Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10626 | 09 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan lemas, mual, dan pembengkakan di kaki. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol selama 10 tahun. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah: 170/100 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, suhu: 37°C, frekuensi pernapasan: 22 x/menit, kreatinin serum: 7,2 mg/dL, ureum: 110 mg/dL, dan edema perifer positif. Diagnosis medis pasien adalah Gagal Ginjal Kronis stadium IV.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan volume cairan (+) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan edema perifer, mual, dan lemas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan volume cairan adalah ketidaksesuaian antara intake dan output cairan yang menyebabkan kelebihan atau kekurangan cairan dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Profil Tekanan Darah Terkendali
2. Profil Cairan Terkendali
3. Kadar Elektrolit dalam Rentang Normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Hipertensi
3. Manajemen Gagal Ginjal Kronis
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan volume cairan (+) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. Pasien mengalami edema perifer, mual, dan lemas yang merupakan tanda-tanda ketidakseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Cairan, Manajemen Hipertensi, dan Manajemen Gagal Ginjal Kronis untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu Profil Tekanan Darah Terkendali, Profil Cairan Terkendali, dan Kadar Elektrolit dalam Rentang Normal. -
Article No. 10627 | 09 Jan 2025
Klinis : Klien tampak lemas dan terpasang o2 1 liter ● Suara nafas klien terdengar ronchi ● Klien tampak menggunakan cuping hidung ● Klien tampak gelisah ● TTV S : 38 C , N 110x/mnt, Spo2 98 % RR 40x/mnt ● Pernapasan pasien nampak cepat dan dangkal ● Hasil lab : Hb 11,6 mg/dl, leukosit 10.99/ul , HT 35.1 %, trombosit 272000 /ul ● Hasil thorax : bronkopneumonia ● BB : 16 kg, TB 101 cm , ● IMT : 15.68 ● Spo2 : 95 % ● Therapi obat : IVFD dextrose 10 tetes/mnt, ceftazidine 3x100 mg , ampicilin 2x150 mg, PCT 3x1 , ambroxol syr 3x1 , ventolin neb 3x1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2. Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Gejala dan tanda: Suara napas ronchi, penggunaan otot bantu pernapasan, dispnea, frekuensi napas meningkat, dan perubahan warna kulit.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit pernapasan, edema paru, dan kelelahan otot pernapasan.
2. Kekurangan Volume Cairan
- Gejala dan tanda: Nadi cepat, penurunan turgor kulit, mukosa kering, dan output urin menurun.
- Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan yang berlebihan dari saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Luaran: Perbaikan pola napas, oksigenasi jaringan membaik, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
2. Kekurangan Volume Cairan
- Luaran: Cairan tubuh terpenuhi, tanda-tanda dehidrasi teratasi, dan fungsi organ normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Intervensi: Monitor pola napas, atur posisi nyaman, bantu ventilasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Kekurangan Volume Cairan
- Intervensi: Monitor intake dan output cairan, berikan cairan intravena, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 10628 | 09 Jan 2025
Klinis : Ny. R (27 tahun) suku Jawa, pendidikan SMU, sudah 2 tahun menikah, G2P0A1 hamil 12 minggu. Saat ini pasien dirawat di Ruang Ayub 1 karena mengalami kontraksi. Pasien mengeluh mules tidak ada perdarahan bercak (spoting). Pasien bertanya tentang dampak berhubungan seksual saat hamil.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Antepartum berhubungan dengan kontraksi uterus, dibuktikan dengan keluhan mulas tanpa perdarahan bercak.
SDKI:
Risiko Perdarahan Antepartum didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan dari tempat implantasi plasenta atau dari jalan lahir sebelum janin lahir, yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.
SLKI:
1. Kontrol perdarahan
2. Tidak terjadi perdarahan
3. Tekanan darah stabil
SIKI:
1. Monitor tanda-tanda vital dan kontraksi uterus
2. Anjurkan istirahat yang cukup
3. Berikan informasi dan konseling terkait risiko perdarahan dan pencegahannya
2. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap kehamilan, dibuktikan dengan pasien bertanya tentang dampak hubungan seksual saat hamil.
