Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12725 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa gangguan mobilitas fisik pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa diantara ini: Kerusakan integritas struktur tulang Perubahan metabolisme Ketidakbugaran fisik Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Keterlambatan perkembangan Kekakuan sendi Kontraktur Malnutrisi Gangguan musculoskeletal Gangguan neuromuscular Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia Efek agen farmakologis Program pembatasan gerak Nyeri Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik Kecemasan Gangguan kognitif Keengganan melakukan pergerakan Gangguan sensori-persepsi pilih satu saja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi gangguan mobilitas fisik pada persalinan kala 1-4 yang berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan, perpindahan, atau kemampuan melakukan aktivitas fisik secara mandiri di lingkungan.
Penurunan kekuatan otot dapat menjadi faktor yang berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik pada ibu bersalin, karena otot-otot yang terlibat dalam proses persalinan dapat mengalami kelemahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Mobilitas Fisik Teratasi, yang ditandai dengan kriteria hasil seperti kemampuan untuk bergerak secara bebas, tidak ada pembatasan dalam pergerakan, dan kemampuan melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Manajemen Mobilitas: Memfasilitasi pergerakan dan perpindahan yang aman dan mandiri.
b. Terapi Latihan: Meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas otot.
c. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami selama proses persalinan.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan dukungan terkait aktivitas fisik yang aman selama persalinan.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan mobilitas fisik, serta menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai mobilitas fisik yang optimal selama proses persalinan. -
Article No. 12726 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa diantara ini: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tirah baring Kelemahan Imobilitas Gaya hidup monoton
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, dan gaya hidup monoton.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan, dan pasien dapat beradaptasi dengan perubahan aktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Peningkatan Mobilitas, dan Perawatan Pergerakan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengevaluasi toleransi aktivitas, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas, memfasilitasi aktivitas sesuai kemampuan, mengajarkan teknik konservasi energi, dan membantu mobilisasi sesuai kondisi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan
Nurse: Berdasarkan standar keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan adalah Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen. Penjelasan singkatnya adalah bahwa pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, serta faktor-faktor lain seperti tirah baring, kelemahan, imobilitas, dan gaya hidup monoton. -
Article No. 12727 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi individu terhadap keterbatasan tersebut.
Kondisi intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 dapat berhubungan dengan:
1. Nyeri persalinan
2. Kelelahan akibat kontraksi uterus yang berkepanjangan
3. Efek samping dari obat-obatan yang digunakan selama proses persalinan
4. Komplikasi persalinan, seperti perdarahan, preeklampsia, atau distosia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan intoleransi aktivitas selama persalinan kala 1-4 adalah:
1. Pasien dapat beristirahat dengan cukup
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai kondisi
3. Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
4. Pasien dapat mengatasi nyeri persalinan dengan baik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 meliputi:
1. Manajemen nyeri
2. Manajemen kelelahan
3. Peningkatan istirahat dan tidur
4. Edukasi tentang teknik relaksasi dan manajemen energi
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan) untuk penanganan komplikasi persalinan.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengatasi intoleransi aktivitas selama proses persalinan kala 1-4 dan mencapai hasil pemulihan yang optimal. -
Article No. 12728 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa defisit pengetahuan pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan terkait Persalinan Kala 1-4
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Defisit Pengetahuan adalah "Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu."
Dalam kasus ini, Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi atau pemahaman pasien terkait proses persalinan pada kala 1 hingga kala 4.
