Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10800 | 11 Jan 2025
Klinis : lansia sudah tidak mempunyai pendapatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi lansia yang tidak memiliki pendapatan:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Ketidakstabilan Ekonomi". Kondisi ini terjadi ketika individu atau keluarga mengalami atau berisiko mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan, yang dapat berdampak pada kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Lansia yang tidak memiliki pendapatan berada dalam risiko tinggi mengalami ketidakstabilan ekonomi. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, sehingga dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah menerima Asuhan Keperawatan, diharapkan lansia dapat:
a. Mengidentifikasi sumber pendapatan yang tersedia (misalnya, bantuan sosial, asuransi, atau dukungan keluarga).
b. Menggunakan sumber pendapatan yang tersedia secara efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar.
c. Melaporkan kepuasan dengan stabilitas ekonomi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
d. Mendemonstrasikan strategi untuk mengelola sumber daya keuangan secara efektif.
e. Menunjukkan peningkatan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Tujuan utama dari Asuhan Keperawatan adalah untuk membantu lansia mencapai stabilitas ekonomi dan memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka secara holistik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan Luaran yang diharapkan, berikut adalah beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Asesmen Ekonomi: Mengumpulkan informasi tentang sumber pendapatan, pengeluaran, dan masalah keuangan yang dihadapi lansia.
b. Manajemen Keuangan: Membantu lansia mengembangkan keterampilan untuk mengelola keuangan secara efektif, termasuk membuat anggaran, mengidentifikasi prioritas, dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara bijak.
c. Advokasi: Membantu lansia mengakses bantuan sosial, asuransi, atau sumber daya lainnya yang tersedia untuk meningkatkan stabilitas ekonomi.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan pendidikan tentang pentingnya stabilitas ekonomi untuk kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
e. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan dan empati untuk membantu lansia mengatasi stres atau kecemasan terkait dengan kondisi ekonomi mereka.
f. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Bekerja sama dengan pekerja sosial, konselor keuangan, atau profesional lainnya untuk mengkoordinasikan upaya komprehensif dalam meningkatkan stabilitas ekonomi lansia.
Melalui Intervensi Keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan lansia dapat mencapai stabilitas ekonomi, memenuhi kebutuhan dasar, dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. -
Article No. 10801 | 11 Jan 2025
Klinis : lansia sudah tidak bekerja,tidak punya penghasilan, tangungan masih banyak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Ekonomi Berhubungan dengan Kehilangan Pendapatan Akibat Pensiun dan Tanggungan Keluarga yang Masih Banyak
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Ketidakstabilan Ekonomi adalah kondisi ketidakmampuan individu atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok secara memadai akibat keterbatasan sumber daya ekonomi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Untuk mengatasi diagnosa ini, perawat dapat membantu klien mencapai luaran seperti Stabilitas Ekonomi Terpelihara, Pengelolaan Keuangan Terlaksana, dan Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Dasar Terpenuhi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan perawat antara lain Manajemen Ekonomi, Konseling Keuangan, serta Dukungan Sistem Keluarga dan Komunitas.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, menyusun rencana pengelolaan keuangan, dan memobilisasi dukungan dari lingkungan sekitar untuk membantu klien mencapai stabilitas ekonomi dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Saya juga akan memberikan edukasi terkait perencanaan keuangan dan pengembangan usaha produktif yang sesuai dengan kondisi klien.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi yang Anda deskripsikan. Silakan sampaikan pertanyaan lebih lanjut jika diperlukan. Wassalamualaikum. -
Article No. 10802 | 11 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh gatal melebar diwajah dan dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan gatal yang melebar di wajah dan dada, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
SDKI:
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Karakteristik Definisi: Pasien mengeluhkan gatal yang melebar di wajah dan dada, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria Hasil: Pasien melaporkan mampu melakukan aktivitas sehari-hari, pasien melaporkan kelelahan berkurang, dan pasien melaporkan tidak ada hambatan dalam melakukan aktivitas.
SIKI:
Intervensi Keperawatan: Manajemen Intoleransi Aktivitas
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas Keperawatan: Menilai kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Dalam kasus ini, fokus intervensi keperawatan akan diarahkan pada pengelolaan gejala gatal yang dirasakan pasien, serta membantu pasien untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. -
Article No. 10803 | 11 Jan 2025
Klinis : Pasien mengeluh gatal melebar diwajah dan dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan kapasitas fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Klien dapat beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas.