SDKI:
Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu yang ditandai oleh ketegangan, kekhawatiran, dan perasaan tidak nyaman yang bersumber dari antisipasi bahaya, baik internal maupun eksternal.
SLKI:
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat
3. Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan
SIKI:
1. Identifikasi sumber kecemasan pasien
2. Berikan informasi dan edukasi terkait kehamilan
3. Berikan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan
Penjelasan Singkat:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah mengembangkan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Standar ini digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar.
SDKI berisi deskripsi dan definisi diagnosa keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan pasien. SLKI berisi luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis, dan terstandar sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 10629 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien umur 40 tahun mengalami pusing kepala , nyeri di punggung ,muntah muntah setiap makan , dengan td 120/80 nadi 80 nafas 20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Mual (00004): Perasaan tidak nyaman dan dorongan untuk muntah.
Karakteristik definisi:
- Muntah
- Merasa mual
- Refleks muntah
2. Nyeri akut (00132): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik definisi:
- Melaporkan nyeri
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
- Perilaku protektif terhadap area yang nyeri
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002): Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik definisi:
- Berat badan menurun
- Intake makanan kurang
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Mual (1618):
- Intensitas mual berkurang
- Frekuensi muntah berkurang
- Kemampuan mengidentifikasi pemicu mual meningkat
2. Manajemen Nyeri (1400):
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Mendemonstrasikan metode nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Tingkat nyeri menurun
3. Keseimbangan Nutrisi (1004):
- Berat badan stabil atau meningkat
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Tanda-tanda malnutrisi berkurang
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mual (4270):
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian antiemetik
2. Manajemen Nyeri (1400):
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, frekuensi, dll.)
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat/dingin, massage, distraksi)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik
3. Peningkatan Nutrisi (1120):
- Lakukan pengkajian status nutrisi secara komprehensif
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Monitoring asupan makanan dan cairan
- Berikan edukasi terkait pentingnya nutrisi yang adekuat
Penjelasan rinci:
Pasien berusia 40 tahun ini mengalami beberapa masalah kesehatan yang saling berhubungan, yaitu pusing kepala, nyeri punggung, dan muntah setiap kali makan. Berdasarkan data vital tanda-tanda vital, tidak terdapat indikasi masalah kardiovaskular atau pernapasan yang signifikan.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah mual, nyeri akut, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Mual dan muntah dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, sedangkan nyeri punggung dapat mengganggu aktivitas dan mobilisasi pasien sehingga berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan mual dan muntah, mengelola nyeri dengan baik, serta mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mual, manajemen nyeri, dan peningkatan asupan nutrisi melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter dan ahli gizi) serta edukasi dan dukungan pada pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dialami dan mencapai status kesehatan yang optimal. -
Article No. 10630 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien umur 40 tahun mengalami pusing kepala , nyeri di punggung ,muntah muntah setiap makan , dengan td 120/80 nadi 80 nafas 20
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual Muntah Berhubungan Dengan Gangguan Gastrointestinal
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mual muntah adalah sensasi ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan keinginan untuk memuntahkan isi perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan mual dan muntah, tidak terjadi dehidrasi, dan tidak ada komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitoring tanda-tanda vital
2. Manajemen mual dan muntah
3. Pemberian antiemetik
4. Edukasi klien dan keluarga
2. Nyeri Punggung Berhubungan Dengan Gangguan Muskuloskeletal
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri punggung adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan di daerah punggung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan nyeri punggung, tidak ada komplikasi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Terapi modalitas
3. Edukasi klien dan keluarga
3. Pusing Berhubungan Dengan Gangguan Neurologis
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pusing adalah sensasi tidak nyaman berupa rasa berputar, berguncang, atau tidak stabil yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Klien dapat mengendalikan pusing, tidak ada komplikasi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen pusing
2. Edukasi klien dan keluarga
3. Monitoring tanda-tanda vital
Penjelasan singkat:
Pasien berusia 40 tahun mengalami pusing kepala, nyeri di punggung, dan muntah-muntah setiap makan. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah mual muntah berhubungan dengan gangguan gastrointestinal, nyeri punggung berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan pusing berhubungan dengan gangguan neurologis. Intervensi keperawatan berfokus pada manajemen gejala-gejala tersebut, pemantauan tanda-tanda vital, serta edukasi klien dan keluarga. -
Article No. 10631 | 09 Jan 2025
Klinis : pasien umur 40 tahun mengalami pusing kepala , nyeri di punggung ,muntah muntah setiap makan , dengan td 120/80 nadi 80 nafas 20
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan rincian yang lengkap untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien umur 40 tahun dengan gejala pusing kepala, nyeri di punggung, muntah-muntah setiap makan, dan tanda-tanda vital (TD 120/80, nadi 80, napas 20), maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Mual (00004)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
Karakteristik Definitif: Keluhan mual, perubahan pola makan, nafsu makan menurun.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definitif: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah mengernyit, gelisah.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Definitif: Keluhan kelelahan, pusing, napas pendek saat beraktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Mual (1618)
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan mual berkurang
- Frekuensi muntah berkurang
- Tidak tampak pucat atau berkeringat
2. Manajemen Nyeri (1400)
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien tampak lebih rileks
- Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan lebih baik
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0005)
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
- Tidak tampak kelelahan, pusing, atau napas pendek saat beraktivitas
- Tanda-tanda vital stabil saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mual (3820)
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan mual
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang ringan dan mudah dicerna
- Berikan obat-obatan antiemetik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, intensitas)
- Berikan teknik non-farmakologis seperti kompres hangat/dingin, massase
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan pasien teknik-teknik pengelolaan nyeri mandiri
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas (0180)
- Kaji kemampuan dan batasan aktivitas pasien
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi saat beraktivitas
- Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien
- Monitor tanda-tanda vital saat aktivitas
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat meningkatkan manajemen mual, nyeri, dan toleransi aktivitas pasien, sehingga mencapai luaran yang diharapkan. Perawat harus terus memantau dan mengevaluasi respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 10632 | 09 Jan 2025
Klinis : termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi termoregulasi tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Termoregulasi
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Faktor Terkait:
1. Gangguan mekanisme termoregulasi
2. Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh
3. Perubahan suhu lingkungan
Karakteristik Mayor:
1. Suhu tubuh di luar rentang normal
2. Peningkatan atau penurunan suhu tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Termoregulasi berfokus pada pemantauan suhu tubuh, upaya menjaga suhu tubuh, serta intervensi untuk mencegah komplikasi akibat suhu tubuh yang tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, mengenali tanda-tanda perubahan suhu tubuh, serta mampu melakukan tindakan untuk menjaga suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh, pengaturan lingkungan, pemberian cairan, penggunaan alat bantu termoregulasi, dan edukasi terkait perawatan diri untuk menjaga suhu tubuh.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah ketidakefektifan termoregulasi. -
Article No. 10532 | 08 Jan 2025
Klinis : resiko penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko penurunan curah jantung adalah "Risiko Penurunan Curah Jantung". Risiko penurunan curah jantung didefinisikan sebagai "Susceptible to a decrease in the volume of blood pumped by the heart per unit of time, which may compromise health" (PPNI, 2017). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kontraktilitas miokard, gangguan irama jantung, atau peningkatan afterload.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran atau output yang diharapkan adalah:
1. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh).
2. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda gagal jantung (ortopnea, dispnea, edema, distress pernapasan).
3. Pasien melaporkan tidak ada gejala penurunan curah jantung (pusing, sinkop, kelelahan).
4. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat (ekstremitas hangat, capillary refill < 3 detik).
5. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda komplikasi (aritmia, penyakit paru, atau masalah ginjal).
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Tanda Vital
- Mengukur dan memantau tanda-tanda vital pasien secara teratur (frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh).
- Mengkaji adanya perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan penurunan curah jantung.
2. Pemantauan Perfusi Jaringan
- Mengkaji tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat (ekstremitas hangat, capillary refill < 3 detik, urine output).
- Memantau adanya tanda-tanda gagal jantung (ortopnea, dispnea, edema, distress pernapasan).
3. Manajemen Gejala
- Mengkaji gejala yang dialami pasien, seperti pusing, sinkop, atau kelelahan.
- Memberikan intervensi untuk mengatasi gejala, misalnya dengan pemberian oksigen, posisi yang nyaman, atau pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Menjelaskan kondisi pasien dan pentingnya pemantauan tanda-tanda vital serta gejala.
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai manajemen gejala dan perawatan diri.
- Mendorong kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan rencana perawatan.
Pemantauan yang ketat, manajemen gejala yang efektif, serta edukasi pasien dan keluarga merupakan komponen penting dalam asuhan keperawatan untuk pasien dengan risiko penurunan curah jantung. Tujuannya adalah untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 10533 | 08 Jan 2025
Klinis : risiko perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke bagian tubuh perifer, yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penyebab:
1. Disfungsi vaskular
2. Penyakit kardiovaskular
3. Cedera traumatik
4. Gangguan metabolik
5. Dehidrasi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi tanda dan gejala penurunan perfusi perifer, seperti ekstremitas dingin, pucat, atau sianosis.
2. Evaluasi faktor risiko yang mempengaruhi perfusi perifer, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau trauma.
3. Pantau tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi perfusi perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien menunjukkan perfusi perifer yang memadai, dengan ekstremitas hangat, warna kulit normal, dan nadi perifer teraba.
2. Pasien bebas dari komplikasi akibat penurunan perfusi perifer, seperti nekrosis atau gangren.
3. Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi perifer dan dapat melakukan tindakan pencegahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Posisikan pasien untuk meningkatkan sirkulasi darah, seperti mengangkat ekstremitas.
2. Lakukan terapi hangat, seperti kompres hangat atau terapi panas, untuk meningkatkan perfusi perifer.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menangani penyebab mendasar dari penurunan perfusi perifer.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda penurunan perfusi perifer, faktor risiko, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memantau, mengevaluasi, dan mengelola risiko perfusi perifer tidak efektif secara komprehensif, sehingga dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 10534 | 08 Jan 2025
Klinis : Pasien datang pada dari IGD ke bangsal Sakura pada tanggal 30 Desember 2024, pasien datang dengan keluhan lemas dan bab berwarna hitam, pasien mengatakan perut terasa nyeri dan terasa napas terasa sesak, saat datang ke IGD dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil hemoglobin pasien rendah yaitu 7.3 gr/dL saat dipindahkan ke bangsal pasien mendapatkan transfusi pertama sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam, setelah transfusi pertama berhasil diberikan dilakukan pemeriksaan darah kembali namun hasilnya hemoglobin mengalami penurunan yaitu 6.8 gr/dL sehingga diberikan transfusi kedua sejumlah 3 kolf Packed Red Cell dengan pemberian /12 jam. Pengkajian pada tanggal 3 Januari 2025 pasien mengatakan sudah dilakukan transfusi sebanyak 6 kantong darah, pasien mengatakan badan sudah tidak selemas kemarin, bab kemarin masih sedikit kehitaman dan sudah tidak merasa sesak lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tampak masih sedikit pucat, tampak lemas, mengantuk, akral teraba dingin, pemeriksaan CRT >3 detik, serta konjungtiva tampak anemis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 114/74 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36.6oC, respirasi 22x/menit, SPO2 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan lemas, pucat, CRT >3 detik, dan konjungtiva anemis.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan lemas, mengantuk, dan akral dingin.
3. Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin, ditandai dengan pasien tampak lemas dan mengantuk.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
b. Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif.
b. Pasien menunjukkan peningkatan nilai hemoglobin.
c. Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas.
3. Nyeri akut:
a. Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
b. Pasien menunjukkan peningkatan energi.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Defisiensi volume cairan:
a. Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, serta berat badan.
b. Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
d. Pantau tanda-tanda dan gejala dehidrasi.
e. Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status kardiovaskular.
b. Berikan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
c. Lakukan pemantauan laboratorium, termasuk pemeriksaan hemoglobin.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya transfusi darah.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab perdarahan.
3. Nyeri akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan manajemen nyeri yang sesuai, termasuk pemberian analgesik.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
d. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
4. Intoleransi aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
b. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai dengan toleransi pasien.
c. Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu peningkatan toleransi aktivitas.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.