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), pasien dengan Defisit Pengetahuan terkait Persalinan Kala 1-4 dapat memiliki beberapa luaran keperawatan, di antaranya:
1. Pengetahuan tentang proses persalinan
2. Partisipasi dalam proses persalinan
3. Kontrol rasa nyeri selama persalinan
Untuk mencapai luaran tersebut, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), seperti:
1. Edukasi tentang proses persalinan kala 1-4
2. Manajemen nyeri selama persalinan
3. Dukungan emosional selama persalinan
Melalui intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh pengetahuan yang cukup terkait proses persalinan, sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dan mengelola rasa nyeri dengan lebih baik selama proses persalinan. -
Article No. 12729 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa defisit pengetahuan pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "defisit pengetahuan pada persalinan kala 1-4" adalah "Defisit Pengetahuan". Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu". Dalam kasus ini, pasien mengalami kekurangan pengetahuan terkait proses persalinan kala 1-4, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam perawatan diri selama proses ini.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan hal-hal berikut:
1. Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang proses persalinan kala 1-4.
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala persalinan kala 1-4.
3. Pasien dapat menjelaskan peran dan tanggung jawab mereka selama proses persalinan kala 1-4.
4. Pasien dapat menyebutkan setidaknya 3 strategi koping yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan dan nyeri selama persalinan kala 1-4.
5. Pasien dapat menjelaskan kapan harus mencari bantuan profesional selama proses persalinan kala 1-4.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asesmen: Kaji pengetahuan pasien tentang proses persalinan kala 1-4, termasuk tanda-tanda dan gejala, peran dan tanggung jawab pasien, serta manajemen nyeri dan kecemasan.
2. Edukasi: Berikan edukasi terstruktur dan terperinci tentang proses persalinan kala 1-4, termasuk perubahan fisiologis, manajemen nyeri dan kecemasan, serta peran dan tanggung jawab pasien.
3. Pemberian Informasi: Sediakan materi edukasi tertulis, video, atau sumber informasi lainnya yang dapat membantu pasien memahami proses persalinan kala 1-4.
4. Diskusi: Lakukan diskusi interaktif dengan pasien dan keluarga untuk memastikan pemahaman mereka, serta mengidentifikasi dan mengatasi kesalahpahaman atau kekhawatiran yang mungkin ada.
5. Praktik Demonstrasi: Bimbing pasien untuk mempraktikkan teknik-teknik manajemen nyeri dan kecemasan, seperti napas dalam, relaksasi, dan posisi yang nyaman selama persalinan.
6. Dukungan Emosional: Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan pasien selama proses ini, serta dorong pasien untuk mengekspresikan kekhawatiran atau pertanyaan.
7. Koordinasi Perawatan: Kolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya, seperti bidan atau dokter, untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang komprehensif selama persalinan kala 1-4.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam menghadapi proses persalinan kala 1-4, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 12730 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Keterbatasan Fisik selama Persalinan Kala 1-4
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- Penyebab yang berhubungan: Keterbatasan Fisik, seperti keterbatasan gerak, kelelahan, atau nyeri selama proses persalinan kala 1-4.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lain yang tidak diinginkan.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat mempertahankan aktivitas sesuai dengan kapasitas dan toleransinya selama proses persalinan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi, memodifikasi, atau membatasi aktivitas fisik atau mental pasien, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi Keperawatan: Monitoring tanda-tanda vital, manajemen nyeri, pengaturan posisi dan istirahat yang cukup, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pasien selama persalinan.
Dalam kesimpulan, diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan keterbatasan fisik, seperti kelelahan, nyeri, dan keterbatasan gerak yang dialami pasien selama proses persalinan. Perawat berperan penting dalam memfasilitasi, memodifikasi, dan membatasi aktivitas pasien agar dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan memenuhi kebutuhan pasien selama proses persalinan. -
Article No. 12731 | 22 Feb 2025
Klinis : diagnosa intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 berhubungan dengan apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi intoleransi aktivitas pada persalinan kala 1-4 adalah Intoleransi Aktivitas. Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Dalam kasus persalinan kala 1-4, intoleransi aktivitas dapat terjadi karena proses persalinan yang membutuhkan banyak energi dan dapat menyebabkan kelelahan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas harian tanpa mengalami kelelahan atau kehabisan energi berlebih.
