Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10660 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 39 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan susah buang air kecil susah. Berdasarkan pengkajian pasien mengalami nyeri pada saat buang air kecil (BAK) dengan skala nyeri 5. Pasien mengalami diagnosa media Urolithiasis. Hasil pemeriksaan, tekanan darahnya 140/80 mmHg, nadi 85 x/ menit, frekwensi nafas 21 x/ menit, dan suhu 38,7ᵒC. Apakah intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan pada pasien tersebut untuk mengatasi masalah susah BAK?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya batu ginjal (urolithiasis), seperti yang ditunjukkan oleh pasien yang mengalami nyeri dengan skala 5 saat buang air kecil.
Penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan diagnosis keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
- SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan label atau judul diagnosis keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan intervensi keperawatan yang telah diakui dan diadopsi secara nasional di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah susah buang air kecil pada pasien ini, intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi)
- Berikan tindakan penghilang nyeri sesuai dengan kondisi pasien (misalnya analgesik, kompres hangat, dll.)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana nyeri yang lebih komprehensif.
2. Manajemen Cairan
- Anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup
- Pantau intake dan output cairan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi cairan yang sesuai.
3. Manajemen Infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri, disuria)
- Berikan antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
- Edukasi pasien tentang kebersihan daerah genital.
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut harus dilakukan secara komprehensif dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10661 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pasien epilepsi dengan nyeri kepala:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.9
- Deskripsi: Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Elektroensefalografi (EEG)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G40.9 (Epilepsi, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mendiagnosis kondisi epilepsi pada pasien, yang merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Elektroensefalografi atau EEG) adalah prosedur diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis epilepsi pada pasien. Prosedur ini digunakan untuk merekam dan mempelajari aktivitas elektrik di otak, yang dapat membantu dalam mengidentifikasi pola abnormal yang terkait dengan serangan kejang.
Selain itu, untuk mengelola keluhan nyeri kepala pada pasien epilepsi, dokter mungkin akan mempertimbangkan prosedur tambahan seperti:
- Pemeriksaan fisik dan neurologis untuk mengevaluasi penyebab nyeri kepala
- Pencitraan otak (misalnya CT-scan atau MRI) untuk memeriksa adanya lesi atau abnormalitas struktural
- Pemberian obat-obatan analgesik atau antikonvulsan untuk mengurangi gejala nyeri kepala
Penanganan komprehensif untuk pasien dengan epilepsi dan nyeri kepala membutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan dokter spesialis neurologi, radiologi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10662 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Pasien Epilepsi dengan Nyeri Kepala:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Cedera Berhubungan dengan Serangan Epilepsi
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera: Keadaan di mana individu rentan mengalami luka fisik atau psikologis.
- Penyebab: Serangan epilepsi yang dapat menyebabkan jatuh, terluka, atau kehilangan kesadaran.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat mencegah cedera selama serangan epilepsi.
- Indikator Hasil: Pasien dapat mengenali tanda-tanda awal serangan epilepsi, melakukan posisi aman saat serangan, dan tidak terluka saat serangan berlangsung.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor-faktor pemicu serangan epilepsi.
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda awal serangan epilepsi.
3. Anjurkan pasien untuk menjaga pola tidur dan istirahat yang cukup.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memicu serangan.
5. Dampingi pasien selama serangan epilepsi terjadi dan pastikan posisi aman.
6. Berikan dukungan emosional dan edukasi pada pasien dan keluarga.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko cedera pada pasien epilepsi dengan nyeri kepala. -
Article No. 10663 | 10 Jan 2025
Klinis : 0asien epilepsi,nyeri kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien epilepsi dengan nyeri kepala, sesuai dengan struktur Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Definisi: Kondisi di mana pasien memiliki risiko mengalami cedera fisik akibat serangan epilepsi.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan neurologis, ketidakstabilan neurologis, pengobatan.
- Gejala dan Tanda: Kehilangan kesadaran, kejang, kemungkinan terjatuh atau benturan.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh pasien akibat stimulasi neurosensorik di kepala.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit neurologis, trauma kepala.
- Gejala dan Tanda: Rasa sakit atau tidak nyaman di kepala, mual, fotofobia, fonofobia.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Bebas dari Cedera
- Menunjukkan Perilaku Pencegahan Cedera
- Mempertahankan Keamanan Lingkungan
2. Nyeri Akut
- Tingkat Nyeri Terkontrol
- Kemampuan Mengatasi Nyeri
- Gangguan Aktivitas Minimal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Cidera: Epilepsi
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pencegahan Cedera
- Manajemen Lingkungan: Keamanan
- Edukasi Pasien dan Keluarga
2. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri
- Terapi Farmakologis
- Terapi Non-Farmakologis (Relaksasi, Distraksi)
- Edukasi Pasien dan Keluarga
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Cidera: Epilepsi - Pasien dengan epilepsi memiliki risiko mengalami cedera fisik akibat serangan epilepsi, seperti kehilangan kesadaran, kejang, dan kemungkinan terjatuh atau benturan. Faktor yang berhubungan mencakup gangguan neurologis, ketidakstabilan neurologis, dan pengobatan.
- Nyeri Akut - Pasien dengan epilepsi juga sering mengalami nyeri kepala, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulasi neurosensorik di kepala. Faktor yang berhubungan dapat mencakup penyakit neurologis dan trauma kepala.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Risiko Cidera: Epilepsi - Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien bebas dari cedera, menunjukkan perilaku pencegahan cedera, dan mempertahankan keamanan lingkungan.
- Nyeri Akut - Tujuan luaran yang diharapkan adalah tingkat nyeri terkontrol, kemampuan pasien mengatasi nyeri, dan gangguan aktivitas minimal.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Risiko Cidera: Epilepsi - Intervensi yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pencegahan cedera, manajemen lingkungan untuk keamanan, serta edukasi pasien dan keluarga.
- Nyeri Akut - Intervensi yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi non-farmakologis (seperti relaksasi dan distraksi), serta edukasi pasien dan keluarga.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola kondisi epilepsi dengan nyeri kepala pada pasien, dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang sesuai. -
Article No. 10664 | 10 Jan 2025
Klinis : hypertermia pada kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia pada kehamilan.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan perubahan fisiologis dalam kehamilan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas batas normal. Pada kehamilan, hipertermia dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis, seperti peningkatan metabolisme, perubahan respon termoregulasi, dan peningkatan aliran darah ke permukaan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia pada kehamilan adalah suhu tubuh kembali normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan ibu merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh secara teratur, menjaga hidrasi yang adekuat, menggunakan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu, serta memberikan edukasi kepada ibu hamil mengenai penanganan hipertermia.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan ibu hamil dengan hipertermia mendapatkan penanganan yang komprehensif dan sesuai dengan standar profesi keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 10665 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko cedera janin berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Janin
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), risiko cedera janin adalah "Rentan mengalami kerusakan atau luka yang dapat menimbulkan disfungsi fisik, emosional, dan/atau sosial yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu."
Penjelasan:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menstandarisasi diagnosa keperawatan di Indonesia.
- SDKI berisi definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko dari berbagai diagnosa keperawatan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi luaran/hasil asuhan keperawatan di Indonesia.
- SLKI berisi kriteria hasil dan indikator hasil yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran asuhan keperawatan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi intervensi keperawatan di Indonesia.
- SIKI berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil dari berbagai intervensi keperawatan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera Janin" yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada janin. -
Article No. 10666 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko melahirkan premature
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko melahirkan prematur berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Melahirkan Prematur
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi di mana ibu hamil berisiko melahirkan bayi sebelum usia gestasi 37 minggu.
- Faktor risiko: Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, infeksi, kehamilan ganda, kelainan uterus, dll.
- Gejala: Kontraksi uterus yang teratur, perubahan servik, perdarahan pervaginam.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Ibu dapat mencegah atau menunda kelahiran prematur, ibu dapat mengenali tanda-tanda kelahiran prematur.
- Indikator: Ibu dapat menyebutkan faktor risiko, tanda, dan cara mencegah kelahiran prematur.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen risiko kelahiran prematur, pemantauan kontraksi uterus, pemberian obat-obatan untuk mencegah/menunda kelahiran prematur, konseling, dan edukasi.
- Tujuan: Mencegah atau menunda kelahiran prematur, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam mengenali faktor risiko dan tanda-tanda kelahiran prematur.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI secara komprehensif untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi. -
Article No. 10667 | 10 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri tumit kanan 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu nyeri tumit kanan selama 2 hari terakhir, maka dapat dirumuskan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada tumit kanan
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Cedera pada tumit kanan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Kemampuan individu untuk memonitor, melaporkan, dan mengambil tindakan untuk mengendalikan nyeri.
- Kriteria hasil: Tingkat nyeri menurun, Kemampuan menggunakan teknik manajemen nyeri meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang dialami individu.
- Intervensi keperawatan: Penilaian nyeri, Identifikasi penyebab nyeri, Pemberian analgesik, Aplikasi kompres dingin/hangat, Edukasi manajemen nyeri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10668 | 10 Jan 2025
Klinis : penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Definisi:
Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Efektif
2. Stabilitas Hemodinamik
3. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Hemodinamik
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Kardiovaskular
Penjelasan Singkat:
Penurunan curah jantung dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti disfungsi miokardium, gangguan ritme jantung, atau kondisi hipovolemia. Hal ini dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan dan menimbulkan gejala seperti kelelahan, intoleransi aktivitas, dan perubahan tanda-tanda vital.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan hemodinamik secara kontinyu, manajemen cairan untuk menjaga volume darah yang adekuat, serta manajemen kardiovaskular yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas jantung dan perfusi jaringan yang optimal.
Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengelola kondisi penurunan curah jantung secara komprehensif, serta bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan outcome yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10669 | 10 Jan 2025
Klinis : Ny. Y usia 45 ruangan mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 32x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, saturasi oksigen 90%. Dari hasil foto thorax ditemukan akumulasi cairan di paru paru atau oedem paru. Prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. Y.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penjelasan:
Ny. Y mengalami sesak napas dengan frekuensi pernapasan yang meningkat (32x/menit) dan saturasi oksigen yang rendah (90%), serta ditemukan adanya akumulasi cairan di paru-paru atau edema paru berdasarkan hasil foto toraks. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. Y mengalami gangguan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga bersihan jalan napasnya tidak efektif.
Prioritas Masalah Keperawatan:
Berdasarkan kondisi Ny. Y, prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini karena kondisi Ny. Y yang mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan penurunan saturasi oksigen, serta adanya akumulasi cairan di paru-paru, menunjukkan bahwa masalah utama yang harus ditangani adalah mempertahankan bersihan jalan napas Ny. Y.