Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19197 | 02 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan pertukaran gas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. Intoleransi aktivitas
d. Risiko gula darah tidak stabil
e. Gangguan pola tidur
2. Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Gangguan pertukaran gas
- SDKI: Kode 00030 - Gangguan pertukaran gas
- Definisi: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveolus, yang dapat mengakibatkan perubahan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida.
- SLKI: Kode 30001 - Oksigenasi
- SIKI: Kode 30001.1 - Manajemen oksigenasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- SDKI: Kode 00031 - Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
- SLKI: Kode 30002 - Bersihan jalan napas
- SIKI: Kode 30002.1 - Manajemen jalan napas
c. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Kode 00092 - Intoleransi aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Kode 30003 - Mobilitas
- SIKI: Kode 30003.1 - Manajemen aktivitas
d. Risiko gula darah tidak stabil
- SDKI: Kode 00179 - Risiko gula darah tidak stabil
- Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Kode 30004 - Kontrol Glikemik
- SIKI: Kode 30004.1 - Manajemen Glikemik
e. Gangguan pola tidur
- SDKI: Kode 00095 - Gangguan pola tidur
- Definisi: Pengalaman terganggu atau tidak adekuat waktu untuk tidur dan istirahat.
- SLKI: Kode 30005 - Kenyamanan Tidur
- SIKI: Kode 30005.1 - Manajemen Tidur -
Article No. 19198 | 02 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keterbatasan kemampuan fisik dan/atau psikologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memfasilitasi aktivitas, Manajemen energi.
- Kode: 00092
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan zat gizi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan nutrisi pasien.
- SIKI: Manajemen nutrisi, Konseling gizi.
- Kode: 00002
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan lama dan kualitas tidur yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Kualitas tidur pasien.
- SIKI: Manajemen Tidur, Terapi modalitas.
- Kode: 00198
4. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap ancaman yang dipersepsikan sebagai bahaya.
- SLKI: Tingkat kecemasan pasien.
- SIKI: Manajemen ansietas, Relaksasi.
- Kode: 00146
5. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- SLKI: Bersihan jalan napas pasien.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi.
- Kode: 00031
Penjelasan singkat:
- Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami kelemahan dan sesak napas sehingga terbatas dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan hanya mampu menghabiskan 1/3 - 1/2 porsi makanan.
- Gangguan Pola Tidur: Pasien mengeluh sulit tidur dan tidak merasa segar setelah bangun.
- Ansietas: Pasien merasa khawatir dengan kondisinya yang tidak kunjung membaik.
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami sesak napas dan batuk dengan dahak yang sulit keluar. -
Article No. 19199 | 02 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, beragama Kristen, pekerjaan buruh, dirawat di ruang penyakit dalam sejak 3 hari lalu di RS dengan keluhan lemas dan sesak napas. Pasien didiagnosis DM dan Pneunemonia. Pengkajian riwayat penyakit sekarang diperoleh data pasien mengeluh sesak, lesu dan pusing dan merasa tidak punya daya untuk melakukan aktifitas. kemudian keluarga membawa pasien ke rumah sakit, di IGD di periksa GDS pasien 386 g/dl dan kemudian dirawat. Pasien menderita penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak rutin minum obat DM. Pasien mengeluh lesu, sesak napas dan batuk dahak sulit bisa keluar, kepala agak pusing. Mengatakan aktifitas lebih banyak dilakukan di tempat tidur dibantu oleh keluarga. Mengeluh lemas, kaki sering kesemutan dan terasa agak kebas. Mengatakan tidak nafsu makan, agak mual, makan habis 1/3 - 1/2 porsi RS. Istri pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak membatasi diit, saat di RS kadang pasien minta dibelikan makan dari luar RS. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang tidak sembuh-sembuh, masih lemas dan sesak napas. Mengatakan susah untuk tidur (tidur 4-5 jam sehari), pasien mengeluh tidak segar setelah bangun. Pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemas dan terlihat sesak napas, konjungtiva anemis. Pemeriksaan paru: gerakan dada simetris, sonor pada perkusi paru, aurkultasi terdengar ronchi pada kedua paru. TD: 128/86 mmHg, Nadi 83 x/menit regular, RR: 25 x/menit, S: 36,5 derajat celcius, terpasanng 02 nasal kanul 3 Ipm. BB saat ini: 41 kg. TB: 158cm. Terpasang IVFD di tangan kanan, balutan bersih, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak. Kaki kesemutan, akral dingin, CRT 3 detik. Pemeriksaan laborat & diagnostic: GDS: 260mg / d * l -Hb: 9g / d * l Leukosit: 9100 / m * m ^ 2 . Hematokrit 41,1%, Trombosit: 191 / m * m ^ 1 Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran Bronkopneumonia. EKG: Sinus Rhytm. Therapi: Infus NaC1 20 tpm, Metformin 500 mg/24 jam (PO), Paracetamol 500 mg/12 jam (PO), Injeksi Micobalamin 500 mg/24 jam, injeksi Methilprednisolon 25 mg/12 jam, Ambroxol syrp 2x1 sendok teh, Combivent & Ventolin 2, 5ml / 12 jam inhaler (inhalasi). Diit diit DM 1400 kkal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, DAN KRITERIA HASIL**
*(Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI)*
---
### **1. Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: 00030)**
**Penjelasan:**
Disebabkan oleh pneumonia dan hiperglikemia (GDS 260 mg/dL), ditandai dengan sesak napas (RR: 25x/menit), ronchi bilateral, dan penggunaan oksigen nasal kanul 3 Lpm.