2. Pemulihan Energi: Kemampuan individu untuk memulihkan kembali energi yang telah terkuras selama proses persalinan.
3. Manajemen Energi: Kemampuan individu untuk mengatur dan menggunakan energi secara efektif selama proses persalinan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Energi:
a. Identifikasi aktivitas yang membutuhkan banyak energi selama proses persalinan.
b. Bantu pasien mengatur dan menggunakan energi secara efektif.
c. Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi, seperti mengatur posisi tubuh yang nyaman, melakukan aktivitas ringan, dan beristirahat secara teratur.
2. Manajemen Aktivitas:
a. Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas harian selama proses persalinan.
b. Monitoring tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menyesuaikan rencana aktivitas pasien.
3. Dukungan Emosional:
a. Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk tetap aktif selama proses persalinan.
b. Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi toleransi aktivitas pasien, seperti kecemasan atau nyeri.
c. Dorong pasien untuk terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait aktivitas.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, memulihkan energi, dan mengelola energi secara efektif selama proses persalinan kala 1-4, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 12732 | 22 Feb 2025
Klinis : apa saja diagnosa yang sering muncul pada persalinan kala 1-4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan tentang Diagnosa Keperawatan, SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi persalinan kala 1-4.
Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul pada Persalinan Kala 1-4:
1. Nyeri Persalinan
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kontraksi uterus, pembukaan serviks, dan penurunan janin selama proses persalinan.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Ketidakefektifan Kontraksi Uterus
- Definisi: Perubahan pola kontraksi uterus yang tidak efektif untuk memfasilitasi penurunan dan/atau kelahiran janin.
- SDKI: Gangguan Proses Persalinan
- SLKI: Keberhasilan Persalinan
- SIKI: Manajemen Persalinan
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan proliferasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
4. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kontrol Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
5. Risiko Perdarahan
- Definisi: Rentan mengalami hilangnya darah yang berlebihan selama atau setelah persalinan.
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pencegahan Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Sebagai perawat profesional, saya akan memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien selama proses persalinan. Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, saya akan mengidentifikasi masalah keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, dan memantau luaran yang diharapkan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. -
Article No. 12733 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Ny. W yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dada dan pneumonia.
2. Penurunan volume cairan berhubungan dengan demam, malnutrisi, dan peningkatan metabolisme.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, nyeri sendi, dan malnutrisi.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia dan trombositopenia.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik (rambut rontok, bercak kulit).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan pola napas
- SDKI: Gangguan ventilasi dan oksigenasi yang menyebabkan pertukaran gas tidak adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengatasi gangguan pola napas, seperti terapi oksigen, pengaturan posisi, dan tindakan suportif pernapasan.
2. Penurunan volume cairan
- SDKI: Penurunan cairan dalam tubuh yang menyebabkan ketidakseimbangan antara intake dan output cairan.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengatasi penurunan volume cairan, seperti pemberian cairan intravena, monitoring tanda-tanda dehidrasi, dan edukasi asupan cairan.
3. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam memfasilitasi peningkatan toleransi dan kapasitas aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengatasi intoleransi aktivitas, seperti manajemen energi, edukasi aktivitas, dan rehabilitasi.
4. Perubahan perfusi jaringan
- SDKI: Perubahan aliran darah ke jaringan tubuh yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan nutrisi pada jaringan.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam mempertahankan dan meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengatasi perubahan perfusi jaringan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen anemia, dan tindakan hemodinamik.
5. Risiko infeksi
- SDKI: Peningkatan rentan atau mudah terserang infeksi.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam mencegah dan mengendalikan infeksi.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengurangi risiko infeksi, seperti pemberian antibiotik, manajemen sistem imun, dan tindakan pencegahan infeksi.
6. Gangguan citra tubuh
- SDKI: Perubahan persepsi atau gambaran mental individu terhadap penampilan fisiknya.
- SLKI: Intervensi keperawatan dalam memfasilitasi penerimaan dan penyesuaian individu terhadap perubahan citra tubuh.
