergi dan pengobatan sebelumnya.
2. Intervensi Terapeutik:
- Berikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur pus dan sensitivitas.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik, termasuk pembersihan luka dan penggantian balutan.
- Berikan analgesik untuk mengelola nyeri pada luka operasi sesar.
3. Edukasi dan Kolaborasi:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan luka.
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan regimen antibiotik yang tepat dan pemantauan perkembangan kondisi pasien.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti ahli gizi, untuk mendukung proses penyembuhan luka.
4. Pemantauan dan Evaluasi:
- Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Evaluasi perkembangan luka operasi sesar dan penurunan tingkat nyeri.
- Lakukan pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan ulang kultur pus, untuk memastikan efektivitas pengobatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kontrol infeksi, integritas kulit yang baik, dan manajemen nyeri yang efektif. -
Article No. 12385 | 17 Feb 2025
Klinis : Post sc dengan ido pus purulent
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Post sc dengan ido pus purulent
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu post sc (post sectio caesarea) dengan ido (infeksi daerah operasi) pus purulent, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Risiko Infeksi Luka Operasi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengakibatkan komplikasi pada luka operasi.
Penyebab Risiko Infeksi Luka Operasi pada pasien post sc dengan ido pus purulent antara lain:
- Prosedur pembedahan
- Adanya kontaminasi bakteri pada saat pembedahan
- Penurunan sistem imun
- Hygiene yang tidak adekuat
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko infeksi luka operasi, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1) Status Penyembuhan Luka
Kriteria hasil:
- Luka operasi tampak bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada drainase/eksudat pus dari luka operasi
- Tidak ada rubor, kalor, dolor, dan tumor pada luka operasi
2) Pengendalian Infeksi
Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan pemahaman tentang pencegahan infeksi
- Pasien menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang adekuat
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko infeksi luka operasi, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1) Manajemen Luka Operasi
- Melakukan perawatan luka operasi secara aseptik
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi luka operasi
- Melakukan perawatan drainase/eksudat luka operasi
- Mengajarkan pasien cara perawatan luka operasi yang tepat
2) Edukasi Pencegahan Infeksi
- Memberikan edukasi tentang faktor risiko dan tanda-tanda infeksi
- Mengajarkan teknik cuci tangan yang benar
- Mengajarkan teknik perawatan luka operasi yang aseptik
- Mendorong pasien untuk mempertahankan hygiene yang baik
3) Pemantauan Tanda Vital
- Mengobservasi tanda-tanda vital pasien secara berkala
- Memantau adanya tanda-tanda infeksi sistemik
- Mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan risiko infeksi luka operasi dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu status penyembuhan luka yang baik dan pengendalian infeksi yang efektif.