Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 10944 | 15 Jan 2025
Klinis : tingkat stress sering meningkat karena pasien merasa lema dan pusing dan merasa ketergantungan pada keluarga, dan merasa sedih karena tidak bisa beraktivitas secara mandiri dan seperti sediakala, dan kesulitan dalam disiplin pengobatan karena pasien merasa lelah dengan rutinitas mengkonsumsi obat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakberdayaan (Powerlessness) berhubungan dengan perasaan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Kelelahan (Fatigue) berhubungan dengan kesulitan dalam disiplin pengobatan akibat rasa lelah.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Disturbed Self-Esteem) berhubungan dengan ketergantungan pada keluarga dan keterbatasan dalam beraktivitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakberdayaan (Powerlessness): Perasaan tidak mampu mempengaruhi atau mengontrol suatu situasi. Pasien merasa tidak berdaya melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Kelelahan (Fatigue): Perasaan keletihan fisik dan mental yang berkelanjutan dan mengurangi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Disturbed Self-Esteem): Penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang berdampak pada harga diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Diri: Kemampuan individu untuk mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri.
2. Manajemen Energi: Kemampuan individu dalam mengatur energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Harga Diri: Penilaian positif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemberdayaan: Memfasilitasi pasien untuk mengembangkan kemampuan dan kontrol atas situasi.
2. Manajemen Energi: Intervensi untuk membantu pasien mengatur dan menggunakan energi secara efektif.
3. Peningkatan Harga Diri: Intervensi untuk membantu pasien mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa yang tepat, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi permasalahan yang dihadapi. -
Article No. 10945 | 15 Jan 2025
Klinis : pasien merasa cemas mengenai kondisi kesehatannya yang belum spenuhnya sembuh walaupun kondisi luka sudah kering, tetapi untuk gula darah pasien yang tidak terkontrol pasien sering merasa cemas saat akan mengkonsumsi makanan atau minuman.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan, ditandai dengan pasien merasa cemas mengenai kondisi kesehatannya yang belum sepenuhnya sembuh walaupun kondisi luka sudah kering, serta pasien sering merasa cemas saat akan mengkonsumsi makanan atau minuman karena gula darah tidak terkontrol.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali: Individu mampu mengenali dan mengungkapkan kecemasan, serta menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan.
2. Gula Darah Terkontrol: Individu mampu mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal melalui manajemen diet, aktivitas, dan pengobatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan: Intervensi untuk membantu individu mengenali, mengungkapkan, dan mengatasi kecemasan.
2. Edukasi Pengaturan Gula Darah: Intervensi untuk membantu individu memahami pentingnya pengaturan gula darah dan strategi untuk mencapai kontrol gula darah yang optimal.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien untuk membantu mengendalikan kecemasan dan mengontrol gula darah melalui pendekatan holistik, melibatkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 10947 | 15 Jan 2025
Klinis : Lemah, hipertensi,muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi lemah, hipertensi, dan muntah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan hemodinamik
- SDKI: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan curah jantung dan tekanan darah dalam batas normal.
- SLKI: Stabilitas hemodinamik terjaga.
- SIKI: Manajemen hemodinamik, Pemantauan hemodinamik.
2. Mual (Nausea)
- SDKI: Perasaan tidak nyaman di perut yang mengarah pada keinginan untuk memuntahkan isi perut.
- SLKI: Kenyamanan gastrointestinal terpelihara.
- SIKI: Manajemen mual, Manajemen obat antiemetik.
3. Kelelahan (Fatigue)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat tidak adanya energi.
- SLKI: Tingkat energi terpelihara.
- SIKI: Manajemen kelelahan, Peningkatan energi.
Penjelasan singkat:
1. Ketidakstabilan hemodinamik:
- Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah yang tidak stabil, baik hipertensi maupun hipotensif. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan curah jantung dan aliran darah ke organ-organ vital.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen hemodinamik (seperti pemantauan tanda-tanda vital) dan pemantauan hemodinamik yang ketat.
2. Mual (Nausea):
- Mual merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien dengan kondisi hipertensi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan fisiologis atau efek samping obat-obatan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen mual (seperti pemberian antiemetik) dan manajemen obat antiemetik.
