Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10665 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko cedera janin berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Janin
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), risiko cedera janin adalah "Rentan mengalami kerusakan atau luka yang dapat menimbulkan disfungsi fisik, emosional, dan/atau sosial yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu."
Penjelasan:
1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menstandarisasi diagnosa keperawatan di Indonesia.
- SDKI berisi definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko dari berbagai diagnosa keperawatan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi luaran/hasil asuhan keperawatan di Indonesia.
- SLKI berisi kriteria hasil dan indikator hasil yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran asuhan keperawatan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menstandarisasi intervensi keperawatan di Indonesia.
- SIKI berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil dari berbagai intervensi keperawatan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera Janin" yang berhubungan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada janin. -
Article No. 10666 | 10 Jan 2025
Klinis : Resiko melahirkan premature
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko melahirkan prematur berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Melahirkan Prematur
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kondisi di mana ibu hamil berisiko melahirkan bayi sebelum usia gestasi 37 minggu.
- Faktor risiko: Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, infeksi, kehamilan ganda, kelainan uterus, dll.
- Gejala: Kontraksi uterus yang teratur, perubahan servik, perdarahan pervaginam.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Ibu dapat mencegah atau menunda kelahiran prematur, ibu dapat mengenali tanda-tanda kelahiran prematur.
- Indikator: Ibu dapat menyebutkan faktor risiko, tanda, dan cara mencegah kelahiran prematur.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen risiko kelahiran prematur, pemantauan kontraksi uterus, pemberian obat-obatan untuk mencegah/menunda kelahiran prematur, konseling, dan edukasi.
- Tujuan: Mencegah atau menunda kelahiran prematur, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam mengenali faktor risiko dan tanda-tanda kelahiran prematur.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI secara komprehensif untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi. -
Article No. 10667 | 10 Jan 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri tumit kanan 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu nyeri tumit kanan selama 2 hari terakhir, maka dapat dirumuskan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada tumit kanan
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Cedera pada tumit kanan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Kemampuan individu untuk memonitor, melaporkan, dan mengambil tindakan untuk mengendalikan nyeri.
- Kriteria hasil: Tingkat nyeri menurun, Kemampuan menggunakan teknik manajemen nyeri meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang dialami individu.
- Intervensi keperawatan: Penilaian nyeri, Identifikasi penyebab nyeri, Pemberian analgesik, Aplikasi kompres dingin/hangat, Edukasi manajemen nyeri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 10668 | 10 Jan 2025
Klinis : penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Definisi:
Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Efektif
2. Stabilitas Hemodinamik
3. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Hemodinamik
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Kardiovaskular
Penjelasan Singkat:
Penurunan curah jantung dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti disfungsi miokardium, gangguan ritme jantung, atau kondisi hipovolemia. Hal ini dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan dan menimbulkan gejala seperti kelelahan, intoleransi aktivitas, dan perubahan tanda-tanda vital.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan hemodinamik secara kontinyu, manajemen cairan untuk menjaga volume darah yang adekuat, serta manajemen kardiovaskular yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas jantung dan perfusi jaringan yang optimal.
Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengelola kondisi penurunan curah jantung secara komprehensif, serta bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan outcome yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10669 | 10 Jan 2025
Klinis : Ny. Y usia 45 ruangan mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 32x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, saturasi oksigen 90%. Dari hasil foto thorax ditemukan akumulasi cairan di paru paru atau oedem paru. Prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. Y.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penjelasan:
Ny. Y mengalami sesak napas dengan frekuensi pernapasan yang meningkat (32x/menit) dan saturasi oksigen yang rendah (90%), serta ditemukan adanya akumulasi cairan di paru-paru atau edema paru berdasarkan hasil foto toraks. Hal ini menunjukkan bahwa Ny. Y mengalami gangguan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas, sehingga bersihan jalan napasnya tidak efektif.
Prioritas Masalah Keperawatan:
Berdasarkan kondisi Ny. Y, prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hal ini karena kondisi Ny. Y yang mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan penurunan saturasi oksigen, serta adanya akumulasi cairan di paru-paru, menunjukkan bahwa masalah utama yang harus ditangani adalah mempertahankan bersihan jalan napas Ny. Y. -
Article No. 10670 | 10 Jan 2025
Klinis : MANAJEMEN PASCA PERSALINAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi MANAJEMEN PASCA PERSALINAN dengan tone akademis dan persona sebagai pakar dan perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pascapersalinan
- Penjelasan: Pasien berisiko mengalami perdarahan pascapersalinan yang dapat mengancam nyawa ibu. Perdarahan dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, atau koagulopati.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur
- Penjelasan: Pasien mungkin mengalami gangguan pola tidur akibat perubahan fisiologis dan psikologis pascapersalinan, seperti kelelahan, nyeri, cemas, atau stres.