3. Klien dapat mengelola lingkungan untuk mendukung aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas
2. Manajemen energi
3. Terapi komplementer: Relaksasi
Kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pasien mengeluh gatal melebar di wajah dan dada, dapat dikaitkan dengan diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas. Hal ini karena kondisi gatal di wajah dan dada dapat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dan terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen aktivitas untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara aman dan nyaman, manajemen energi untuk membantu pasien dalam mengatur energi yang dimiliki, serta terapi komplementer seperti relaksasi untuk mengurangi gejala yang dirasakan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. -
Article No. 10804 | 11 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian wajah sisi kiri yang terlihat adanya benjolan. pasien mengatakan benjolan yang dirasakan sudah sejak 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan awalnya benjolan nya kecil namun berjalannya waktu benjolan semakin besar. Pasien mengatakan sudah pernah keklinik untuk melakukan pemeriksaan dan diberikan obat namun tidak ada perubahan. Kemudian pasien pergi kerumah sakit lain untuk dilakukan ct scan dan didapatkan hasil adanya massa sehingga dirujuk kerumah sakit siloam untuk dilakukannya tindakan. Keluhan saat ini: Saat ini pasien mengatakan mengeluh nyeri. Nyeri yang dirasakan saat ini pada skala 7/5 (A/I), nyeri yang dirasakan hilang timbul dan menyebar kebagian rahang bawah sampai sekitar mata. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengatakan selalu demam dalam satu minggu terakhir, pasien mengatakan ada mual namun tidak muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang namun tidak ada penurunan berat badan secara drastis dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam mengunyah. Saat ini pasien rencana tindakan WLE + VC Kesadaran pasien composmentis dengan GCS E4M6V5, TD: 112/75, HR: 119 x/mnt, RR: 23 x/mnt, suhu : 37.2, spo2: 100%. BB:92 kg dan TB: 150 cm Hasil lab 6 Januar 2025 Full blood count Hemoglobin L 9.2 g/dl 10.70 – 14.70 Hematokrit L 28.4 % 31.00 – 43.00 Eritosit L 3.56/uL 3.70 - 5.70 Leukosit 4.4 103/uL 3.6-11.0 Trombosit 178 103/uL 150 - 440
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan jaringan semacam itu (dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu singkat atau lama).
- SLKI: Tujuan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya nyeri, dapat beraktivitas tanpa dipengaruhi nyeri, dan menunjukkan strategi koping yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, manajemen farmakologi, distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin, dan edukasi tentang nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan: Kurang Nutrisi
- SDKI: Kurang Nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tujuan dari penanganan kurang nutrisi adalah pasien dapat mempertahankan berat badan ideal, menunjukkan tingkat energi yang memadai, dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian status nutrisi, pemberian makanan sesuai kebutuhan, dan edukasi tentang nutrisi yang seimbang.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- SLKI: Tujuan dari penanganan hipertermia adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian tanda-tanda vital, pemberian obat antipiretik, kompres hangat/dingin, dan edukasi tentang hipertermia.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Nyeri Akut, Kurang Nutrisi, dan Hipertermia. Perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk menangani masalah-masalah tersebut. -
Article No. 10805 | 11 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian wajah sisi kiri yang terlihat adanya benjolan. pasien mengatakan benjolan yang dirasakan sudah sejak 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan awalnya benjolan nya kecil namun berjalannya waktu benjolan semakin besar. Pasien mengatakan sudah pernah keklinik untuk melakukan pemeriksaan dan diberikan obat namun tidak ada perubahan. Kemudian pasien pergi kerumah sakit lain untuk dilakukan ct scan dan didapatkan hasil adanya massa sehingga dirujuk kerumah sakit siloam untuk dilakukannya tindakan. Keluhan saat ini: Saat ini pasien mengatakan mengeluh nyeri. Nyeri yang dirasakan saat ini pada skala 7/5 (A/I), nyeri yang dirasakan hilang timbul dan menyebar kebagian rahang bawah sampai sekitar mata. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengatakan selalu demam dalam satu minggu terakhir, pasien mengatakan ada mual namun tidak muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang namun tidak ada penurunan berat badan secara drastis dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam mengunyah. Saat ini pasien rencana tindakan WLE + VC Kesadaran pasien composmentis dengan GCS E4M6V5, TD: 112/75, HR: 119 x/mnt, RR: 23 x/mnt, suhu : 37.2, spo2: 100%. BB:92 kg dan TB: 150 cm Hasil lab 6 Januar 2025 Full blood count Hemoglobin L 9.2 g/dl 10.70 – 14.70 Hematokrit L 28.4 % 31.00 – 43.00 Eritosit L 3.56/uL 3.70 - 5.70 Leukosit 4.4 103/uL 3.6-11.0 Trombosit 178 103/uL 150 - 440
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya massa/benjolan di wajah sisi kiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mendemonstrasikan perilaku yang menunjukkan nyeri terkontrol.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Intervensi: Lakukan pengkajian nyeri, kolaborasi pemberian analgesik, ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri, monitor efektivitas manajemen nyeri.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien, pasien mengalami nyeri akut di bagian wajah sisi kiri yang disebabkan oleh adanya massa/benjolan. Nyeri yang dirasakan pasien cukup tinggi (skala 7/10) dan menyebar ke bagian rahang bawah dan sekitar mata. Selain itu, pasien juga mengalami gejala lain seperti demam, mual, dan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri akut berhubungan dengan adanya massa/benjolan di wajah sisi kiri.
