Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10956 | 15 Jan 2025
Klinis : Indra Syafri Yacob kembali harus menelan pil pahit setelah PN Jakarta Pusat menolak gugatan malapraktik yang dilayangkan terhadap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Pelni Petamburan (Pelni) dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI), Kamis (30/9). Sejak dua tahun lalu, Indra berjuang agar tiga RS itu bertanggung jawab atas dugaan kematian istrinya, Adya Vitry Harisusanti. Menurut majelis hakim, gugatan dinilai prematur karena belum dilakukan autopsi terhadap korban untuk mengetahui sebab kematian. Gugatan ini berawal ketika Adya muntah darah pada 20 Oktober 2002. Ia divonis menderita kista dan dirujuk ke RS PMI Bogor. RS itu dinilai telah melakukan kelalaian medis yang merugikan kondisi pasien, karena membatalkan jadwal operasi akibat dokter tidak datang. Selama 14 hari tanpa penjelasan yang memadai mengenai kondisi istrinya, Indra kemudian memindahkannya ke RS Pelni Petamburan. Di RS Pelni, Adya kembali dirawat. Namun dokter ternyata belum mampu menghentikan pendarahan terus menerus yang diderita pasien itu. Tanpa pemeriksaan USG, menurut Indra, istrinya divonis menderita tumor. Setelah pemeriksaan USG ternyata tidak ditemukan pendarahan di bagian kandungan dan tumor. Karena tidak puas, Indra lalu meminta rujukan ke RSCM dan dirawat di sana pada 17 Desember 2002. Setelah di-diagnosa melalui radiologi nuklir ternyata ditemukan kebocoran sebanyak dua lubang di bagian usus Adya. Dokter pun memutuskan untuk mengoperasi dengan pemasangan alat CVP (Central Vena Presure). Ternyata pemasangan alat itu berakibat fatal dan menyebabkan kematian 10 menit kemudian.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus yang Anda paparkan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang dapat diterapkan, yaitu:
1. Berduka yang Kompleks
- Definisi: Respon emosional yang rumit dan berkepanjangan terhadap kehilangan yang signifikan, yang mengakibatkan gangguan fungsi dan penyesuaian diri.
- Penyebab: Kematian yang tidak terduga, kematian akibat malpraktik medis.
- Karakteristik mayor: Menyangkal kematian, menarik diri dari hubungan sosial, sulit menerima kenyataan, menyalahkan diri sendiri atau orang lain.
2. Stres Trauma
- Definisi: Respon fisik dan psikologis terhadap peristiwa atau situasi yang mengancam atau membahayakan integritas fisik dan psikologis individu.
- Penyebab: Kematian yang tidak terduga, pengalaman medis yang traumatis.
- Karakteristik mayor: Kecemasan, sulit tidur, mimpi buruk, perubahan suasana hati, gangguan konsentrasi.
3. Risiko Ketidakpatuhan
- Definisi: Berisiko untuk gagal atau tidak berpartisipasi dalam pengobatan yang disarankan.
- Penyebab: Ketidakpuasan terhadap layanan kesehatan, kurangnya kepercayaan pada tenaga kesehatan.
- Karakteristik mayor: Menyatakan ketidakpuasan dengan perawatan, menyatakan kurangnya kepercayaan pada tenaga kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Berduka yang Kompleks:
- Individu dapat menerima kehilangan secara bertahap.
- Individu dapat mengekspresikan emosi secara sesuai.
- Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Stres Trauma:
- Individu dapat mengelola gejala stres.
- Individu dapat beradaptasi dengan pengalaman traumatis.
- Individu dapat mempertahankan fungsi sosial dan pekerjaan.
3. Risiko Ketidakpatuhan:
- Individu dapat menunjukkan kepercayaan pada tenaga kesehatan.
- Individu dapat mematuhi rencana perawatan yang disepakati.
- Individu dapat mengungkapkan kepuasan terhadap perawatan yang diterima.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Berduka yang Kompleks:
- Identifikasi dan fasilitasi ekspresi emosi.
- Berikan dukungan emosional dan spiritual.
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin untuk konseling berduka.
2. Stres Trauma:
- Identifikasi faktor pencetus stres.
- Ajarkan teknik relaksasi dan koping aktif.
- Fasilitasi terapi kelompok untuk dukungan sosial.
3. Risiko Ketidakpatuhan:
- Identifikasi alasan ketidakpatuhan.
- Tingkatkan komunikasi terapeutik dan kepercayaan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk perawatan holistik.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat, kolaborasi dengan tim multidisiplin, serta pemantauan yang intensif diharapkan dapat membantu Indra Syafri Yacob dalam mengelola kondisi emosional dan psikologisnya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 10957 | 15 Jan 2025
Klinis : Indra Syafri Yacob kembali harus menelan pil pahit setelah PN Jakarta Pusat menolak gugatan malapraktik yang dilayangkan terhadap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Pelni Petamburan (Pelni) dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI), Kamis (30/9). Sejak dua tahun lalu, Indra berjuang agar tiga RS itu bertanggung jawab atas dugaan kematian istrinya, Adya Vitry Harisusanti. Menurut majelis hakim, gugatan dinilai prematur karena belum dilakukan autopsi terhadap korban untuk mengetahui sebab kematian. Gugatan ini berawal ketika Adya muntah darah pada 20 Oktober 2002. Ia divonis menderita kista dan dirujuk ke RS PMI Bogor. RS itu dinilai telah melakukan kelalaian medis yang merugikan kondisi pasien, karena membatalkan jadwal operasi akibat dokter tidak datang. Selama 14 hari tanpa penjelasan yang memadai mengenai kondisi istrinya, Indra kemudian memindahkannya ke RS Pelni Petamburan. Di RS Pelni, Adya kembali dirawat. Namun dokter ternyata belum mampu menghentikan pendarahan terus menerus yang diderita pasien itu. Tanpa pemeriksaan USG, menurut Indra, istrinya divonis menderita tumor. Setelah pemeriksaan USG ternyata tidak ditemukan pendarahan di bagian kandungan dan tumor. Karena tidak puas, Indra lalu meminta rujukan ke RSCM dan dirawat di sana pada 17 Desember 2002. Setelah di-diagnosa melalui radiologi nuklir ternyata ditemukan kebocoran sebanyak dua lubang di bagian usus Adya. Dokter pun memutuskan untuk mengoperasi dengan pemasangan alat CVP (Central Vena Presure). Ternyata pemasangan alat itu berakibat fatal dan menyebabkan kematian 10 menit kemudian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi yang dialami Indra Syafri Yacob:
1. Risiko Perdarahan Aktual
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Pemantauan Perdarahan, Pencegahan Perdarahan
- SIKI: Terapi Cairan, Manajemen Perdarahan
Penjelasan: Adya Vitry Harisusanti mengalami perdarahan yang terus-menerus, sehingga terdapat risiko perdarahan aktual yang perlu ditangani oleh perawat.
2. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Terapi Relaksasi, Konseling
Penjelasan: Indra Syafri Yacob kemungkinan mengalami kecemasan karena kondisi istrinya yang semakin memburuk dan ketidakpastian akan penyebab kematiannya.
3. Berduka Disfungsional
- SDKI: Berduka
- SLKI: Dukungan Berduka
- SIKI: Terapi Berduka, Konseling Duka
Penjelasan: Indra Syafri Yacob kemungkinan mengalami berduka disfungsional akibat kematian istrinya, Adya Vitry Harisusanti.
Perawat dapat menggunakan standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan dari SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi Indra Syafri Yacob. Hal ini penting untuk membantu Indra dalam menghadapi situasi yang sulit ini dan memfasilitasi proses penyembuhan serta penerimaan atas kehilangan yang dialaminya. -
Article No. 10958 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Peningkatan sekresi pada saluran napas yang mengganggu ventilasi
- SLKI: Meningkatkan kemampuan pasien dalam membersihkan jalan napas
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien membersihkan saluran napas dengan efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Perubahan dalam kedalaman, frekuensi, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi
- SLKI: Mempertahankan pola napas yang efektif
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif
3. Defisit Nutrisi
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
- SLKI: Mempertahankan status nutrisi yang optimal
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mencapai status nutrisi yang optimal
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pasien mengalami batuk berdahak yang menandakan adanya akumulasi sekret di saluran napas.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada membantu pasien membersihkan saluran napas secara efektif, misalnya melalui suction, inhalasi, dan latihan batuk.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Pasien mengalami sesak napas, yang dapat mengindikasikan gangguan pada pola napas.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada mempertahankan pola napas yang efektif, misalnya melalui oksigenasi, pengaturan posisi, dan latihan pernapasan.
3. Defisit Nutrisi
- Pasien mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan defisit nutrisi.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada mempertahankan status nutrisi yang optimal, misalnya melalui pengaturan diet, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan edukasi kepada pasien.
Diagnosa keperawatan dan intervensi yang dipaparkan di atas mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 10959 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen thoraks, dua proyeksi atau lebih, lengkap
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif) sesuai dengan gejala pasien yang mengalami batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan adanya lesi di paru, serta diagnosis awal yang dicurigai adalah tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Rontgen thoraks, dua proyeksi atau lebih, lengkap) sesuai dengan prosedur pemeriksaan rontgen yang dilakukan untuk mendeteksi adanya lesi di paru.
Dalam praktik klinis, pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan sputum untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis, tes kulit tuberkulin, atau pemeriksaan radiologi lanjutan mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 10960 | 15 Jan 2025
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Tekanan Darah
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
- Penyebab: Stres, gaya hidup tidak sehat, riwayat keluarga, faktor genetik, usia, dan obesitas.
- Karakteristik Utama: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tercapainya tekanan darah dalam batas normal.
- Indikator Luaran: Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal, asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Hipertensi, yang meliputi pemantauan tekanan darah, pemberian edukasi tentang gaya hidup sehat, pengaturan asupan cairan dan natrium, serta manajemen stres.
- Tujuan Intervensi: Membantu individu mencapai dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darahnya dan mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif untuk mengelola hipertensi secara efektif. Tujuan utama adalah membantu pasien mencapai dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, sehingga dapat mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi. -
Article No. 10961 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien dan keluarga mengatakan jika sakit dirumah hanya minum obat warung seperti paracetamol, obat flu, jika tidak ada perubahan baru berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Jarak rumah dengan puskesmas cukup dekat. Pasien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluh BAB cair 8x/hari, disertai muntah lupa berapa kali dan pusing. Pasien mengatakan minum obat diare selama dua hari. Obat diare diminum 2 kali dalam sehari hanya 1 tablet. Dosis tersebut pasien mengira-ngira sendiri. Bukan resep dokter. Diare berkurang 3-4x/hari tetapi masih cair. Hari ke-2 baru ada demam yang naik turun dan BAB cair lagi 6-7x cair. Setelah itu pasien dan keluarga pergi untuk berobat ke RS. Pasien datang ke IGD : Kondisi pasien tampak lemah, akral dingin nadi lemah teratur. Pkl 06.00 TTV: N: 110x/mnt, RR: 23x/m, S: 38,9 C, Pkl 07.00 : TD: 90/70 mmHg. Pasien diberikan cairan infus RL 500cc. Saat diruang rawat inap keluhan mual disertai muntah 3x, BAB cair 6-7x, ada demam naik turun. Saat pengkajian pasien mengatakan masih ada mual, muntah masih ada 1x sejak makan sore, masih demam, dan kepala terasa pusing, badan lemas,dan tidak nafsu makan. Dalam satu hari hanya buang air kecil 2 kali kurang lebih 150 cc warna kuning gelap. Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan sebelum sakit sudah mengalami gangguan nafsu makan sekitar 3 hari. Ada mual dan muntah lupa berapa kali. Selama tiga hari makan 3-5 sendok kadang ½ porsi, kalau lihat makanan mual bertambah. Saat pengkajian klien mengatakan pasien tidak nafsu makan karena mual, porsi makan yang dihabiskan ¼, makan diet bubur dan jenis lunak, ada penggunaan obat sebelum makan yang diberikan suster dan tidak menggunakan alat bantu makan. Ada muntah sehari sudah 3x isi makanan kurang lebih 500 cc. Makan hanya dari rumah sakit. Setiap kali makan terasa mual. Ada penurunan BB 1 kg dalam 3 Pasien minum kurang lebih satu hari 1,5 liter jarang menghitung. Pasien BAK 5-7 x/hari, warna urin kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK. Pasien biasa BAB 1 kali/hari, dengan konsistensi padat, warna kecoklatan, tidak ada keluhan saat BAB, dan tidak menggunakan obat laxatif. Saat pengkajian pasien BAK 4 X/hari ± 500 cc (kira-kira ±150 cc sekali BAK), warna kuning, keluhan tidak ada, tidak menggunakan alat bantu BAK. BB: 60 kg. TB : 167 Cm Pasien mengatakan ada nyeri perut di bagian bawah, seperti mules dan perih, nyeri hilang timbul tidak tentu, muncul terutama saat mau BAB. Nyeri perut sudah 2 hari. Hilang setelah BAB. kala nyeri perut kurang lebih 5 dari 10 durasi tidak dihitung dirumah. Skala 4-5/10 Nyeri perut terkadang disertai dengan mual. Pasien tampak gelisah setiap kali nyeri datang, posisi tubuh meringkuk sambil memegang perut. Pasien mengatakan sulit tidur bila nyeri datang, sehingga mengantuk pada siang hari Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, Kesadaran: Compos mentis, GCS 15 (M 6 V 5 E 4). Turgor kulit kurang elastis, mukosa bibir kering. JVP: 5 -2 cmH2O (kemampuan ventrikel memompa memadai). Perpusi pembuluh perifer kuku: kembali dalam waktu < 3 detik Abdomen: nyeri tekan epigastric, Peristaltik 36 x/ mnt. Ascites tidak ada. Ekstremitas: Rentang gerak bebas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan Dengan Diare Dan Muntah.
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi jumlah yang dapat diganti, yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
2. Penurunan Nutrisi Berhubungan Dengan Intake Nutrisi Yang Tidak Adekuat.
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Diare.
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Keseimbangan Cairan
- Perfusi Jaringan
- Tanda-tanda Vital
- Turgor Kulit
2. Penurunan Nutrisi:
- Asupan Nutrisi
- Berat Badan
- Status Nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Kontrol Nyeri
- Durasi Nyeri
- Intensitas Nyeri
- Perilaku Nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Monitor Cairan Masuk dan Keluar
- Berikan Terapi Cairan Intravenosa
- Pantau Tanda-tanda Vital
- Edukasi Pasien dan Keluarga tentang Asupan Cairan
2. Penurunan Nutrisi:
- Monitor Asupan Nutrisi
- Kolaborasi dengan Ahli Gizi untuk Intervensi Nutrisi
- Berikan Makanan Sesuai Toleransi Pasien
- Edukasi Pasien dan Keluarga tentang Nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Asesmen Nyeri Komprehensif
- Berikan Analgesik Sesuai Indikasi
- Gunakan Teknik Nonfarmakologis untuk Mengatasi Nyeri
- Ajarkan Pasien Teknik Manajemen Nyeri
Penjelasan rinci:
Pasien mengalami diare dan muntah yang menyebabkan risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan harus berfokus pada monitor cairan masuk dan keluar, pemberian terapi cairan intravenosa, serta edukasi tentang asupan cairan yang adekuat.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan muntah yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan status nutrisi. Intervensi keperawatan harus melibatkan kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan yang sesuai toleransi pasien, serta edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang terkait dengan diare. Intervensi keperawatan harus mencakup asesmen nyeri komprehensif, pemberian analgesik sesuai indikasi, serta penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menggunakan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 10962 | 15 Jan 2025
Klinis : pasien tidak dapat memberikan asi kepada anaknya karena ada kelaian
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi pasien yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya karena ada kelainan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah: "Ketidakmampuan Menyusui".
Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk memberikan ASI secara efektif kepada bayi karena adanya gangguan fisik, psikologis, atau faktor lain.
Karakteristik Definisi:
- Bayi tidak dapat menetek dengan benar
- Ibu tidak dapat mengeluarkan ASI secara efektif
- Ibu mengalami nyeri saat menyusui
- Ibu menolak menyusui karena alasan tertentu
- Ibu tidak memiliki kepercayaan diri untuk menyusui
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengetahuan: Ibu mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar.
b. Perilaku Kesehatan: Ibu melakukan perawatan payudara secara rutin.
c. Koping: Ibu menunjukkan kepercayaan diri yang meningkat dalam menyusui.
d. Pemeliharaan Kesehatan: Ibu menunjukkan produksi ASI yang adekuat.
e. Pemulihan: Ibu menunjukkan perkembangan bayi yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Dukungan Menyusui
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
- Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar
- Bantu ibu dalam memposisikan bayi saat menyusui
- Dorong ibu untuk melakukan perawatan payudara secara rutin
b. Manajemen Laktasi
- Evaluasi produksi ASI ibu
- Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan dan cairan yang memadai
- Ajarkan ibu teknik memompa ASI dan menyimpannya
- Berikan informasi tentang makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI
c. Konseling Menyusui
- Berdiskusi dengan ibu tentang manfaat menyusui
- Identifikasi dan atasi hambatan psikologis ibu dalam menyusui
- Dorong ibu untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada ibu
d. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Konsultasikan dengan dokter atau ahli laktasi jika diperlukan
- Koordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tim kesehatan lain
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu ibu untuk dapat menyusui bayinya secara efektif, meningkatkan produksi ASI, dan mendukung proses pemulihan serta perkembangan optimal bayi. -
Article No. 10963 | 15 Jan 2025
Klinis : pasien tidak dapat memberikan asi kepada anaknya karena ada kelaian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat kami akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya karena adanya kelainan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui
Penjelasan:
Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kelekatan bayi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan anatomi payudara, masalah produksi ASI, atau masalah bayi dalam menyusu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kelekatan bayi.
Penyebab: Kelainan anatomi payudara, masalah produksi ASI, masalah bayi dalam menyusu.
Gejala dan Tanda: Bayi tidak dapat menempel dengan baik pada payudara, bayi tidak dapat mengisap ASI dengan efektif, produksi ASI tidak adekuat, terjadi kerusakan puting susu, nyeri saat menyusui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Ibu dapat menyusui bayinya secara efektif, produksi ASI adekuat, bayi tumbuh kembang dengan baik.
Indikator:
1. Ibu dapat menempelkan bayi pada payudara dengan benar.
2. Bayi dapat mengisap ASI dengan efektif.
3. Produksi ASI ibu adekuat.
4. Tidak ada keluhan nyeri saat menyusui.
5. Berat badan bayi meningkat sesuai usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Edukasi ibu tentang teknik menyusui yang benar.
2. Ajarkan ibu melakukan perawatan payudara untuk meningkatkan produksi ASI.
3. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi masalah anatomi payudara atau produksi ASI yang tidak adekuat.
5. Pantau tumbuh kembang bayi secara berkala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda memahami kondisi pasien dan langkah-langkah perawatan yang dapat dilakukan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. -
Article No. 10964 | 15 Jan 2025
Klinis : Perfusi jaringan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Saya Perawat Profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berikut saya paparkan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar untuk kondisi "Perfusi jaringan tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakcukupan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan tanda klinik: Kulit pucat, dingin, kering, dan lembab; Edema; Nyeri; Perubahan sensasi.
- Penyebab: Gangguan kardiovaskular, pernapasan, hematologi, atau metabolik; Cedera trauma; Penggunaan obat-obatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan membaik; Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi.
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil; Kapiler refill <3 detik; Ekstremitas hangat dan kering.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Pantau tanda-tanda vital; Atur posisi untuk meningkatkan aliran darah; Berikan oksigen; Kolaborasi pemberian cairan/obat-obatan.
- Intervensi lain: Manajemen nyeri; Edukasi pasien dan keluarga.
Kesimpulannya, Perfusi Jaringan Tidak Efektif merupakan kondisi ketidakcukupan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer yang memerlukan pemantauan ketat, penanganan segera, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengembalikan perfusi jaringan yang optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 10965 | 15 Jan 2025
Klinis : Rehabilitasi jantung post IMA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi rehabilitasi jantung pasca infark miokard akut (IMA).
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen pada tingkat jaringan.
2. Perubahan Sirkulasi (SDKI)
Definisi: Perubahan dalam volume dan/atau distribusi aliran darah yang tidak efektif.
3. Kecemasan (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dipersepsikan.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan Toleransi Aktivitas
2. Mempertahankan Sirkulasi
3. Menurunkan Kecemasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
- Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
- Menyusun rencana peningkatan aktivitas secara bertahap
- Memantau tanda-tanda vital selama aktivitas
2. Manajemen Perfusi Jaringan
- Memantau tanda-tanda vital
- Mengatur posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
- Memberikan edukasi tentang manajemen aktivitas
3. Manajemen Kecemasan
- Mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Mengajarkan teknik relaksasi
- Memberikan dukungan emosional
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan rehabilitasi jantung pasca IMA. Pendekatan ini membantu memaksimalkan pemulihan pasien dan meningkatkan kualitas hidup.