3. Kurang Pengetahuan tentang Perawatan Diri Pascapersalinan
- Penjelasan: Pasien mungkin memiliki kurang pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan selama masa pascapersalinan, seperti perawatan luka, nutrisi, kebersihan diri, dan pemantauan tanda-tanda bahaya.
4. Risiko Infeksi
- Penjelasan: Pasien berisiko mengalami infeksi akibat perubahan fisiologis pascapersalinan, seperti luka episiotomi atau laserasi, dan penurunan sistem imun.
5. Nyeri Akut
- Penjelasan: Pasien mungkin mengalami nyeri akut akibat kontraksi uterus, luka episiotomi atau laserasi, serta perubahan hormonal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari masing-masing diagnosa keperawatan di atas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hasil yang diharapkan dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan, seperti pemulihan kondisi pasca persalinan, peningkatan pola tidur, peningkatan pengetahuan, pencegahan infeksi, dan manajemen nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi setiap diagnosa keperawatan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, edukasi, manajemen aktivitas, perawatan luka, pemberian analgesik, dan lain-lain.
Sebagai seorang pakar dan perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang komprehensif dalam manajemen pasca persalinan. -
Article No. 10671 | 10 Jan 2025
Klinis : MANAJEMEN PASCA PERSALINAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Kelelahan
3. Gangguan Eliminasi Urine
4. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
5. Resiko Perdarahan
6. Gangguan Harga Diri: Perubahan Citra Tubuh
7. Kurang Pengetahuan Mengenai Manajemen Pasca Persalinan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Ketidakefektifan Pola Napas: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif dan mencukupi kebutuhan oksigen.
2. Kelelahan: Sensasi subjektif dan objektif dari kurangnya energi untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Eliminasi Urine: Perubahan dalam frekuensi, jumlah, warna, bau, atau pengeluaran urin yang tidak normal.
4. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
5. Resiko Perdarahan: Keadaan yang mempunyai kemungkinan terjadinya hilangnya darah melebihi normal.
6. Gangguan Harga Diri: Perubahan Citra Tubuh: Persepsi negatif terhadap penampilan atau fungsi tubuh.
7. Kurang Pengetahuan Mengenai Manajemen Pasca Persalinan: Kurangnya informasi kognitif yang diperlukan untuk perawatan kesehatan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa di atas antara lain:
1. Pola Napas Efektif
2. Tingkat Energi Memadai
3. Status Eliminasi Urine Memadai
4. Status Nutrisi Memadai
5. Tidak Terjadi Perdarahan
6. Harga Diri Positif
7. Pengetahuan Tentang Manajemen Pasca Persalinan Memadai
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran tersebut, antara lain:
1. Pemantauan Pola Napas
2. Manajemen Energi
3. Manajemen Eliminasi Urine
4. Manajemen Nutrisi
5. Pencegahan Perdarahan
6. Peningkatan Citra Tubuh
7. Edukasi Manajemen Pasca Persalinan -
Article No. 10672 | 10 Jan 2025
Klinis : Tn. G usia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan riwayat peptic ulser. Klien mengeluh perutnya terasa kaku dan kembung, hasil TTV: TD; 140/80 mmHg, N: 96 x/i, RR: 28 x/i, S: 38,50C. Bising usus 5 kali/menit. Hasil pemeriksaan lab. Hematologi; Hb: 9,8 gr/dL, Leukosit 14.000 dr/dL, Hematokrit: 40 %. Klien dicurigasi mengalami peritonitis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. G.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pencernaan, ditandai dengan keluhan perutnya terasa kaku dan kembung.
2. Gangguan perfusi jaringan (gastrointestinal) berhubungan dengan proses inflamasi, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi, dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia dan leukositosis.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dan jumlah leukosit.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri yang dapat diidentifikasi secara jelas dan yang membutuhkan penanganan segera.
- SLKI: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi nyeri, pemberian analgesik, dan tindakan keperawatan lainnya.
