Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10926 | 14 Jan 2025
Klinis : Pasien mengatakan kepala pusing cekot cekot Tensi 190/110 mmHg Nadi 91x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
- Pasien menunjukkan gejala pusing dan tekanan darah tinggi (190/110 mmHg), yang sesuai dengan kriteria diagnostik untuk hipertensi esensial (primer) berdasarkan kode ICD-10 I10.
- Hipertensi esensial (primer) adalah jenis hipertensi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, tetapi terjadi tanpa penyebab yang jelas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.81
- Deskripsi: Pengukuran tekanan darah
Penjelasan:
- Prosedur pengukuran tekanan darah dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau kondisi hipertensi pasien, yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 99.81.
- Prosedur ini merupakan tindakan rutin yang dilakukan untuk mengevaluasi status kardiovaskular pasien.
Dengan demikian, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah hipertensi esensial (primer) dengan kode ICD-10 I10, dan prosedur yang dilakukan adalah pengukuran tekanan darah dengan kode ICD-9-CM 99.81. -
Article No. 10841 | 13 Jan 2025
Klinis : Pasien Ny.S berusia 62 tahun di rawat dibangsal sakura pada tanggal 6 Januari 2025, pasien datang ke Instalasi Bedah Sentral pada tanggal 7 Januari 2024 pada pukul 15.45 WIB dengan diagnosa medis Union Humerus Dextra. Pasien sebelumnya pernah dilakukan pemasangan pen pada Desember 2023 di RSUD dr. Soeratno Gemolong akibat terjatuh sehingga diharuskan pemasangan pen pada lengan kanan atas. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan walaupun ini bukan operasi pertamanya tetapi tetap merasa cemas karena takut jika waktu pemulihannya akan lama seperti operasi yang pertama, pasien juga mengatakan apakah jika pen tersebut dilepas fungsi tangannya akan baik-baik, selama pengkajian pasien tampak gelisah dan sering bertanya terkait kondisinya tersebut. Pada saat operan data didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 133/80 mmHg, N: 73x/menit, S: 36oC, RR: 20x/menit, SpO2: 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Ibu. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien Ny. S yang Ibu paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan berhubungan dengan proses penyembuhan yang lama pasca operasi, ditandai dengan pasien merasa cemas, gelisah, dan sering bertanya terkait kondisinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Penurunan tingkat kecemasan, dengan kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
b. Pasien dapat melakukan strategi koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan.
c. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
d. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan tenang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
a. Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan pada pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi penyebab kecemasan dan strategi koping yang efektif.
c. Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi untuk mengurangi kecemasan.
d. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pasien.
e. Berikan informasi yang jelas dan akurat terkait rencana perawatan dan proses penyembuhan.
f. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya secara terbuka.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya psikolog) untuk intervensi tambahan jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Kecemasan" dipilih karena pasien Ny. S menunjukkan tanda-tanda kecemasan, seperti gelisah dan sering bertanya terkait kondisinya. Pasien cemas karena takut jika waktu pemulihan akan lama seperti operasi sebelumnya. Luaran/output yang diharapkan adalah penurunan tingkat kecemasan pasien, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan seperti manajemen kecemasan. Intervensi tersebut bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, menciptakan lingkungan yang tenang, memberikan informasi yang jelas, dan mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 10842 | 13 Jan 2025
Klinis : Pasien Ny.S berusia 62 tahun di rawat dibangsal sakura pada tanggal 6 Januari 2025, pasien datang ke Instalasi Bedah Sentral pada tanggal 7 Januari 2024 pada pukul 15.45 WIB dengan diagnosa medis Union Humerus Dextra. Pasien sebelumnya pernah dilakukan pemasangan pen pada Desember 2023 di RSUD dr. Soeratno Gemolong akibat terjatuh sehingga diharuskan pemasangan pen pada lengan kanan atas. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan walaupun ini bukan operasi pertamanya tetapi tetap merasa cemas karena takut jika waktu pemulihannya akan lama seperti operasi yang pertama, pasien juga mengatakan apakah jika pen tersebut dilepas fungsi tangannya akan baik-baik, selama pengkajian pasien tampak gelisah, bingung dan sering bertanya terkait kondisinya tersebut. Pada saat operan data didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 133/80 mmHg, N: 73x/menit, S: 36oC, RR: 20x/menit, SpO2: 98%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan, ketidakpastian hasil, dan proses penyembuhan yang lama, ditandai dengan pasien merasa gelisah, bingung, dan sering bertanya terkait kondisinya.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prognosis dan fungsi tangan setelah pelepasan pen, ditandai dengan pasien menanyakan apakah fungsi tangannya akan baik-baik setelah pelepasan pen.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Pasien dapat melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan tenang
2. Pengetahuan Tentang Kesehatan Meningkat
- Pasien dapat menjelaskan prognosis dan fungsi tangan setelah pelepasan pen
- Pasien dapat menyebutkan tujuan dan proses pembedahan yang akan dilakukan
- Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala komplikasi yang perlu dilaporkan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Kecemasan:
- Lakukan asesmen kecemasan dengan menggunakan alat ukur yang sesuai (misal: Skala Kecemasan Beck)
- Berikan informasi tentang prosedur pembedahan, proses penyembuhan, dan prognosis yang realistis untuk mengurangi ketidakpastian
- Latih teknik relaksasi (napas dalam, distraksi, visualisasi) untuk mengatasi kecemasan
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien untuk mengurangi kecemasan
- Monitoring tanda-tanda vital dan respons emosional pasien selama proses perawatan
2. Intervensi untuk Kurang Pengetahuan:
- Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, prognosis, dan proses perawatan yang akan dilakukan
- Berikan informasi yang jelas dan mudah dipahami terkait kondisi, prognosis, dan proses perawatan yang akan dilakukan
- Libatkan keluarga dalam memberikan edukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien
- Berikan kesempatan bagi pasien dan keluarga untuk bertanya dan menyampaikan kekhawatiran
- Evaluasi pemahaman pasien secara berkala dan berikan umpan balik yang konstruktif
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien Ny.S adalah Kecemasan dan Kurang Pengetahuan. Pasien merasa cemas karena takut jika waktu pemulihan akan lama seperti operasi sebelumnya, dan juga kurang pengetahuan tentang prognosis dan fungsi tangan setelah pelepasan pen.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) adalah Tingkat Kecemasan Terkendali dan Pengetahuan Tentang Kesehatan Meningkat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan pemahaman pasien terkait kondisi, prognosis, dan proses perawatan yang akan dilakukan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi asesmen kecemasan, pemberian informasi yang jelas, latihan relaksasi, pelibatan keluarga, serta evaluasi pemahaman pasien secara berkala. Tujuannya adalah membantu pasien mengatasi kecemasan dan meningkatkan pengetahuannya, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses perawatan dan pemulihan.
Diharapkan dengan intervensi yang komprehensif, pasien Ny.S dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengalami proses perawatan yang optimal. -
Article No. 10843 | 13 Jan 2025
Klinis : Pasien dilakukan tindakan Operasi ROI (Removal Of Implant) dengan posisi supine dan pasien terpasang nasal kanul 5 lpm. Sebelum dilakukan anestesi pasien diberikan premedikasi injeksi IV Ondansentron 4mg dan injeksi dexametason 5mg. Setelah itu pasien dilakukan general anestesi menggunakan propofol 100mg melalui IV dan Isoflurane melalui inhalasi alat anestesi, setelah pasien tidak sadar pasien dipasang intubasi untuk mencegah terjadinya aspirasi dan untuk melakukan pergantian nafas spontan dari mesin anestesi. Dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital TD: 140/90mmHg, N: 92x/menit, RR: 25x/menit SpO2: 95%. Pada pukul 15.55 WIB pasien siap untuk dilakukan tindakan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan pemberian anestesi umum
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan operasi
4. Nyeri Akut berhubungan dengan tindakan operasi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Pasien menunjukkan frekuensi napas 12-20x/menit
- Pasien menunjukkan irama napas teratur
- Pasien menunjukkan kemampuan untuk batuk efektif
2. Tidak Terjadi Perdarahan
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan di area operasi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi di area operasi (kemerahan, pembengkakan, demam)
- Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
4. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri dalam skala 1-3 (skala 0-10)
- Pasien dapat menjalankan aktivitas dengan nyaman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
- Pantau tanda-tanda vital (TD, N, RR, SpO2) secara berkala
- Pertahankan patensi jalan napas dengan menjaga posisi kepala terangkat
- Lakukan suction jika dibutuhkan untuk mempertahankan jalan napas
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian obat anestesi sesuai resep
- Pantau kemampuan batuk dan kemampuan bernafas spontan
2. Risiko Perdarahan
- Pantau tanda-tanda vital (TD, N, RR, capillary refill time) secara berkala
- Pantau adanya perdarahan di area operasi
- Kolaborasi pemberian cairan/darah sesuai indikasi
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan jangan melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perdarahan
3. Risiko Infeksi
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, kemerahan, bengkak, nyeri)
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai resep
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri
4. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, frekuensi)
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep
- Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
Penjelasan secara rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan pemberian anestesi umum
- Pemberian anestesi umum dapat menekan pusat pernapasan dan menyebabkan perubahan pada pola napas pasien, sehingga perlu dilakukan pengawasan dan intervensi keperawatan yang tepat.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi
- Tindakan operasi ROI (Removal Of Implant) memiliki risiko perdarahan, sehingga perlu dilakukan pemantauan dan intervensi yang sesuai untuk mencegah dan menangani perdarahan.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan operasi
- Tindakan operasi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pemantauan infeksi pada pasien.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan tindakan operasi
- Tindakan operasi ROI dapat menyebabkan nyeri akut pada pasien, sehingga perlu dilakukan manajemen nyeri yang tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dengan frekuensi, irama, dan kemampuan batuk yang normal.
2. Tidak Terjadi Perdarahan
- Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan tidak terjadi perdarahan di area operasi dan tanda-tanda vital pasien tetap stabil.
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi di area operasi dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
4. Nyeri Terkontrol
- Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat melaporkan nyeri dalam skala yang rendah dan dapat melakukan aktivitas dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Napas
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan pola napas
- Menjaga posisi kepala terangkat untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Suction jika dibutuhkan untuk membebaskan jalan napas dari sekret
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi untuk mempertahankan oksigenasi
- Kolaborasi pemberian obat anestesi sesuai resep untuk menjaga efek anestesi
- Pemantauan kemampuan batuk dan napas spontan untuk mengevaluasi pola napas
2. Risiko Perdarahan
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi tanda perdarahan
- Pemantauan area operasi untuk mendeteksi adanya perdarahan
- Kolaborasi pemberian cairan/darah sesuai indikasi untuk mengganti volume darah yang hilang
- Anjuran istirahat dan pembatasan aktivitas untuk mencegah perdarahan
3. Risiko Infeksi
- Perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah infeksi
- Pemantauan tanda-tanda infeksi untuk mendeteksi adanya infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai resep untuk mengatasi infeksi
- Anjuran menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi
4. Nyeri Akut
- Pengkajian nyeri secara komprehensif untuk mengevaluasi karakteristik nyeri
- Kolabor -
Article No. 10844 | 13 Jan 2025
Klinis : susah bab kebanyakan makan daging
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi "susah bab kebanyakan makan daging" dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K59.3
- Deskripsi: Konstipasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak tersedia
- Deskripsi: Tidak ada kode prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan konstipasi dapat meliputi perubahan gaya hidup, penggunaan laksatif, atau intervensi medis lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Penjelasan:
Kode ICD-10 K59.3 (Konstipasi) merupakan diagnosis yang sesuai dengan kondisi "susah bab kebanyakan makan daging". Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih jarang dari normal dan/atau kesulitan dalam mengeluarkan tinja.
Dalam kasus ini, riwayat kebanyakan makan daging dapat menjadi salah satu faktor penyebab konstipasi. Daging merupakan makanan yang mengandung sedikit serat, sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses defekasi.
Penanganan konstipasi dapat dilakukan dengan melakukan perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan asupan serat, menjaga hidrasi yang cukup, dan meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu, penggunaan laksatif atau intervensi medis lainnya dapat dipertimbangkan berdasarkan penilaian dan rekomendasi dari dokter atau tenaga kesehatan yang menangani.
Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik, karena penanganan konstipasi umumnya tidak memerlukan tindakan medis invasif, kecuali dalam kasus-kasus tertentu yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. -
Article No. 10845 | 13 Jan 2025
Klinis : pasin datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, berdasarkan keluhan pasien yang mengalami demam, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (kenaikan suhu tubuh di atas normal)
Definisi: Kenaikan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pernyataan klinis yang menggambarkan respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan, yang dapat menjadi fokus intervensi keperawatan.
- Contoh SDKI terkait hipertermia: Peningkatan Suhu Tubuh, Intoleransi Aktivitas, Nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh individu, keluarga, atau komunitas sebagai respons terhadap tindakan keperawatan.
- Contoh SLKI terkait hipertermia: Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal, Toleransi Aktivitas Meningkat, Nyeri Terkontrol.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu individu, keluarga, atau komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan atau meningkatkan kesehatan.
- Contoh SIKI terkait hipertermia: Manajemen Hipertermia, Manajemen Aktivitas, Manajemen Nyeri.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan berkelanjutan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10846 | 13 Jan 2025
Klinis : sesak nafas, nafas terasa jengap jengap. sudah selesai pengobatan tb dan hasil negatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sesak nafas, nafas terasa jengap jengap, dan sudah selesai pengobatan TB dengan hasil negatif, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J96.0
- Deskripsi: Insufisiensi pernapasan akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.09
- Deskripsi: Prosedur lainnya untuk pemantauan pernapasan, termasuk oksimetri dan pemantauan tekanan oksigen
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J96.0 (Insufisiensi pernapasan akut) sesuai dengan gejala sesak napas dan nafas terasa jengap jengap yang dialami pasien. Insufisiensi pernapasan akut dapat terjadi karena berbagai penyebab, termasuk kondisi pasca-pengobatan TB.
2. Kode ICD-9-CM 93.09 (Prosedur lainnya untuk pemantauan pernapasan, termasuk oksimetri dan pemantauan tekanan oksigen) dapat digunakan untuk prosedur pemantauan pernapasan yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pernapasan pasien, misalnya melalui oksimetri atau pemantauan tekanan oksigen. Prosedur ini dapat membantu dalam mendiagnosis dan mengelola insufisiensi pernapasan yang dialami pasien.
Dalam penanganan kasus ini, dokter atau perekam medik dapat mempertimbangkan pemeriksaan lanjutan seperti tes fungsi paru, pencitraan, atau konsultasi dengan spesialis paru untuk menentukan penyebab dan rencana penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 10847 | 13 Jan 2025
Klinis : sesak nafas, nafas terasa jengap jengap. sudah selesai pengobatan tb dan hasil negatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala yang dijelaskan, yaitu sesak nafas dan nafas terasa jengap-jengap, serta dengan riwayat pengobatan tuberkulosis (TB) yang telah berakhir dan hasil tes negatif, maka dapat diberikan kode diagnosis dan prosedur medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Pemeriksaan fungsi paru, termasuk ventilasi, kuantitatif
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J45.9 (Asma, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dipilih karena gejala sesak nafas dan nafas terasa jengap-jengap dapat mengarah pada kondisi asma. Meskipun pasien memiliki riwayat pengobatan TB yang telah berakhir, gejala yang dirasakan saat ini tidak terkait langsung dengan TB, sehingga kode asma dianggap lebih tepat.
2. Kode ICD-9-CM 94.31 (Pemeriksaan fungsi paru, termasuk ventilasi, kuantitatif) dapat dipertimbangkan sebagai prosedur medis yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi paru pasien dan membantu dalam penegakan diagnosis asma. Pemeriksaan fungsi paru ini dapat memberikan informasi kuantitatif mengenai kapasitas dan volume paru, serta parameter lainnya yang relevan dengan kondisi asma.
Catatan: Penentuan kode diagnosis dan prosedur medis harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, seperti dokter atau perekam medis, dengan mempertimbangkan seluruh informasi klinis dan hasil pemeriksaan yang ada. -
Article No. 10848 | 13 Jan 2025
Klinis : ppok
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.9
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak di tempat lain diklasifikasikan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J44.9 (Penyakit paru obstruktif kronik, tidak dispesifikasi):
- Kode J44 digunakan untuk mengklasifikasikan PPOK, yang merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan obstruksi aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
- Kode J44.9 digunakan ketika tidak ada spesifikasi lebih lanjut mengenai jenis PPOK, seperti emfisema, bronkitis kronis, atau kombinasi dari keduanya.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 93.08 (Pemberian oksigen, tidak di tempat lain diklasifikasikan):
- Kode ini digunakan untuk mengkodekan pemberian oksigen sebagai bagian dari manajemen PPOK.
- Pemberian oksigen merupakan salah satu intervensi penting dalam pengelolaan PPOK, terutama untuk mengatasi hipoksemia dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
- Kode ini dapat digunakan untuk mencatat pemberian oksigen melalui berbagai metode, seperti nasal kanula, masker, atau alat lainnya.
Sebagai perekam medis atau dokter, kode-kode ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan dan mendokumentasikan kondisi PPOK serta tindakan medis yang diberikan kepada pasien. Hal ini penting untuk keperluan administrasi, penagihan, dan penelusuran data klinis untuk tujuan perawatan kesehatan. -
Article No. 10849 | 13 Jan 2025
Klinis : siku bergeser dan sakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi siku bergeser dan sakit.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S43.0
- Deskripsi: Dislokasi sendi bahu
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan):
- Kode: 79.71
- Deskripsi: Reduksi terbuka dislokasi sendi bahu
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S43.0 (Dislokasi sendi bahu) menggambarkan kondisi di mana siku telah bergeser dari posisi normal, yang dapat menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan gerak di area sendi bahu.
2. Jika diperlukan, tindakan medis untuk mengatasi dislokasi sendi bahu dapat menggunakan kode ICD-9-CM 79.71 (Reduksi terbuka dislokasi sendi bahu). Prosedur ini melibatkan pemulihan posisi sendi bahu yang normal melalui tindakan pembedahan yang dilakukan secara terbuka.
Sebagai dokter atau perekam medis, pemilihan kode yang tepat berdasarkan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan adalah penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan pengkodean yang konsisten.