Tujuan dari pengelolaan nyeri adalah agar pasien dapat melaporkan nyeri yang terkontrol, dengan kriteria hasil berupa pasien melaporkan nyeri berkurang dan menunjukkan perilaku yang menandakan nyeri terkontrol. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian nyeri, kolaborasi pemberian analgesik, pengajaran teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta monitor efektivitas manajemen nyeri. -
Article No. 10806 | 11 Jan 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian wajah sisi kiri yang terlihat adanya benjolan. pasien mengatakan benjolan yang dirasakan sudah sejak 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan awalnya benjolan nya kecil namun berjalannya waktu benjolan semakin besar. Pasien mengatakan sudah pernah keklinik untuk melakukan pemeriksaan dan diberikan obat namun tidak ada perubahan. Kemudian pasien pergi kerumah sakit lain untuk dilakukan ct scan dan didapatkan hasil adanya massa sehingga dirujuk kerumah sakit siloam untuk dilakukannya tindakan. Keluhan saat ini: Saat ini pasien mengatakan mengeluh nyeri. Nyeri yang dirasakan saat ini pada skala 7/5 (A/I), nyeri yang dirasakan hilang timbul dan menyebar kebagian rahang bawah sampai sekitar mata. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengatakan selalu demam dalam satu minggu terakhir, pasien mengatakan ada mual namun tidak muntah. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang namun tidak ada penurunan berat badan secara drastis dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam mengunyah. Saat ini pasien rencana tindakan WLE + VC Kesadaran pasien composmentis dengan GCS E4M6V5, TD: 112/75, HR: 119 x/mnt, RR: 23 x/mnt, suhu : 37.2, spo2: 100%. BB:92 kg dan TB: 150 cm Hasil lab 6 Januar 2025 Full blood count Hemoglobin L 9.2 g/dl 10.70 – 14.70 Hematokrit L 28.4 % 31.00 – 43.00 Eritosit L 3.56/uL 3.70 - 5.70 Leukosit 4.4 103/uL 3.6-11.0 Trombosit 178 103/uL 150 - 440
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis terkait massa di wajah sisi kiri.
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang dirasakan saat ini.
- Faktor yang berhubungan: Proses patologis terkait massa di wajah sisi kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri
- Indikator:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang pada skala 1-3/10.
b. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terbatas oleh nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif (lokasi, kualitas, kuantitas, waktu timbul, faktor pencetus, dan faktor yang mempengaruhi).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi nyeri.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Manajemen Demam
- Kaji tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh, secara berkala.
- Berikan obat penurun demam sesuai dengan resep dokter.
- Pertahankan lingkungan yang nyaman dan suhu ruangan yang sejuk.
- Anjurkan intake cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
- Evaluasi respons pasien terhadap intervensi penurunan demam.
3. Peningkatan Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk nafsu makan, berat badan, dan asupan makanan.
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi dan kemampuan pasien untuk makan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat.
- Monitor asupan makanan dan cairan pasien.
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat selama perawatan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri di bagian wajah sisi kiri dengan skala 7/10, yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri ini berhubungan dengan proses patologis terkait massa di wajah sisi kiri.
Luaran yang diharapkan adalah pengurangan nyeri, di mana pasien diharapkan dapat melaporkan nyeri berkurang pada skala 1-3/10, menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terbatas oleh nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen demam, dan peningkatan nutrisi. Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, manajemen demam untuk mengatasi demam yang dialami, dan peningkatan nutrisi untuk mempertahankan status nutrisi pasien yang mengalami penurunan nafsu makan.
Semua intervensi ini perlu dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesembuhan pasien. -
Article No. 10807 | 11 Jan 2025
Klinis : IDENTITAS : Nama : NN CD Umur : 21 Tahun Agama : Islam Pendidikan : tamat SMA Pekerjaan : Berjualan Status perkawinan : Kawin Tanggal MRS : Pengkajian : Diagnosa masuk : Gatroenteritis Akut DATA PENGKAJIAN Pasien dan keluarga mengatakan jika sakit dirumah hanya minum obat warung seperti paracetamol, obat flu, jika tidak ada perubahan baru berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Jarak rumah dengan puskesmas cukup dekat. Pasien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluh BAB cair 8x/hari, disertai muntah lupa berapa kali dan pusing. Pasien mengatakan minum obat diare selama dua hari. Obat diare diminum 2 kali dalam sehari hanya 1 tablet. Dosis tersebut pasien mengira-ngira sendiri. Bukan resep dokter. Diare berkurang 3-4x/hari tetapi masih cair. Hari ke-2 baru ada demam yang naik turun dan BAB cair lagi 6-7x cair. Setelah itu pasien dan keluarga pergi untuk berobat ke RS. Pasien datang ke IGD : Kondisi pasien tampak lemah, akral dingin nadi lemah teratur. Pkl 06.00 TTV: N: 110x/mnt, RR: 23x/m, S: 38,9 C, Pkl 07.00 : TD: 90/70 mmHg. Pasien diberikan cairan infus RL 500cc. Saat diruang rawat inap keluhan mual disertai muntah 3x, BAB cair 6-7x, ada demam naik turun. Saat pengkajian pasien mengatakan masih ada mual, muntah masih ada 1x sejak makan sore, masih demam, dan kepala terasa pusing, badan lemas,dan tidak nafsu makan. Dalam satu hari hanya buang air kecil 2 kali kurang lebih 150 cc warna kuning gelap. Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan sebelum sakit sudah mengalami gangguan nafsu makan sekitar 3 hari. Ada mual dan muntah lupa berapa kali. Selama tiga hari makan 3-5 sendok kadang ½ porsi, kalau lihat makanan mual bertambah. Saat pengkajian klien mengatakan pasien tidak nafsu makan karena mual, porsi makan yang dihabiskan ¼, makan diet bubur dan jenis lunak, ada penggunaan obat sebelum makan yang diberikan suster dan tidak menggunakan alat bantu makan. Ada muntah sehari sudah 3x isi makanan kurang lebih 500 cc. Makan hanya dari rumah sakit. Setiap kali makan terasa mual. Ada penurunan BB 1 kg dalam 3 Pasien minum kurang lebih satu hari 1,5 liter jarang menghitung. Pasien BAK 5-7 x/hari, warna urin kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK. Pasien biasa BAB 1 kali/hari, dengan konsistensi padat, warna kecoklatan, tidak ada keluhan saat BAB, dan tidak menggunakan obat laxatif. Saat pengkajian pasien BAK 4 X/hari ± 500 cc (kira-kira ±150 cc sekali BAK), warna kuning, keluhan tidak ada, tidak menggunakan alat bantu BAK. BB: 60 kg. TB : 167 Cm Pasien mengatakan ada nyeri perut di bagian bawah, seperti mules dan perih, nyeri hilang timbul tidak tentu, muncul terutama saat mau BAB. Nyeri perut sudah 2 hari. Hilang setelah BAB. kala nyeri perut kurang lebih 5 dari 10 durasi tidak dihitung dirumah. Skala 4-5/10 Nyeri perut terkadang disertai dengan mual. Pasien tampak gelisah setiap kali nyeri datang, posisi tubuh meringkuk sambil memegang perut. Pasien mengatakan sulit tidur bila nyeri datang, sehingga mengantuk pada siang hari Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, Kesadaran: Compos mentis, GCS 15 (M 6 V 5 E 4). Turgor kulit kurang elastis, mukosa bibir kering. JVP: 5 -2 cmH2O (kemampuan ventrikel memompa memadai). Perpusi pembuluh perifer kuku: kembali dalam waktu < 3 detik Abdomen: nyeri tekan epigastric, Peristaltik 36 x/ mnt. Ascites tidak ada. Ekstremitas: Rentang gerak bebas. Terapi yang didapat : Ranitidine 3x30 mg IV, Ondane 3x8mg IV Metronidazole 3x 500 mg, PCT 4x 500 mg po jika demam, Lacto B 2x1 sachet, RL 1500cc/12jam , NaCl 0,9% + KCL 25 meq/12 jam Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Jenis pemeriksaan Hasil Unit/satuan Hasil rujukan Hemoglobin 13 gr/dl 12-14 Hematokrit 40 % 40– 52 Eritrosit 3.5 Juta / mmk 4.4 – 5.9 M C H 27 pg 26.00 – 34.00 M C V 90 fl 80.00 – 100.00 M C H C 34 g / dl 29.00 – 36.00 Lekosit 26.520 ribu / µl 3.80 – 10.60 Trombosit 257 ribu / µl 150.0 – 400.0 Gula darah sewaktu 153 mg/dl 70-180 Na 129 mmol/L 132-145 K 2,8 mmol/L 3,1-5,1 Ch 99 mmol/L 99-111 Pemeriksaan FL Leukosit 6-7 0-4 Jamur Tidak ada Tidak ditemukan Tidak ada Amoeba ditemukan Tidak ditemukan Tidak ada Darah samar ++ Tidak ditemukan Tidak ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia, Mual, dan Muntah
2. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan Diare, Muntah, dan Asupan Cairan Tidak Adekuat
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Gastroenteritis
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan
- Pasien menunjukkan asupan makanan yang adekuat
- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
2. Risiko Dehidrasi:
- Pasien menunjukkan status hidrasi yang memadai
- Pasien menunjukkan intake cairan yang adekuat
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
3. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien menunjukkan perilaku nyaman
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa hambatan nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Atur pola makan sesuai toleransi pasien (diet lunak, bubur)
- Pantau asupan dan keluaran nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Berikan dukungan dan edukasi untuk meningkatkan nafsu makan
2. Risiko Dehidrasi:
- Monitor tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien secara berkala
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi cairan oral yang cukup
- Pantau intake dan output cairan pasien
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (posisi nyaman, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik
Pemantauan dan evaluasi terhadap luaran dan intervensi keperawatan yang telah diberikan harus dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan dan mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10809 | 11 Jan 2025
Klinis : gangguan pola tidur pada pasien menopause
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dokter. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi gangguan pola tidur pada pasien menopause:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G47.0
- Deskripsi: Insomnia non-organik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.41
- Deskripsi: Polisomnografi, pemantauan pada satu malam
Penjelasan:
- Kode ICD-10 G47.0 (Insomnia non-organik) digunakan untuk menggambarkan gangguan pola tidur yang tidak disebabkan oleh kondisi medis atau faktor lingkungan. Pada pasien menopause, insomnia yang terjadi dapat disebabkan oleh perubahan hormonal dan gejala menopause lainnya.
- Kode ICD-9-CM 94.41 (Polisomnografi, pemantauan pada satu malam) dapat digunakan untuk prosedur pemantauan pola tidur pasien selama semalam di laboratorium tidur. Hal ini dapat membantu dalam mendiagnosis dan mengevaluasi penyebab gangguan tidur pada pasien menopause.
Jika diperlukan, pemeriksaan lain seperti evaluasi hormonal, pemeriksaan penyakit penyerta, atau konsultasi dengan spesialis terkait juga dapat dilakukan untuk menentukan penyebab dan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 10810 | 11 Jan 2025
Klinis : gangguan pola tidur pada pasien menopause
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pola tidur pada pasien menopause.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Tidur: Gangguan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
- Karakteristik Utama: Sulit memulai atau mempertahankan tidur, bangun terlalu awal, kualitas tidur buruk, dan merasa tidak segar saat bangun.
- Faktor Terkait: Perubahan hormonal, nyeri, kecemasan, depresi, gaya hidup yang tidak teratur, dan lingkungan yang tidak nyaman.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Istirahat Tidur yang Efektif: Tercapainya pola tidur yang adekuat untuk memulihkan energi.
- Indikator: Lama tidur yang adekuat, gangguan tidur minimal, merasa segar setelah bangun, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Pola Tidur: Tindakan untuk memfasilitasi dan mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Aktivitas: Mengkaji pola tidur, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tidur, memberikan edukasi tentang higiene tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Sebagai perawat, kami berkomitmen untuk membantu pasien menopause yang mengalami gangguan pola tidur dengan pendekatan holistik sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Kami akan bekerja sama dengan pasien untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi tidur dan membantu menciptakan pola tidur yang optimal.