- SIKI: Manajemen nyeri, pengkajian nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, dan intervensi non-farmakologis lainnya.
2. Gangguan perfusi jaringan (gastrointestinal)
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke saluran pencernaan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tim medis untuk terapi yang sesuai.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan intervensi kolaboratif seperti pemberian obat-obatan.
3. Risiko infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terserang patogen (bakteri, virus, jamur, atau parasit) yang dapat menyebabkan penyakit.
- SLKI: Pencegahan infeksi, kebersihan lingkungan, dan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik.
- SIKI: Pencegahan infeksi, perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan kondisi Tn. G, diagnosa keperawatan yang muncul terkait dengan gejala yang dialami, hasil pemeriksaan, dan kemungkinan kondisi peritonitis. Keperawatan yang diberikan akan berfokus pada manajemen nyeri, pemantauan perfusi jaringan, dan pencegahan infeksi, serta kolaborasi dengan tim medis untuk terapi yang sesuai. -
Article No. 10673 | 10 Jan 2025
Klinis : Seorang laki-laki berusia 30 tahun mengalami penurunan kesadaran, Hasil pemeriksaan GCS 9 (E3, M4, V2). Dari hasil pengkajian diketahui ada riwayat benturan keras di kepala dan operasi kraniotomi, hasil TTV: TD; 170/100 mmHg, RR: 28 x/i, N: 60 x/i, S: 38,3 0C, Saturasi O2 90%. Pupil anisokor, terdengar bunyi nafas snoring. Prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan cedera kepala dan operasi kraniotomi, ditandai dengan GCS 9 (E3, M4, V2).
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Penurunan Kesadaran adalah keadaan di mana klien mengalami penurunan tingkat kesadaran, ditandai dengan respon yang berkurang terhadap rangsangan internal maupun eksternal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Diharapkan klien dapat mempertahankan status hemodinamik yang stabil, tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, dan tingkat kesadaran kembali normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi kepala, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk penatalaksanaan cedera kepala.
Prioritas Masalah Keperawatan:
Berdasarkan data yang diberikan, prioritas masalah keperawatan yang tepat adalah "Penurunan Kesadaran berhubungan dengan cedera kepala dan operasi kraniotomi". Hal ini karena penurunan kesadaran merupakan masalah yang paling mendesak dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. -
Article No. 10674 | 10 Jan 2025
Klinis : Tn.A berusia 27 tahun datang ke ruangan bedah dewasa dengan diagnosis Post Op. Craniotomy, dari hasil pengkajian diketahui bahwa pasien memiliki riwayat kejang. Hasil pemeriksaan TTV; TD: 145/92 mmHg, N: 59 x/i, RR: 30 x/i, S: 38 0C. Hasil pemeriksaan GCS: E3M4V3 Apakah tindakan perawat untuk mencegah injury/cedera pada klien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan tindakan yang sesuai untuk kasus Tn. A dengan kondisi post op craniotomy dan riwayat kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Akibat Kejang (NANDA-I)
Definisi: Risiko terjadinya kerusakan fisik sebagai akibat aktivitas kejang yang tidak terkontrol.
Faktor Risiko: Riwayat kejang, status neurologis yang terganggu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera Akibat Kejang memiliki kode diagnosa 00035. Terdapat berbagai faktor risiko yang harus diidentifikasi, seperti riwayat kejang, penyakit neurologis, serta tanda-tanda kejang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Cedera Akibat Kejang, dengan indikator seperti tidak ada cedera fisik akibat kejang, tidak ada tanda-tanda kejang, serta tidak ada komplikasi akibat kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah Cedera Akibat Kejang antara lain:
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Identifikasi tanda-tanda awal kejang
3. Atur lingkungan yang aman untuk mencegah cedera saat kejang
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antikonvulsan
Tindakan Perawat untuk Mencegah Injury/Cedera:
1. Memonitor tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, laju napas, dan suhu tubuh.
2. Mengidentifikasi tanda-tanda awal kejang, seperti perubahan perilaku, gerakan otot yang tidak terkontrol, dll.
3. Mengatur lingkungan pasien agar aman, seperti menyingkirkan benda-benda tajam atau keras di sekitar tempat tidur.
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antikonvulsan yang sesuai.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan cedera akibat kejang.
Dengan tindakan-tindakan tersebut, diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera pada pasien Tn. A yang memiliki riwayat kejang dan baru menjalani prosedur craniotomy.