3. Kelelahan (Fatigue):
- Kelelahan dapat terjadi akibat kondisi lemah dan perubahan fisiologis pada pasien dengan hipertensi. Kelelahan dapat menghambat kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kelelahan (seperti pengaturan aktivitas dan istirahat) dan peningkatan energi (seperti pemberian nutrisi yang adekuat).
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat sasaran untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 10949 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien, Ny. Y, usia 18 tahun, sedang hamil 5,5 bulan (G1P0A0) dengan riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi pada tahun 2023. Pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah, terutama saat melakukan aktivitas ringan, yang mulai dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Pada saat pengkajian, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital sebagai berikut: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi: 97 x/menit, Suhu: 36,5°C, Frekuensi Napas: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva pasien tampak pucat, yang mengindikasikan anemia. Selain itu, pasien memiliki kekhawatiran psikologis terkait kehamilannya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien adalah 10,5 g/dL, yang menunjukkan adanya anemia. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda takipnea, kemungkinan berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang relevan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), beserta penjelasan singkatnya:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
b. Kecemasan
- Penjelasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
2. Rencana Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Intervensi untuk memfasilitasi pemulihan atau adaptasi terhadap aktivitas yang terbatas.
b. Manajemen Kecemasan
- Penjelasan: Intervensi untuk mengurangi ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dirasakan individu.
3. Luaran Keperawatan (SIKI):
a. Toleransi Aktivitas
- Penjelasan: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
b. Tingkat Kecemasan
- Penjelasan: Tingkat kekhawatiran, ketakutan, atau keprihatinan yang dirasakan individu.
Dalam kasus ini, Ny. Y, usia 18 tahun, hamil 5,5 bulan dengan riwayat penyakit jantung bawaan, mengalami keluhan sering merasa lemas, mudah lelah saat beraktivitas, dan memiliki kekhawatiran terkait kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda anemia dan takipnea yang mungkin berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas dan Kecemasan. Rencana keperawatan yang dapat diterapkan adalah Manajemen Intoleransi Aktivitas dan Manajemen Kecemasan, dengan tujuan meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi tingkat kecemasan pasien. -
Article No. 10950 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien, Ny. Y, usia 18 tahun, sedang hamil 5,5 bulan (G1P0A0) dengan riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi pada tahun 2023. Pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah, terutama saat melakukan aktivitas ringan, yang mulai dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Pada saat pengkajian, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital sebagai berikut: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi: 97 x/menit, Suhu: 36,5°C, Frekuensi Napas: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva pasien tampak pucat, yang mengindikasikan anemia. Selain itu, pasien memiliki kekhawatiran psikologis terkait kehamilannya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien adalah 10,5 g/dL, yang menunjukkan adanya anemia. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda takipnea, kemungkinan berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan. masalah keperawatan : - risiko penuruna curah jantung - pola napas tidak efektif - ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Ny. Y yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Curah Jantung
Penjelasan: Pasien memiliki riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi, serta mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah, yang dapat mengindikasikan adanya risiko penurunan curah jantung. Anemia yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan laboratorium juga dapat berkontribusi pada risiko penurunan curah jantung.
SDKI: Risiko Penurunan Curah Jantung
SLKI: Stabilitas Kardiovaskular
SIKI: Manajemen Kondisi Jantung
2. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda takipnea, yang kemungkinan berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan. Hal ini dapat menyebabkan pola napas tidak efektif.
SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
SLKI: Pertukaran Gas
SIKI: Manajemen Ventilasi
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Penjelasan: Pasien menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatannya dan perkembangan janin, yang mengindikasikan adanya ansietas.
SDKI: Ansietas
SLKI: Manajemen Stres
SIKI: Manajemen Ansietas
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia mencakup definisi, faktor yang berhubungan, tanda dan gejala, hasil yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 10951 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien, Ny. Y, usia 18 tahun, sedang hamil 5,5 bulan (G1P0A0) dengan riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi pada tahun 2023. Pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah, terutama saat melakukan aktivitas ringan, yang mulai dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Pada saat pengkajian, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital sebagai berikut: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi: 97 x/menit, Suhu: 36,5°C, Frekuensi Napas: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva pasien tampak pucat, yang mengindikasikan anemia. Selain itu, pasien memiliki kekhawatiran psikologis terkait kehamilannya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien adalah 10,5 g/dL, yang menunjukkan adanya anemia. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda takipnea, kemungkinan berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan. masalah keperawatan : - risiko penuruna curah jantung b.d ... - pola napas tidak efektif b.d ... - ansietas b.d ...
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan untuk pasien Ny. Y:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Curah Jantung
SDKI: Risiko Penurunan Curah Jantung
SLKI: Perubahan Kardiovaskular
SIKI: Gangguan Fungsi Kardiovaskular
Penjelasan: Pasien memiliki riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penurunan curah jantung, terutama saat aktivitas fisik. Selain itu, kondisi kehamilan dapat memberikan beban tambahan pada fungsi jantung.
2. Pola Napas Tidak Efektif
SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
SLKI: Ventilasi Tidak Efektif
SIKI: Gangguan Pola Napas
Penjelasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda takipnea, yang mungkin terkait dengan riwayat penyakit jantung bawaan. Kondisi ini dapat menyebabkan pola napas tidak efektif dan dapat mengganggu pertukaran gas.
3. Ansietas
SDKI: Ansietas
SLKI: Respon Emosional
SIKI: Gangguan Emosional
Penjelasan: Pasien menunjukkan kekhawatiran terkait kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Kondisi ini dapat menyebabkan ansietas yang dapat berdampak pada kesejahteraan pasien dan perkembangan kehamilan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Dalam memberikan penjelasan singkat, saya berusaha untuk menyampaikan informasi secara jelas, terstruktur, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna. Saya juga memberikan penjelasan yang bersifat edukatif, sesuai dengan peran saya sebagai pakar atau perawat yang memberikan informasi dan panduan terkait kondisi pasien. -
Article No. 10952 | 15 Jan 2025
Klinis : Pasien, Ny. Y, usia 18 tahun, sedang hamil 5,5 bulan (G1P0A0) dengan riwayat penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi pada tahun 2023. Pasien mengeluhkan sering merasa lemas dan mudah lelah, terutama saat melakukan aktivitas ringan, yang mulai dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatannya dan perkembangan janin. Pada saat pengkajian, keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital sebagai berikut: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi: 97 x/menit, Suhu: 36,5°C, Frekuensi Napas: 28 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva pasien tampak pucat, yang mengindikasikan anemia. Selain itu, pasien memiliki kekhawatiran psikologis terkait kehamilannya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin pasien adalah 10,5 g/dL, yang menunjukkan adanya anemia. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda takipnea, kemungkinan berhubungan dengan riwayat penyakit jantung bawaan. masalah keperawatan : - risiko penuruna curah jantung b.d ... - pola napas tidak efektif b.d ... - ansietas b.d ...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu Y yang terhormat. Berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Ibu sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit jantung bawaan yang telah dioperasi.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan anemia dan riwayat penyakit jantung bawaan.
3. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan dan perkembangan janin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko penurunan curah jantung:
- Tanda-tanda vital yang stabil.
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Pola napas tidak efektif:
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda takipnea atau dispnea.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa masalah pernapasan.
3. Kecemasan:
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan.
- Pasien dapat mengelola kecemasan dengan efektif.
- Pasien merasa tenang dan nyaman dengan kondisi kehamilannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko penurunan curah jantung:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur.
- Identifikasi tanda-tanda gagal jantung dan laporkan segera.
- Anjurkan aktivitas fisik ringan sesuai toleransi pasien.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi untuk mengurangi kelelahan.
- Berikan edukasi terkait pentingnya istirahat dan aktivitas yang seimbang.
2. Pola napas tidak efektif:
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola napas.
- Ajarkan teknik pernapasan dalam untuk meningkatkan ventilasi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan anemia.
- Berikan edukasi terkait perawatan diri dan manajemen anemia.
3. Kecemasan:
- Identifikasi sumber dan tingkat kecemasan pasien.
- Lakukan pendekatan terapeutik untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, dan manajemen stres untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan untuk memberikan dukungan.
- Berikan edukasi terkait perkembangan janin dan perawatan kehamilan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu Y. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 10953 | 15 Jan 2025
Klinis : TERPASANG INFUS,PREMATUR,TALIPUSAT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi terpasang infus, prematur, dan talipusat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengompromikan kesehatan.
Faktor risiko: Terpasang infus, kelahiran prematur, dan talipusat.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Rentan terhadap kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau lapisan dermis.
Faktor risiko: Terpasang infus, kelahiran prematur, dan talipusat.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan
Definisi: Rentan terhadap penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan tubuh.
Faktor risiko: Kelahiran prematur dan talipusat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pencegahan Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tempat infus, talipusat, dan kulit bayi prematur.
- Hasil kultur menunjukkan tidak ada pertumbuhan mikroorganisme patogen.
2. Integritas Kulit Terjaga
- Tidak ada lesi, lecet, atau kerusakan pada kulit bayi prematur.
- Kulit bayi prematur tetap bersih, kering, dan lembut.
3. Perfusi Jaringan yang Memadai
- Warna kulit bayi prematur normal.
- Suhu tubuh bayi prematur stabil.
- Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi darah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
- Memantau tanda-tanda infeksi pada tempat infus, talipusat, dan kulit bayi prematur.
- Melakukan perawatan infus dan talipusat secara aseptik.
- Memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Memantau hasil kultur dan memberikan intervensi yang sesuai.
2. Perawatan Kulit
- Mempertahankan kebersihan dan kelembapan kulit bayi prematur.
- Melakukan perawatan kulit secara lembut dan hati-hati.
- Menggunakan produk perawatan kulit yang sesuai untuk bayi prematur.
- Memantau integritas kulit dan mengambil tindakan preventif terhadap kerusakan kulit.
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Memantau tanda-tanda gangguan perfusi jaringan, seperti warna kulit, suhu tubuh, dan sirkulasi.
- Menjaga suhu tubuh bayi prematur dalam rentang normal.
- Memposisikan bayi prematur dengan benar untuk memfasilitasi perfusi yang optimal.
- Memberikan dukungan oksigen sesuai kebutuhan.
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi: Bayi prematur dengan terpasang infus dan talipusat rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, sehingga berisiko mengalami infeksi.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Bayi prematur dengan terpasang infus dan talipusat rentan terhadap kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau lapisan dermis, sehingga berisiko mengalami gangguan integritas kulit.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan: Bayi prematur dengan talipusat rentan terhadap penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan tubuh, sehingga berisiko mengalami gangguan perfusi jaringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pencegahan Infeksi: Tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi pada bayi prematur dengan terpasang infus dan talipusat.
2. Integritas Kulit Terjaga: Tujuannya adalah mempertahankan integritas kulit bayi prematur agar tetap bersih, kering, dan lembut.
3. Perfusi Jaringan yang Memadai: Tujuannya adalah memastikan perfusi jaringan yang optimal pada bayi prematur dengan talipusat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah dan mengelola infeksi pada bayi prematur dengan terpasang infus dan talipusat.
2. Perawatan Kulit: Intervensi ini bertujuan untuk menjaga kebersihan, kelembapan, dan integritas kulit bayi prematur.
3. Manajemen Perfusi Jaringan: Intervensi ini bertujuan untuk memantau dan memfasilitasi perfusi jaringan yang optimal pada bayi prematur dengan talipusat.
