Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21115 | 27 Aug 2025
Klinis : pusing, berkunang kunang, lesu, ktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan, yaitu pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, ngantuk, dan susah konsentrasi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
2. Kelelahan (00093)
SDKI: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan akan kurangnya tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
SLKI: Pemulihan Kelelahan
SIKI: Manajemen Kelelahan
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
SDKI: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI: Peningkatan Pola Tidur
SIKI: Manajemen Gangguan Pola Tidur
4. Gangguan Konsentrasi (00132)
SDKI: Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas yang diinginkan.
SLKI: Peningkatan Konsentrasi
SIKI: Manajemen Gangguan Konsentrasi
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi Aktivitas (00092): Kondisi di mana pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis, seperti pusing, berkunang-kunang, dan lesu.
2. Kelelahan (00093): Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan akan kurangnya tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas berkurang dan ngantuk.
3. Gangguan Pola Tidur (00198): Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari, seperti ngantuk dan susah konsentrasi.
4. Gangguan Konsentrasi (00132): Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas yang diinginkan, seperti susah konsentrasi.
Saya harap informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang ingin Anda ketahui. Terima kasih. -
Article No. 21116 | 27 Aug 2025
Klinis : 1. Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges. 3. Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat. 4. Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
1. Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran.
SDKI: Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas
Kode: 00706
Definisi: Rentan mengalami gangguan masuknya udara ke dalam dan/atau keluar dari paru-paru, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges.
SDKI: Hipertermia
Kode: 00007
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal.
3. Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat.
SDKI: Risiko Kejang
Kode: 00155
Definisi: Rentan mengalami kontraksi otot tubuh secara tidak terkendali, yang dapat membahayakan kesehatan.
4. Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
SDKI: Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kode: 00086
Definisi: Rentan mengalami peningkatan tekanan di dalam rongga kranial, yang dapat membahayakan kesehatan.
Keterangan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 21117 | 27 Aug 2025
Klinis : pusing, berkunang kunang, lesu, ktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data klinis yang disampaikan (pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, mengantuk, dan susah konsentrasi), berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Kode SDKI 1.3:\b0 Intoleransi Aktivitas\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Definisi (SDKI):\b0 Keterbatasan energi fisiologis yang menghambat individu untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan atau diinginkan.\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SLKI 1.3.1:\b0 Tanda-tanda vital dalam rentang normal selama aktivitas\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SLKI 1.3.2:\b0 Klien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SLKI 1.3.3:\b0 Klien mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa keluhan kelelahan\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SIKI 1.3.1:\b0 Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SIKI 1.3.2:\b0 Ajarkan teknik penghematan energi\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SIKI 1.3.3:\b0 Bantu klien dalam aktivitas sesuai kebutuhan\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - \b Kode SIKI 1.3.4:\b0 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk identifikasi penyebab intoleransi aktivitas\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Rasional:\b0 Gejala pusing, berkunang-kunang, lesu, dan mengantuk mengindikasikan penurunan suplai oksigen atau energi ke sistem saraf pusat, yang berdampak pada kemampuan konsentrasi dan toleransi terhadap aktivitas fisik. Penurunan aktivitas dan kesulitan konsentrasi merupakan manifestasi langsung dari intoleransi aktivitas yang memerlukan intervensi keperawatan komprehensif.\par
} -
Article No. 21118 | 27 Aug 2025
Klinis : pusing, berkunang kunang, lesu, ktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b Berdasarkan data klinis yang disampaikan (pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, mengantuk, dan susah konsentrasi), berikut adalah diagnosis keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\b0\par
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\ul\b Intoleransi Aktivitas (Kode SDKI: B.1.3)\cf0\ulnone\b0\par
\b\i Definisi (SDKI):\i0\b0 Ketidakmampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara adekuat karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.\par
\par
\b KRITERIA HASIL (SLKI):\b0\par
\cf2\ul\b Toleransi Aktivitas (Kode SLKI: L.04016)\cf0\ulnone\b0\par
\b\i Definisi (SLKI):\i0\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang diperlukan atau diinginkan dengan respons fisiologis yang normal.\par
\b\i Indikator:\i0\b0\par
- Denyut nadi dalam rentang normal selama aktivitas\par
- Tekanan darah dalam rentang normal selama aktivitas\par
- Tidak mengalami pusing atau berkunang-kunang\par
- Tidak mengalami kelelahan berlebihan\par
- Mampu menyelesaikan aktivitas tanpa distress\par
\par
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\b0\par
\cf2\ul\b Manajemen Energi (Kode SIKI: J.0601)\cf0\ulnone\b0\par
\b\i Definisi (SIKI):\i0\b0 Pengaturan energi untuk memperlancar penyelesaian aktivitas yang diinginkan.\par
\b\i Aktivitas:\i0\b0\par
- Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas\par
- Ajarkan teknik penghematan energi\par
- Bantu identifikasi prioritas aktivitas\par
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan\par
- Anjurkan periode istirahat yang cukup\par
\par
\cf2\ul\b Manajemen Kelelahan (Kode SIKI: J.1100)\cf0\ulnone\b0\par
\b\i Definisi (SIKI):\i0\b0 Upaya mengurangi gejala dan dampak kelelahan.\par
\b\i Aktivitas:\i0\b0\par
- Assess tingkat kelelahan menggunakan skala yang valid\par
- Ajarkan strategi koping terhadap kelelahan\par
- Anjurkan nutrisi dan hidrasi yang adekuat\par
- Fasilitasi lingkungan yang kondusif untuk istirahat\par
\par
\b PENJELASAN SINGKAT:\b0\par
Keluhan pusing, berkunang-kunang, lesu, dan mengantuk menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan energi selama aktivitas. Gejala susah konsentrasi dan penurunan aktivitas merupakan dampak dari intoleransi aktivitas tersebut. Pendekatan keperawatan difokuskan pada pengelolaan energi dan kelelahan melalui modifikasi aktivitas, pengaturan istirahat, dan monitoring respons fisiologis untuk meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.\par
} -
Article No. 21119 | 27 Aug 2025
Klinis : pusing, berkunang kunang, lesu, ktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda sampaikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
a. Fatigue (Kelelahan)
Definisi: Pengalaman terus-menerus dan subjektif akan kekurangan energi, kapasitas yang berkurang untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa dilakukan.
Karakteristik Definisi: Pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pemulihan Energi
Definisi: Pemulihan dan peningkatan energi secara bertahap untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan daya tahan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Energi
Definisi: Membantu pasien mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dan meningkatkan pemulihan energi.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan pasien.
- Bantu pasien merencanakan dan menjadwalkan aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti pengaturan waktu istirahat dan tidur yang cukup.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur.
- Berikan edukasi tentang nutrisi yang dapat meningkatkan energi.
- Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap aktivitas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang komprehensif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Fatigue" dipilih karena sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, ngantuk, dan susah konsentrasi. Fatigue merupakan pengalaman subjektif yang terus-menerus akan kekurangan energi, sehingga pasien mengalami penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah "Pemulihan Energi", yang bertujuan untuk memulihkan dan meningkatkan energi pasien secara bertahap sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien melaporkan peningkatan energi dan daya tahan, dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebihan, dapat berkonsentrasi dengan baik, dan dapat beristirahat dengan cukup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) adalah "Manajemen Energi". Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengatur penggunaan energi, mencegah kelelahan berlebihan, dan meningkatkan pemulihan energi. Aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan meliputi identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan pasien, membantu perencanaan dan penjadwalan aktivitas sehari-hari, mengajarkan teknik manajemen energi, mendorong aktivitas fisik ringan, memberikan edukasi tentang nutrisi yang dapat meningkatkan energi, memonitor tanda-tanda vital dan respon pasien, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang komprehensif.