- SIKI: Tindakan keperawatan dalam mengatasi gangguan citra tubuh, seperti konseling, terapi suportif, dan edukasi. -
Article No. 12734 | 22 Feb 2025
Klinis : Ny. W berusia 42 tahun, seorang ibu IRT masuk rumah sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh, nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri menelan dan demam. Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala ataupun demam. Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS. Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan dan mengalami penurunan berat badan 6 Kg. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah MRS. Batuk hilang timbul, disertai dahak kental, berwarna putih, volume sekitar 1⁄4 sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu berat. Batuk juga tidak disertai darah. Pasien menyangkal mengalami sesak, rasa berdebar dan nyeri dada. Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki. Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul, tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3 bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin. Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti dengan yang dialami sekarang. MRS 2 tahun yang lalu selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus. Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau penyakit persendian tidak ada. Tidak ada Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah= 116/79 mmHg; denyut jantung= 114x/mnt; RR= 18x/mnt; suhu tubuh= 38.0°C; berat badan= 47.8 Kg; Tinggi badan= 163 cm. Terlihat bercak eritomatosa berbatas tegas, seperti kupu-kupu, dan melintasi batang hidung tanpa mengenai nasolabial. Conjungtiva anemis. Terlihat rambut tipis dan rontok. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran bervariasi yang tidak ada keluhan nyeri pada submandibular dan supraklavikula. Pasien dalam keadaan sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan Laboratorium Hb = 7.5 g/dl, Trombosit = 60.000/mm3, Leukosit= 3000/mm3, Limposit 700/mm3 , ANA Positif, anti-dsDNA meningkat, komplemen C3 dan C4 menurun. Pemeriksaan urin: keton +1, urobilinogen +1, bilirubin +1, eritrosit +3 Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaa thoraks AP didapatkan kesan pneumonia. Penatalaksanaan dan pengobatan: Diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin = 1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. diagnosa keperawatan sesuai kasus pasien dengan LES
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang sesuai dengan kasus Ny. W.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
2. Intoleransi aktivitas
3. Nyeri akut
4. Risiko infeksi
5. Perubahan perfusi jaringan
6. Gangguan citra tubuh
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Indikator: Berat badan, asupan makanan dan cairan, status otot, kadar albumin
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, asupan makanan dan cairan yang adekuat, status otot yang membaik, dan kadar albumin dalam batas normal.
2. Intoleransi aktivitas
- Indikator: Kelelahan, kelemahan, keterbatasan dalam melakukan aktivitas
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas dan toleransi aktivitas yang membaik.
3. Nyeri akut
- Indikator: Skala nyeri, perilaku nyeri
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang dan dapat beraktivitas dengan nyaman.
4. Risiko infeksi
- Indikator: Tanda-tanda infeksi, hasil laboratorium
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi dan hasil laboratorium dalam batas normal.
5. Perubahan perfusi jaringan
- Indikator: Tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, kapiler refill
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik.
6. Gangguan citra tubuh
- Indikator: Persepsi pasien terhadap perubahan fisik, perilaku yang menunjukkan gangguan citra tubuh
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat menerima perubahan fisik yang terjadi dan menunjukkan perilaku yang positif terkait citra tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Monitor asupan makanan dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan dengan kalori dan protein yang tinggi
- Lakukan asuhan keperawatan nutrisi
2. Intoleransi aktivitas
- Identifikasi faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas
- Berikan tindakan untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik bertahap
- Berikan edukasi mengenai manajemen energi
3. Nyeri akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri
4. Risiko infeksi
- Lakukan pengkajian tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik
- Berikan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, prosedur aseptik, dan perawatan luka
5. Perubahan perfusi jaringan
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi cairan dan obat-obatan
- Berikan tindakan untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti posisi pasien
6. Gangguan citra tubuh
- Identifikasi persepsi pasien terhadap perubahan fisik
- Berikan dukungan psikologis dan edukasi mengenai perubahan fisik
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik dan menggunakan pendekatan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan.