Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12548 | 20 Feb 2025
Klinis : Badan terasa lemah, Pasien banyak tidur, Mual bila ingin makan, Muntah darah 1x pagi ini, Nafsu makan berkurang, Nyeri kepala memberat 2 hari ini, Terasa pusing, Bab berdarah 2 hari yang lalu, Wajah tampak sembab, Nyeri perut hilang timbul, Payudara tampak membengkak sejak 1 minggu ini, timbul bisul yang sudah pecah, Bak dan BAB dalam batas normal Riwayat minum obat Metilprednisolon 2*4 mg, Meloxicam 2*500 mg selama 2 tahun yang lalu (dibeli sendiri) Riwayat DM 2 Tahun Riwayat HT 2 Tahun, putus obat 1 bulan ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosа Keperаwatаn SDKI yаng Sesuаi:
1. Intolerance to activity (00092)
- Karakteristik: Badan terasa lemah, Pasien banyak tidur
- Faktor Berhubungаn: Malnutrisi, Anemia
2. Nausea (00134)
- Karakteristik: Mual bila ingin makan, Muntah darah 1x pagi ini
- Faktor Berhubungаn: Gastroparesis, Obat-obatan
3. Impaired Appetite (00002)
- Karakteristik: Nafsu makan berkurang
- Faktor Berhubungаn: Penyakit kronis, Depresi
4. Acute Pain (00132)
- Karakteristik: Nyeri kepala memberat 2 hari ini, Terasa pusing
- Faktor Berhubungаn: Penyakit kronis, Stres
5. Constipation (00011)
- Karakteristik: Bab berdarah 2 hari yang lalu
- Faktor Berhubungаn: Diet rendah serat, Obat-obatan
6. Fluid Volume Excess (00026)
- Karakteristik: Wajah tampak sembab
- Faktor Berhubungаn: Gagal jantung, Ginjal
7. Acute Pain (00132)
- Karakteristik: Nyeri perut hilang timbul
- Faktor Berhubungаn: Penyakit gastrointestinal, Obat-obatan
8. Impaired Skin Integrity (00046)
- Karakteristik: Timbul bisul yang sudah pecah
- Faktor Berhubungаn: Perubahan turgor kulit, Malnutrisi
Luarаn/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mandiri.
2. Kontrol Mual dan Muntah Membaik
- Pasien dapat mengontrol mual dan muntah dengan baik.
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
3. Nafsu Makan Meningkat
- Pasien dapat mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang optimal.
4. Nyeri Berkurang
- Pasien dapat mengelola nyeri dengan efektif.
- Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri.
5. Defekasi Kembali Normal
- Pasien dapat buang air besar secara teratur.
- Pasien dapat mempertahankan pola defekasi yang sehat.
6. Keseimbangan Cairan Terpelihara
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Pasien tidak mengalami edema atau gejala kelebihan cairan.
7. Nyeri Perut Berkurang
- Pasien dapat mengelola nyeri perut dengan efektif.
- Pasien dapat mempertahankan pola makan yang sehat.
8. Integritas Kulit Membaik
- Lesi pada kulit dapat sembuh dengan baik.
- Pasien dapat merawat kulit dengan tepat.
Intervensi Keperаwatаn (SIKI):
1. Intolerance to activity (00092)
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
- Pengaturan Aktivitas
2. Nausea (00134)
- Manajemen Mual dan Muntah
- Terapi Antiemetik
- Terapi Nutrisi
3. Impaired Appetite (00002)
- Peningkatan Intake Nutrisi
- Edukasi Gizi
- Terapi Nutrisi Enteral/Parenteral
4. Acute Pain (00132)
- Manajemen Nyeri
- Terapi Analgesik
- Relaksasi
5. Constipation (00011)
- Manajemen Konstipasi
- Terapi Laksatif
- Edukasi Pola Defekasi
6. Fluid Volume Excess (00026)
- Manajemen Cairan
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Terapi Diuretik
7. Acute Pain (00132)
- Manajemen Nyeri
- Terapi Analgesik
- Modifikasi Lingkungan
8. Impaired Skin Integrity (00046)
- Perawatan Luka
- Terapi Nutrisi
- Edukasi Perawatan Kulit
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI dipilih berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien, riwayat penyakit, dan faktor-faktor yang berhubungan. Setiap diagnosa keperawatan akan memiliki karakteristik dan faktor yang berhubungan yang spesifik.
Luaran/output yang diharapkan (SLKI) merupakan tujuan yang ingin dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan. Luaran ini mencakup pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesehatan, dan pencegahan komplikasi.
Intervensi keperawatan (SIKI) merupakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi mencakup manajemen gejala, terapi, edukasi, dan perawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan. -
Article No. 12549 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien perempuan usia 60 tahun datang ke IGD Dengan keluhan Badan terasa lemah, Pasien banyak tidur, Mual bila ingin makan, Muntah darah 1x pagi ini, Nafsu makan berkurang, Nyeri kepala memberat 2 hari ini, Terasa pusing, Bab berdarah 2 hari yang lalu, Wajah tampak sembab, Nyeri perut hilang timbul, Payudara tampak membengkak sejak 1 minggu ini, timbul bisul yang sudah pecah, Bak dan BAB dalam batas normal Pasien memiliki riwayat dm dan Ht 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Mual, muntah, nafsu makan menurun.
- Gejala: Berat badan menurun, kelelahan, perubahan tekstur rambut dan kuku.
- Luaran: Berat badan membaik, status nutrisi membaik.
- Intervensi: Manajemen nutrisi, edukasi gizi, terapi farmakologis.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Nyeri kepala, nyeri perut, membengkaknya payudara.
- Gejala: Keluhan nyeri, ekspresi wajah.
- Luaran: Nyeri terkontrol, kemampuan mengatasi nyeri meningkat.
- Intervensi: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, relaksasi.
3. Risiko Perdarahan
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan.
- Penyebab: Riwayat DM dan hipertensi, muntah darah, bab berdarah.
- Gejala: Perdarahan, wajah sembab.
- Luaran: Tidak terjadi perdarahan, tanda-tanda vital stabil.
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen obat antikoagulan, edukasi.
4. Risiko Infeksi
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Penyebab: Luka/bisul yang pecah.
- Gejala: Tanda-tanda infeksi lokal (kemerahan, bengkak, nyeri, panas).
- Luaran: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi menurun.
- Intervensi: Perawatan luka, terapi antibiotik, edukasi perawatan diri.
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan ini dibuat berdasarkan informasi yang diberikan dan dapat berbeda jika ada data tambahan atau pemeriksaan lebih lanjut. Konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional tetap diperlukan untuk mendapatkan penilaian dan rencana perawatan yang sesuai. -
Article No. 12550 | 20 Feb 2025
Klinis : Pasien perempuan usia 60 tahun datang ke IGD Dengan keluhan Badan terasa lemah, Pasien banyak tidur, Mual bila ingin makan, Muntah darah 1x pagi ini, Nafsu makan berkurang, Nyeri kepala memberat 2 hari ini, Terasa pusing, Bab berdarah 2 hari yang lalu, Wajah tampak sembab, Nyeri perut hilang timbul, Payudara tampak membengkak sejak 1 minggu ini, timbul bisul yang sudah pecah, Bak dan BAB dalam batas normal Pasien memiliki riwayat dm dan Ht 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Aktivitas Intoleransi
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik.
- Berdasarkan gejala yang dialami pasien, seperti badan terasa lemah, banyak tidur, dan mudah lelah, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami aktivitas intoleransi.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Gejala yang dialami pasien, seperti mual, muntah, nafsu makan berkurang, dan nyeri perut, mengindikasikan adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Resiko Perdarahan
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam kehidupan.
- Pasien mengalami gejala muntah darah dan bab berdarah, yang mengindikasikan adanya risiko perdarahan.
4. Edema
- Definisi: Akumulasi cairan yang berlebih di dalam ruang interstisial.
- Gejala wajah tampak sembab dan payudara tampak membengkak sejak 1 minggu, menunjukkan adanya edema.
5. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Pasien mengalami nyeri kepala yang memberat dan nyeri perut hilang timbul, yang mengindikasikan adanya nyeri akut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Aktivitas Intoleransi:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang meningkat.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan pengurangan kelelahan.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal.
- Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan dan penurunan gejala gastrointestinal.
3. Resiko Perdarahan:
- Pasien tidak mengalami episode perdarahan baru.
- Tanda-tanda vital pasien stabil.
4. Edema:
- Edema pada wajah dan payudara berkurang.
- Pasien melaporkan pengurangan rasa berat dan membengkak.
5. Nyeri Akut:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan penggunaan analgesik yang efektif.
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Aktivitas Intoleransi:
- Pantau tanda-tanda vital dan tingkat energi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya.
- Berikan edukasi tentang pentingnya aktivitas dan istirahat yang seimbang.
2. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji asupan nutrisi dan cairan pasien.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan tinggi kalori/protein.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien.
- Pantau berat badan dan tanda-tanda dehidrasi.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
3. Resiko Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital dan intake/output cairan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan perdarahan.
- Berikan dukungan emosional dan informasi tentang risiko perdarahan.
- Pantau kemungkinan komplikasi terkait perdarahan.
4. Edema:
- Pantau tanda-tanda vital, berat badan, dan tanda-tanda edema.
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase cairan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan edema.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen edema.
5. Nyeri Akut:
- Kaji karakteristik, lokasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan nyeri.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Dalam kasus ini, pasien perempuan usia 60 tahun datang ke IGD dengan berbagai gejala yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang kompleks. Berdasarkan informasi yang diberikan, lima diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah: aktivitas intoleransi, perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko perdarahan, edema, dan nyeri akut.
Untuk setiap diagnosa, dijelaskan definisi, alasan pemilihan diagnosa berdasarkan gejala yang dialami pasien, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI).
Tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah untuk membantu pasien dalam meningkatkan toleransi aktivitas, mencapai keseimbangan nutrisi yang adekuat, mencegah komplikasi perdarahan, mengurangi edema, dan mengelola nyeri secara efektif. Intervensi yang diberikan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, bantu aktivitas sehari-hari, pemberian makanan yang mudah dicerna, kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter, serta edukasi pada pasien dan keluarga.
Keseluruhan pendekatan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pasien secara holistik dan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat kembali ke tingkat kesehatan yang optimal. -
Article No. 12551 | 20 Feb 2025
Klinis : Syok
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R57
- Deskripsi: Syok
Penjelasan:
Kode ICD-10 R57 adalah untuk diagnosis "Syok", yang merupakan kondisi yang terjadi akibat gangguan dalam pasokan darah dan oksigen ke jaringan tubuh. Syok dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi, atau kondisi medis lainnya yang mengancam jiwa.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 89.14 dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk pasien dengan syok, yaitu transfusi darah. Transfusi darah merupakan salah satu intervensi penting dalam penanganan syok, bertujuan untuk memulihkan volume darah dan perfusi jaringan. -
Article No. 12552 | 20 Feb 2025
Klinis : Syok berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi syok berulang.
Diagnosa Keperawatan:
Syok Berulang
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Kondisi perfusi jaringan yang tidak adekuat, disebabkan oleh penurunan volume cairan, distribusi cairan yang tidak adekuat, atau gangguan fungsi jantung, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, serta produksi urin menurun.
- Karakteristik Utama: Tekanan darah sistolik <90 mmHg, nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan lembab, produksi urin menurun.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan membaik, hemodinamik stabil, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Kriteria Hasil: Tekanan darah dalam batas normal, nadi regular dan kuat, suhu kulit hangat dan kering, produksi urin memadai.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan hemodinamik, pemberian cairan intravena, pemberian obat-obatan vasoaktif, manajemen nyeri, dan perawatan luka (jika ada).
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan volume cairan, meningkatkan curah jantung, dan memperbaiki perfusi jaringan.
Dalam kondisi syok berulang, perawat perlu mengidentifikasi penyebab, memantau tanda-tanda vital secara ketat, dan melakukan intervensi yang tepat untuk menstabilkan kondisi pasien. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk menentukan pengobatan yang sesuai. -
Article No. 12553 | 20 Feb 2025
Klinis : Resiko syok berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok Berulang
Definisi:
Risiko syok berulang adalah keadaan yang rentan terhadap kondisi kegagalan sirkulasi darah yang dapat menimbulkan kegagalan fungsi organ vital secara mendadak dan berulang.
Penyebab:
1. Kondisi medis yang mendasari, seperti perdarahan, infeksi, atau penyakit kardiovaskular
2. Ketidakstabilan hemodinamik
3. Ketidakadekuatan volume cairan
4. Disfungsi sistem saraf otonom
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan curah jantung
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Intoleransi aktivitas
4. Kelelahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas hemodinamik
2. Perfusi jaringan yang adekuat
3. Toleransi aktivitas yang meningkat
4. Pemulihan status energi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Manajemen cairan dan elektrolit
3. Manajemen syok
4. Peningkatan toleransi aktivitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko syok berulang, perawat harus fokus pada pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, serta peningkatan toleransi aktivitas untuk mencegah terjadinya syok berulang dan mempertahankan stabilitas hemodinamik pasien. -
Article No. 12554 | 20 Feb 2025
Klinis : pemantauan tanda tanda vital
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemantauan tanda-tanda vital.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Napas Terkait Perubahan Fisiologis
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pola napas yang tidak stabil atau tidak efektif yang menyebabkan pertukaran gas tidak adekuat.
