Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10829 | 12 Jan 2025
Klinis : Bayi baru lahir kuning, tampak sklera ikterik, bayi aktif dan mampu menangis kuat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: P59.9
- Deskripsi: Ikterus neonatorum, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Berdasarkan kondisi yang diberikan, di mana bayi baru lahir menunjukkan tanda-tanda ikterus (kulit dan sklera kekuningan), diagnosis yang sesuai adalah ikterus neonatorum yang tidak diklasifikasikan di tempat lain (P59.9). Ikterus neonatorum merupakan kondisi umum yang terjadi pada bayi baru lahir akibat peningkatan bilirubin dalam darah. Dalam kasus ini, tidak ada informasi spesifik mengenai penyebab ikterus, sehingga kode P59.9 digunakan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini. Penanganan ikterus neonatorum umumnya melibatkan pemantauan, pemberian terapi fototerapi, atau terapi pengganti cairan, tergantung pada keparahan dan penyebab ikterus.
Dalam kasus ini, tidak ada informasi mengenai prosedur atau tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat ditentukan. Penanganan ikterus neonatorum biasanya akan disesuaikan dengan kondisi klinis bayi dan pertimbangan medis dari dokter yang menangani. -
Article No. 10830 | 12 Jan 2025
Klinis : Bayi baru lahir kuning, tampak sklera ikterik, bayi aktif dan mampu menangis kuat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi bayi baru lahir yang mengalami ikterik, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hiperbilirubinemia
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana terjadi penurunan sirkulasi oksigen dan zat gizi ke jaringan perifer sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan bilirubin, gangguan vaskuler, dan penurunan curah jantung.
- Karakteristik: Kulit dan sklera tampak ikterik, bayi aktif dan mampu menangis kuat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer membaik, ditandai dengan penurunan tingkat ikterus, bayi terlihat lebih segar, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital bayi secara rutin.
- Lakukan perawatan kulit untuk mendeteksi secara dini tanda-tanda ikterus.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi fototerapi atau eksanguinotransfusi jika diperlukan.
- Edukasi kepada orang tua tentang perawatan bayi dengan ikterus.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu menangani kondisi bayi baru lahir dengan ikterik secara komprehensif, mencakup diagnosis, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 10831 | 12 Jan 2025
Klinis : Seorang laki laki berusia 48 tahun menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sejak 8 tahun yang lalu dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Klien mengatakan sesaknya semakin. bertambah berat sejak 1 minggu terakhir sehingga menyebabkan klien sulit bernafas dan saat beraktivitas. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil tekanan darah 160/90mmHg, Nadi97 x/menit, frekuensi pernapasan 34x/menit. Hasil pemeriksaan faal paru diketahui hasil VEP1/KVP < 70% VEP1<30% prediksi, hasil pemeriksaan X-Ray tampak hipertrofi ventrikel kanan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Intoleransi aktivitas
3. Penurunan curah jantung
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- SDKI: Bersihan jalan nafas tidak efektif
- SLKI: Bersihan jalan nafas
- SIKI: Manajemen jalan napas
Penjelasan: Pasien mengalami sesak napas yang semakin berat, ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam bersihan jalan napas.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Toleransi aktivitas
- SIKI: Manajemen aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan bernapas saat beraktivitas, yang menandakan adanya intoleransi terhadap aktivitas.
3. Penurunan curah jantung
- SDKI: Penurunan curah jantung
- SLKI: Perfusi jaringan
- SIKI: Manajemen sirkulasi
Penjelasan: Adanya hipertrofi ventrikel kanan pada hasil pemeriksaan X-Ray menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung, yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 10832 | 12 Jan 2025
Klinis : Perawatan bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk perawatan bayi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mengatur ventilasi yang adekuat, yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Prematuritas, gangguan neurologis, anomali kongenital, infeksi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Imaturitas sistem imun, prosedur invasif, malnutrisi.
3. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Rentan terhadap kerusakan pada epidermis dan/atau dermis, yang dapat mengancam kesehatan.
- Penyebab: Imaturitas kulit, prosedur invasif, malnutrisi.
4. Gangguan Tidur
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai, mempertahankan, atau memperoleh kualitas dan kuantitas tidur yang diinginkan.
- Penyebab: Imaturitas, nyeri, lingkungan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah panduan resmi yang dikeluarkan oleh PPNI untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang menjelaskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang berisi tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, sistematis, dan berkualitas tinggi, terutama dalam perawatan bayi yang membutuhkan perhatian khusus. -
Article No. 10833 | 12 Jan 2025
Klinis : Perawatan bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perawatan bayi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipotermia
- Definisi: Kondisi di mana bayi mengalami penurunan suhu tubuh di bawah batas normal.
- Faktor risiko: Paparan lingkungan yang dingin, kurangnya pakaian atau selimut yang memadai, kurangnya asupan nutrisi.
2. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Faktor risiko: Ketidaknyamanan, stres, dan perubahan lingkungan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Kondisi di mana bayi berisiko mengalami infeksi.
- Faktor risiko: Paparan patogen, imunitas yang rendah, prosedur invasif, dan lingkungan yang tidak higienis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan respons individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan. Standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan konsistensi dan kualitas dalam proses pengkajian dan penegakan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hasil atau luaran keperawatan yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Standar ini membantu perawat dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien. Standar ini memberikan panduan bagi perawat dalam memilih dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal dalam perawatan bayi. -
Article No. 10834 | 12 Jan 2025
Klinis : Perawatan bayi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Perawatan Bayi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perawatan bayi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Resiko Perfusi Jaringan Terganggu
Definisi: Resiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih jaringan tubuh.
Penyebab yang mungkin terkait: Prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Kejang, Dehidrasi, Gagal Jantung Kongestif.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab yang mungkin terkait: Sekresi berlebihan, Kelemahan otot pernapasan, Penyakit paru-paru.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Resiko terpapar mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
Penyebab yang mungkin terkait: Prematuritas, Prosedur invasif, Imunitas rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Capillary Refill Time (CRT) ≤ 3 detik
- Suhu kulit hangat dan simetris
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan atau penurunan tekanan darah
2. Jalan Napas Terbuka
- Pasien bebas dari sumbatan jalan napas
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada wheezing atau suara napas tambahan
3. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, bengkak, nyeri)
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
- Tidak ada riwayat infeksi baru
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Resiko Perfusi Jaringan Terganggu:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Lakukan pengukuran CRT dan suhu kulit
- Pertahankan posisi yang memfasilitasi perfusi jaringan yang optimal
- Berikan dukungan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau dan atasi penyebab yang mengganggu perfusi, seperti kejang atau dehidrasi
2. Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan pola napas
- Lakukan suction jalan napas sesuai kebutuhan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pertahankan posisi yang memfasilitasi ekspansi dada
- Ajarkan teknik batuk efektif atau fisioterapi dada
- Berikan bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi
3. Untuk Risiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi secara teratur
- Pertahankan teknik aseptik saat melakukan prosedur invasif
- Berikan imunisasi sesuai usia dan status imunisasi
- Berikan nutrisi yang adekuat untuk mendukung sistem imun
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antibiotik atau intervensi lain sesuai indikasi
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan diagnosa keperawatan, diharapkan dapat dicapai luaran/output yang optimal bagi perawatan bayi, sehingga dapat mencegah komplikasi dan memfasilitasi pemulihan kondisi bayi. -
Article No. 10835 | 12 Jan 2025
Klinis : Perawatan bayi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi "Perawatan Bayi":
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perawatan Bayi", antara lain:
1. Risiko Infeksi: Kondisi di mana bayi berisiko mengalami masuknya dan berkembangbiaknya mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh sistem imun yang belum matang, paparan dengan lingkungan yang tidak steril, atau prosedur perawatan yang tidak higienis.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kondisi di mana asupan makanan atau cairan yang masuk ke dalam tubuh bayi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan oleh masalah pada pemberian makan, penyakit, atau faktor lainnya.
3. Gangguan Pola Tidur: Kondisi di mana bayi mengalami gangguan pada jumlah, kualitas, atau pola tidurnya yang dapat memengaruhi fungsi tubuh dan perkembangannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lingkungan, nyeri, atau pola asuh yang tidak sesuai.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
- Bayi menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Bayi tidak mengalami infeksi selama perawatan.
- Bayi menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Bayi menunjukkan peningkatan berat badan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
- Bayi menunjukkan tumbuh kembang yang sesuai dengan usia.
- Bayi mengonsumsi makanan/cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Bayi dapat tidur dengan nyenyak dan lamanya tidur sesuai dengan usia.
- Bayi menunjukkan perilaku yang rileks saat bangun tidur.
- Bayi mengalami peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
- Memonitor tanda-tanda vital bayi.
- Melakukan perawatan dan pencegahan infeksi sesuai prosedur.
- Memantau dan mencatat intake dan output bayi.
- Mengajarkan keluarga tentang perawatan bayi yang higienis.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Menilai kebutuhan nutrisi bayi berdasarkan usia, berat badan, dan kondisi klinis.
- Menyusun rencana pemberian makanan/cairan yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
- Mengawasi dan mendukung pemberian makanan/cairan pada bayi.
- Mengajarkan keluarga tentang pemenuhan nutrisi yang tepat untuk bayi.
3. Gangguan Pola Tidur:
- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk tidur bayi.
- Mengatur pola tidur bayi sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
- Memberikan intervensi yang dapat membantu bayi mencapai pola tidur yang adekuat.
- Mengajarkan keluarga tentang pentingnya pola tidur yang baik untuk tumbuh kembang bayi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi, perawat harus memperhatikan kondisi klinis bayi, kebutuhan spesifik, dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan. Perawat juga harus menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan keamanan demi mencapai hasil yang optimal bagi bayi. -
Article No. 10836 | 12 Jan 2025
Klinis : Retensi Urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Retensi urin merupakan ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan tonus otot detrusor, obstruksi saluran kemih, atau gangguan saraf.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan retensi urin meliputi kemampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap, pemeliharaan fungsi vesika urinaria, serta pencegahan komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi retensi urin antara lain pemasangan kateter urin, pemberian obat-obatan, latihan Kegel, dan edukasi mengenai manajemen retensi urin. Perawat juga perlu memantau intake dan output cairan, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dalam penanganan retensi urin, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosis keperawatan yang tepat, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, juga diperlukan untuk memastikan penanganan yang optimal. -
Article No. 10837 | 12 Jan 2025
Klinis : retensi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi retensi urin.
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Definisi:
Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
SDKI:
Karakteristik Utama:
- Kesulitan untuk mengosongkan kandung kemih
- Rasa tidak nyaman di daerah suprapubik
- Peningkatan frekuensi berkemih
Faktor Berhubungan:
- Obstruksi aliran urin
- Kelemahan otot detrusor
- Penurunan sensasi berkemih
SLKI:
Luaran yang Diharapkan:
- Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap
- Pasien dapat berkemih secara normal
- Pasien tidak mengalami rasa tidak nyaman di daerah suprapubik
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
- Monitor tanda dan gejala retensi urin
- Fasilitasi kemampuan berkemih pasien
- Ajarkan latihan otot dasar panggul (Kegel)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi, jika perlu
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi kondisi retensi urin pada pasien. -
Article No. 10838 | 12 Jan 2025
Klinis : Retensi Urin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi retensi urin, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Retensi Urin:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi retensi urin berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Retensio Urin". Retensio Urin didefinisikan sebagai kondisi ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pola Berkemih Kembali Normal: Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap dan lancar sesuai kebutuhan.
2. Tidak Ada Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat retensi urin, seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia urin, atau kerusakan ginjal.
3. Tingkat Kecemasan Menurun: Pasien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan terkait kondisi retensi urin.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan retensi urin adalah:
1. Manajemen Retensio Urin:
a. Kaji penyebab dan tanda-tanda retensi urin.
b. Lakukan tindakan pemberian kateter sesaat atau tetap untuk membantu pengosongan kandung kemih.
c. Monitor intake dan output cairan, serta karakteristik urin.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen retensi urin.
2. Manajemen Rasa Tidak Nyaman:
a. Kaji tingkat kecemasan dan rasa tidak nyaman yang dialami pasien.
b. Berikan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan.
c. Berikan obat-obatan analgesik atau antikolinergik sesuai indikasi.
3. Pencegahan Komplikasi:
a. Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih.
b. Berikan edukasi tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah komplikasi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan retensi urin dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola berkemih yang kembali normal, tidak ada komplikasi, dan penurunan tingkat kecemasan. Asuhan keperawatan yang tepat dan terstruktur sangat penting dalam pengelolaan kondisi retensi urin.