Dengan penerapan Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dapat memulihkan energinya secara bertahap sehingga dapat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal. -
Article No. 21120 | 27 Aug 2025
Klinis : 1. Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges. 3. Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat. 4. Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi-kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran.
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan mempertahankan jalan napas yang efektif selama 24 jam.
2. Pasien akan mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat selama 24 jam.
3. Pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif selama 24 jam.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau status pernapasan pasien secara berkala, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
2. Pertahankan posisi pasien yang memfasilitasi ventilasi yang efektif, seperti posisi semi-fowler atau fowler.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
4. Lakukan suction untuk membantu membersihkan jalan napas, jika diperlukan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan manajemen jalan napas yang efektif.
2. Diagnosa Keperawatan SDKI: Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges.
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan suhu tubuh yang normal dalam rentang 36,5-37,5°C selama 24 jam.
2. Pasien akan menunjukkan penurunan tanda-tanda dan gejala infeksi selama 24 jam.
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas selama 24 jam.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau suhu tubuh pasien secara berkala.
2. Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Pertahankan lingkungan yang nyaman dan sejuk untuk mengurangi beban panas.
4. Tingkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan infeksi pada meninges.
3. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat.
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan bebas dari kejang selama 24 jam.
2. Pasien akan menunjukkan penurunan gejala iritasi sistem saraf pusat selama 24 jam.
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas selama 24 jam.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital dan gejala iritasi sistem saraf pusat secara berkala.
2. Berikan antikonvulsan sesuai indikasi untuk mencegah dan menghentikan kejang.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman untuk mencegah stimulus yang dapat memicu kejang.
4. Pertahankan posisi yang aman untuk mengurangi risiko cedera selama kejang.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan kondisi yang menyebabkan iritasi sistem saraf pusat.
4. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
- Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang terkontrol selama 24 jam.
2. Pasien akan menunjukkan penurunan gejala edema serebri selama 24 jam.
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan level kesadaran selama 24 jam.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti perubahan status mental, pupil, dan tanda-tanda Cushing.
2. Pertahankan posisi kepala yang meningkatkan drainase vena, seperti posisi semi-fowler atau fowler.
3. Berikan terapi antiendema sesuai indikasi, seperti pemberian diuretik atau kortikosteroid.
4. Hindari stimulasi yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial, seperti batuk, mengejan, dan perubahan posisi yang tiba-tiba.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan edema serebri dan penurunan tekanan intrakranial.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi-kondisi yang Anda berikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda memerlukan informasi tambahan. -
Article No. 21121 | 27 Aug 2025
Klinis : anemia, pusing, berkunang kunang, lesu, ktivitas berkurang, ngantuk, susah konsentrasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda paparkan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi anemia, pusing, berkunang-kunang, lesu, aktivitas berkurang, ngantuk, dan sulit konsentrasi adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Intake nutrisi tidak adekuat, gangguan penyerapan nutrisi, peningkatan kebutuhan nutrisi.
Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, keletihan, pusing, mual, dan anemia.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Status Nutrisi: Adekuat
Kriteria Hasil:
- Berat badan dalam rentang normal
- Laboratorium (misalnya kadar hemoglobin) dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan terkait nutrisi
b. Keseimbangan Cairan
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada keluhan terkait ketidakseimbangan cairan (misalnya pusing, berkunang-kunang)
c. Aktivitas Sehari-hari: Mandiri
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Tidak ada keluhan terkait kelelahan atau penurunan aktivitas
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen Nutrisi
- Identifikasi kebutuhan nutrisi berdasarkan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Pantau asupan makanan dan minuman pasien
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat
b. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Identifikasi tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai kebutuhan cairan dan tanda-tanda ketidakseimbangan cairan
c. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya aktivitas dan istirahat yang seimbang
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu status nutrisi yang adekuat, keseimbangan cairan yang terjaga, serta kemampuan aktivitas sehari-hari yang mandiri. -
Article No. 21122 | 27 Aug 2025
Klinis : 1. Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges. 3. Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat. 4. Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, untuk kondisi yang Anda berikan.
1. Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas
- SDKI: Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas (10029)
- Definisi: Risiko terjadinya hambatan dalam masuk/keluarnya udara ke paru-paru melebihi batas normal.
- SLKI: Pemeliharaan Jalan Napas (10029)
- SIKI: Manajemen Jalan Napas (10029)
2. Hipertermia
- SDKI: Hipertermia (10016)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh melebihi batas normal.
- SLKI: Manajemen Temperatur Tubuh (10016)
- SIKI: Manajemen Hipertermia (10016)
3. Risiko Kejang
- SDKI: Risiko Kejang (10030)
- Definisi: Risiko terjadinya perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal dan terjadi secara tiba-tiba.
- SLKI: Manajemen Risiko Kejang (10030)
- SIKI: Manajemen Risiko Kejang (10030)
4. Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (10031)
- Definisi: Risiko terjadinya peningkatan tekanan di dalam rongga kranial yang melebihi batas normal.
- SLKI: Manajemen Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (10031)
- SIKI: Manajemen Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (10031)
Sebagai perawat, saya memahami pentingnya penggunaan terminologi yang terstandarisasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan kesinambungan perawatan yang diberikan. -
Article No. 21123 | 27 Aug 2025
Klinis : 1. Risiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penurunan kesadaran. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada meninges. 3. Risiko kejang berhubungan dengan iritasi pada sistem saraf pusat. 4. Risiko peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan edema serebri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas
- SDKI: Risiko Ketidakefektifan Jalan Napas (00032)
- Definisi: Berisiko mengalami gangguan dalam masuknya, keluarnya, atau pergerakan udara yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Pemeliharaan Jalan Napas (L06)
- SIKI: Manajemen Jalan Napas (I0501)
2. Hipertermia
- SDKI: Hipertermia (00007)
- Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari kisaran normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas.
- SLKI: Manajemen Suhu Tubuh (L04)
- SIKI: Termoregulasi (I0701)
3. Risiko Kejang
- SDKI: Risiko Kejang (00155)
- Definisi: Berisiko mengalami aktivitas listrik abnormal dan tidak terkontrol di otak yang menimbulkan perubahan perilaku, sensasi, dan fungsi.
- SLKI: Manajemen Kejang (L14)
- SIKI: Manajemen Kejang (I0601)
4. Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (00248)
- Definisi: Berisiko mengalami kenaikan tekanan di dalam rongga kranial yang dapat mengancam fungsi otak.
- SLKI: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (L15)
- SIKI: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I0602)
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 21125 | 27 Aug 2025
Klinis : luka post eksisi massa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi luka post eksisi massa:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T81.3
- Deskripsi: Komplikasi luka pasca-operasi, tidak terklafikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.28
- Deskripsi: Debridan luka, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 T81.3 digunakan untuk mengkodekan komplikasi luka pasca-operasi, seperti infeksi, dehiscensi, atau komplikasi lainnya yang terjadi sebagai akibat dari prosedur bedah sebelumnya. Dalam hal ini, kondisi "luka post eksisi massa" dapat dikodekan dengan T81.3, karena merupakan komplikasi yang terjadi setelah prosedur bedah untuk mengeksisi suatu massa.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 86.28 digunakan untuk mengkodekan tindakan debridan luka, yang mungkin diperlukan dalam penanganan luka post eksisi massa untuk membersihkan jaringan nekrotik atau devitalisasi dan mempersiapkan luka untuk penyembuhan yang optimal.
Penggunaan kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan pembuatan tagihan yang sesuai, serta untuk analisis epidemiologi dan penelitian terkait kondisi dan tindakan medis.