**Luaran (SLKI: 0401 – Pertukaran Gas Memburuk → Meningkat → Adekuat)**
- Kriteria:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit).
- Saturasi O₂ ≥95%.
- Tidak ada ronchi/sekret.
**Intervensi (SIKI: 3310 – Manajemen Jalan Napas & 3320 – Manajemen Pernapasan)**
- Monitor saturasi O₂ dan tanda vital.
- Ajarkan latihan napas dalam dan batuk efektif.
- Posisikan semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator (Combivent/Ventolin).
---
### **2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)**
**Penjelasan:**
Akibat kelemahan fisik (Hb: 9 g/dL, BB rendah), neuropati diabetik (kaki kebas/kesemutan), dan sesak napas. Pasien hanya mampu berbaring di tempat tidur.
**Luaran (SLKI: 0101 – Kemampuan Aktivitas Fisik Menurun → Meningkat → Adekuat)**
- Kriteria:
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
- Tidak mengeluh lemas berlebihan.
**Intervensi (SIKI: 0220 – Latihan Mobilisasi & 4120 – Manajemen Energi)**
- Rencanakan aktivitas bertahap (ROM pasif/aktif).
- Bantu pasien dalam aktivitas ADL (mandi, makan).
- Monitor tanda vital sebelum/sesudah aktivitas.
---
### **3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: 00002)**
**Penjelasan:**
Asupan tidak adekuat (habis 1/3–1/2 porsi), mual, BB rendah (IMT: 16,4 = underweight), dan hiperglikemia.
**Luaran (SLKI: 0301 – Status Nutrisi Memburuk → Meningkat → Adekuat)**
- Kriteria:
- Asupan mencapai 80% kebutuhan (1400 kkal/hari).
- Peningkatan berat badan progresif.
**Intervensi (SIKI: 1120 – Manajemen Nutrisi & 5240 – Edukasi Diabetik)**
- Timbang BB harian.
- Berikan makanan kecil sering (small frequent feeding).
- Edukasi diet DM dan pantau GDS.
---
### **4. Risiko Infeksi (SDKI: 00004)**
**Penjelasan:**
Faktor risiko: hiperglikemia, pneumonia, dan leukositosis (9100/mm³).
**Luaran (SLKI: 1101 – Risiko Infeksi Tinggi → Menurun → Terkontrol)**
- Kriteria:
- Tidak ada demam/tanda infeksi baru.
- Leukosit dalam rentang normal (4000–10.000/mm³).
**Intervensi (SIKI: 6540 – Pencegahan Infeksi & 3580 – Manajemen Hiperglikemia)**
- Monitor suhu dan tanda infeksi.
- Pertahankan teknik aseptik (perawatan IVFD, luka).
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan.
---
### **5. Ansietas (SDKI: 00146)**
**Penjelasan:**
Pasien khawatir kondisi tidak membaik, ditandai dengan insomnia (tidur 4–5 jam/hari) dan keluhan "tidak segar".
**Luaran (SLKI: 1501 – Tingkat Ansietas Berat → Menurun → Ringan)**
- Kriteria:
- Ekspresi wajah lebih tenang.
- Tidur 6–7 jam/hari dengan kualitas baik.
**Intervensi (SIKI: 5820 – Terapi Relaksasi & 5240 – Dukungan Emosional)**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan informasi progres pengobatan.
- Kolaborasi dengan keluarga untuk pendampingan.
---
### **6. Gangguan Pola Tidur (SDKI: 00095)**
**Penjelasan:**
Insomnia akibat sesak napas, ansietas, dan ketidaknyamanan fisik.
**Luaran (SLKI: 0601 – Pola Tidur Terganggu → Meningkat → Adekuat)**
- Kriteria:
- Durasi tidur 6–7 jam/hari.
- Pasien melaporkan perasaan segar setelah bangun.
**Intervensi (SIKI: 1850 – Manajemen Tidur)**
- Ciptakan lingkungan nyaman (reduksi kebisingan).
- Batasi asupan kafein.
- Jadwalkan aktivitas siang untuk mengurangi tidur diurnal.
---
**Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada *Buku Standar PPNI Edisi Terbaru*.**
*Catatan: Intervensi disesuaikan dengan respon pasien dan reevaluasi berkala.* -
Article No. 19136 | 01 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan sakit di bagian kepala, skala nyeri 7 dari 10, terdapat luka terbuka bagian pelipis, pasien nampak meringis, dan pasien juga mual muntah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Nyeri Akut
Pasien mengeluhkan nyeri di bagian kepala dengan skala 7 dari 10, terdapat luka terbuka di pelipis, pasien nampak meringis, serta mengalami mual dan muntah. Berdasarkan tanda dan gejala yang ada, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut.
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (SDKI, 2017). Dalam kasus ini, nyeri di kepala dan luka terbuka di pelipis merupakan indikasi adanya kerusakan jaringan, sehingga diagnosa Nyeri Akut menjadi sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan nyeri dengan skala ≤ 4 dari 10.
- Pasien dapat mengenali faktor yang memperberat dan meringankan nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Integritas Jaringan
- Luka di pelipis akan tertutup dan sembuh tanpa komplikasi.
- Tidak terjadi infeksi pada luka.
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat cedera di kepala.
3. Keseimbangan Cairan
- Pasien tidak mengalami dehidrasi akibat mual dan muntah.
- Asupan cairan pasien sesuai kebutuhan.
- Tanda-tanda vital pasien stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor pencetus).
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Monitoring tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Perawatan Luka
- Lakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik.
- Tutup luka dengan balutan steril.
- Pantau tanda-tanda infeksi dan proses penyembuhan luka.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka.
3. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
- Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien.
- Berikan antiemetik sesuai indikasi dan instruksi medis untuk mengatasi mual dan muntah.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang baik, penyembuhan luka yang optimal, serta terjaganya keseimbangan cairan dalam tubuh pasien. -
Article No. 19137 | 01 Jul 2025
Klinis : luka robek alis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi luka robek pada alis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S01.12
- Deskripsi: Luka robek pada alis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.59
- Deskripsi: Penjahitan luka terbuka pada struktur lain pada kepala dan leher, termasuk penutupan luka robek pada alis.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S01.12 mengacu pada luka robek pada alis, yang termasuk dalam kategori luka terbuka pada kepala (S01). Kode ini mencakup luka robek, sayatan, atau lacerasi pada alis.
2. Kode ICD-9-CM 86.59 merujuk pada prosedur penjahitan luka terbuka pada struktur lain pada kepala dan leher, termasuk penutupan luka robek pada alis. Prosedur ini melibatkan pembersihan, pengkajian, dan penjahitan luka untuk menutup dan memperbaiki kerusakan pada jaringan.
Dalam praktik klinis, setelah melakukan evaluasi dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan luka robek pada alis, dokter atau perekam medis akan mencatat kode diagnosis ICD-10 S01.12 dan jika dilakukan prosedur penjahitan, maka akan dicatat kode ICD-9-CM 86.59 pada catatan medis pasien. -
Article No. 19138 | 01 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan meriang dan pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan meriang dan pilek, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Kode SDKI: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan meriang dan pilek dapat mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, di mana pasien mengalami kesulitan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas sehingga dapat mengganggu proses pernafasan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Kode SLKI: 00003
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Kode SIKI: 00069
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.
Dalam konteks akademis, dengan persona sebagai pakar dan perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran umum mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan meriang dan pilek. -
Article No. 19139 | 01 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit bahu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit bahu:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Muskuloskeletal (10019)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan pada struktur muskuloskeletal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10019
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan pada struktur muskuloskeletal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Tingkat rasa nyaman yang dirasakan individu akibat adanya pengurangan atau penghilangan rasa sakit pada struktur muskuloskeletal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada struktur muskuloskeletal.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan sakit bahu, yang merupakan kondisi Nyeri Muskuloskeletal (Kode 10019 pada SDKI). Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui penyebab, karakteristik, dan dampak nyeri tersebut. Selanjutnya, perawat dapat merumuskan tujuan penurunan nyeri (Kode 10001 pada SLKI) dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada struktur muskuloskeletal (Kode 10001 pada SIKI). -
Article No. 19140 | 01 Jul 2025
Klinis : sakit kepala sakit dada akibat benturan benda tumpul
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan kondisi yang Anda sebutkan, dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S06.0
- Deskripsi: Wounding of brain, concussion
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Computed tomography (CT scan) of head
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- Kode S06.0 menunjukkan diagnosis "Wounding of brain, concussion", yang sesuai dengan kondisi sakit kepala akibat benturan benda tumpul.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode 96.04 menunjukkan tindakan "Computed tomography (CT scan) of head", yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi cedera kepala akibat benturan benda tumpul.
Dalam kasus ini, pasien mengalami sakit kepala akibat benturan benda tumpul, yang dapat mengindikasikan terjadinya gegar otak (concussion). Pemeriksaan CT scan kepala dapat dilakukan untuk mengevaluasi adanya cedera pada otak dan membantu menentukan penanganan yang tepat. -
Article No. 19141 | 01 Jul 2025
Klinis : sakit dada akibat benturan benda tumpul
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi sakit dada akibat benturan benda tumpul:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S21.1
- Deskripsi: Luka terbuka dinding anterior dada
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.04
- Deskripsi: Observasi dan evaluasi medis untuk kondisi lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S21.1 menunjukkan luka terbuka pada dinding anterior dada, yang sesuai dengan kondisi sakit dada akibat benturan benda tumpul. Kode ini termasuk dalam kategori luka terbuka pada dada (S21).
2. Kode ICD-9-CM 93.04 mengacu pada observasi dan evaluasi medis untuk kondisi lain, yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan mengelola kondisi pasien dengan sakit dada akibat benturan benda tumpul. Tindakan ini dapat meliputi pemeriksaan fisik, pengambilan riwayat, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.
Penting untuk dicatat bahwa kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis mungkin tidak selalu tersedia, terutama jika kondisi pasien hanya memerlukan observasi dan evaluasi medis dasar tanpa tindakan yang spesifik. Dalam kasus ini, kode 93.04 yang mencakup observasi dan evaluasi medis untuk kondisi lain dapat digunakan. -
Article No. 19142 | 01 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan penglihatan terganggu pada malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan keluhan pasien dengan penglihatan terganggu pada malam hari, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Penurunan Penglihatan (Kode: 00051)
Definisi: Rentan mengalami penurunan kemampuan visual yang dapat mengganggu fungsi normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Penurunan Penglihatan (Kode: 00051)
- Definisi: Rentan mengalami penurunan kemampuan visual yang dapat mengganggu fungsi normal.
- Penyebab: Faktor eksternal (pencahayaan yang tidak memadai), faktor internal (penuaan, penyakit mata).
- Tanda dan Gejala: Penglihatan kabur, silau, sulit beradaptasi dengan gelap/terang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penglihatan Terjaga (Kode: 1807)
- Definisi: Kemampuan untuk melihat dengan jelas.
- Kriteria Hasil: Akuitas visual yang adekuat, adaptasi terhadap perubahan pencahayaan, tidak ada keluhan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Penglihatan (Kode: 6480)
- Definisi: Pengaturan dan pemantauan fungsi penglihatan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan visual.
- Aktivitas Keperawatan: Mengevaluasi fungsi penglihatan, menyediakan pencahayaan yang memadai, mengajarkan teknik adaptasi terhadap perubahan pencahayaan, merujuk ke spesialis mata jika diperlukan.
Dalam konteks ini, persona yang Anda berikan adalah "pakar" dan "nurse", sehingga penjelasan yang diberikan lebih rinci dan akademis. Saya harap informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.