- Penyebab: Perubahan fisiologis, seperti kelelahan otot pernapasan, gangguan mekanis pada dinding dada, atau gangguan sistem saraf pusat.
- Gejala: Respiratory rate meningkat atau menurun, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu pernapasan, ortopnea, dan sianosis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mempertahankan pola napas yang efektif.
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, kedalaman napas adekuat, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas; Mengelola oksigenasi; Memberikan posisi yang nyaman; Melakukan latihan pernapasan; Memberikan edukasi tentang pengelolaan napas.
Dalam konteks pemantauan tanda-tanda vital, perawat berperan penting dalam mendeteksi perubahan pola napas yang dapat menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan. Dengan menggunakan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan pola napas yang efektif pada pasien. -
Article No. 12555 | 20 Feb 2025
Klinis : gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan perfusi jaringan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan
Definisi:
Gangguan perfusi jaringan adalah ketidakadekuatan aliran darah dan oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan yang ditandai dengan adanya perubahan warna kulit, suhu, sensasi, pengisian kapiler yang buruk, dan edema.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Perfusi Jaringan adalah:
1. Perfusi jaringan membaik, yang ditandai dengan pemulihan warna kulit, suhu, sensasi, pengisian kapiler, dan edema berkurang.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat gangguan perfusi jaringan, seperti nekrosis atau gangren.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perfusi Jaringan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
2. Peningkatan aliran darah dengan posisi elevasi, massase, dan terapi oksigen.
3. Pemberian obat-obatan vasodilator atau vasokonstriktor sesuai indikasi.
4. Pencegahan dan perawatan terhadap komplikasi seperti nekrosis atau gangren.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda gangguan perfusi jaringan dan pencegahannya.
Secara akademis, pemahaman dan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan hal penting dalam praktik keperawatan berbasis bukti dan berpusat pada pasien. Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penggunaan kerangka kerja ini untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 12556 | 20 Feb 2025
Klinis : risiko kejang berulang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu risiko kejang berulang, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.8
- Deskripsi: Sindrom kejang lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektrografis otak, tak tergambar (EEG), tanpa interpretasi dan pelaporan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R56.8 (Sindrom kejang lainnya) digunakan untuk mengkodekan kondisi risiko kejang berulang, yang tidak termasuk dalam kategori kejang febril (R56.0) atau status epileptikus (G41.-). Kode ini mencakup kondisi-kondisi seperti kejang pascatrauma, kejang yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, atau kejang yang belum diklasifikasikan.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Pemantauan elektrografis otak, tak tergambar (EEG), tanpa interpretasi dan pelaporan) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur diagnostik yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien dengan risiko kejang berulang. Prosedur ini melibatkan pemantauan aktivitas elektrik otak menggunakan elektroensefalografi (EEG) tanpa interpretasi dan pelaporan hasil oleh dokter.
Dalam konteks penanganan pasien dengan risiko kejang berulang, pemantauan EEG dapat membantu mengidentifikasi pola aktivitas otak yang mungkin terkait dengan episode kejang sebelumnya dan membantu dalam perencanaan penanganan selanjutnya. -
Article No. 12557 | 20 Feb 2025
Klinis : risiko kejang berulang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
Risiko Kejang Berulang
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang Berulang didefinisikan sebagai "Keadaan di mana individu rentan mengalami kejang berulang akibat ketidakstabilan aktivitas listrik otak".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko kejang berulang adalah mencegah terjadinya kejang, mengelola faktor risiko, dan meningkatkan koping pasien serta keluarga. Luaran yang diharapkan antara lain kontrol kejang, pengetahuan tentang kejang, dan kesiapan dalam menghadapi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala kejang
2. Pemberian obat anti-epilepsi sesuai resep
3. Edukasi tentang penyebab, pencetus, dan penanganan kejang
4. Latihan teknik relaksasi dan kontrol diri untuk mengurangi stres
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan komprehensif
Penerapan standar asuhan keperawatan ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai keadaan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat risiko kejang berulang.