Semoga penjelasan yang rinci dan terperinci ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi terpasang infus, prematur, dan talipusat pada bayi. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 10954 | 15 Jan 2025
Klinis : Indra Syafri Yacob kembali harus menelan pil pahit setelah PN Jakarta Pusat menolak gugatan malapraktik yang dilayangkan terhadap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Pelni Petamburan (Pelni) dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI), Kamis (30/9). Sejak dua tahun lalu, Indra berjuang agar tiga RS itu bertanggung jawab atas dugaan kematian istrinya, Adya Vitry Harisusanti. Menurut majelis hakim, gugatan dinilai prematur karena belum dilakukan autopsi terhadap korban untuk mengetahui sebab kematian. Gugatan ini berawal ketika Adya muntah darah pada 20 Oktober 2002. Ia divonis menderita kista dan dirujuk ke RS PMI Bogor. RS itu dinilai telah melakukan kelalaian medis yang merugikan kondisi pasien, karena membatalkan jadwal operasi akibat dokter tidak datang. Selama 14 hari tanpa penjelasan yang memadai mengenai kondisi istrinya, Indra kemudian memindahkannya ke RS Pelni Petamburan. Di RS Pelni, Adya kembali dirawat. Namun dokter ternyata belum mampu menghentikan pendarahan terus menerus yang diderita pasien itu. Tanpa pemeriksaan USG, menurut Indra, istrinya divonis menderita tumor. Setelah pemeriksaan USG ternyata tidak ditemukan pendarahan di bagian kandungan dan tumor. Karena tidak puas, Indra lalu meminta rujukan ke RSCM dan dirawat di sana pada 17 Desember 2002. Setelah di-diagnosa melalui radiologi nuklir ternyata ditemukan kebocoran sebanyak dua lubang di bagian usus Adya. Dokter pun memutuskan untuk mengoperasi dengan pemasangan alat CVP (Central Vena Presure). Ternyata pemasangan alat itu berakibat fatal dan menyebabkan kematian 10 menit kemudian.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat dirumuskan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu:
1. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pengobatan yang tidak berhasil dan kematian anggota keluarga.
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons autonom, perasaan tegang, dan perhatian terfokus yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, nyata atau dibayangkan.
2. Berduka berhubungan dengan kematian anggota keluarga.
Definisi: Respons normal terhadap kehilangan nyata atau ancaman kehilangan sesuatu yang signifikan, yang ditandai dengan kesedihan dan penerimaan atas kenyataan kehilangan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kecemasan Terkendali
Definisi: Pasien mampu mengendalikan rasa cemas yang dialami terkait prosedur pengobatan dan kematian anggota keluarga. Kriteria hasil meliputi:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda kecemasan
- Pasien dapat menyebutkan strategi mengatasi kecemasan
- Pasien dapat menerapkan strategi mengatasi kecemasan secara efektif
- Pasien merasakan penurunan tingkat kecemasan
2. Proses Berduka Terpenuhi
Definisi: Pasien dapat menerima dan melewati tahapan proses berduka atas kematian anggota keluarga. Kriteria hasil meliputi:
- Pasien dapat mengekspresikan kesedihan
- Pasien dapat menceritakan kenangan positif tentang anggota keluarga yang meninggal
- Pasien dapat menerima kenyataan kehilangan
- Pasien dapat menjalankan ritual kematian sesuai keyakinan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
Definisi: Mengurangi rasa cemas, ketakutan, dan kekhawatiran yang dialami pasien.
Aktivitas keperawatan:
- Identifikasi penyebab dan tanda-tanda kecemasan pasien
- Latih teknik relaksasi (deep breathing, imajinasi terbimbing)
- Berikan dukungan emosional dan empati
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis jika diperlukan
2. Dukungan Duka Cita
Definisi: Membantu pasien dalam menerima, mengekspresikan, dan beradaptasi dengan kehilangan yang dialami.
Aktivitas keperawatan:
- Bina hubungan saling percaya dengan pasien
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
- Dorong partisipasi pasien dalam ritual kematian sesuai keyakinan
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk konseling berduka jika diperlukan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengelola kecemasan dan proses berdukanya dengan baik, sehingga dapat beradaptasi dan menerima kenyataan kehilangan yang dialami. -
Article No. 10955 | 15 Jan 2025
Klinis : Indra Syafri Yacob kembali harus menelan pil pahit setelah PN Jakarta Pusat menolak gugatan malapraktik yang dilayangkan terhadap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Pelni Petamburan (Pelni) dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI), Kamis (30/9). Sejak dua tahun lalu, Indra berjuang agar tiga RS itu bertanggung jawab atas dugaan kematian istrinya, Adya Vitry Harisusanti. Menurut majelis hakim, gugatan dinilai prematur karena belum dilakukan autopsi terhadap korban untuk mengetahui sebab kematian. Gugatan ini berawal ketika Adya muntah darah pada 20 Oktober 2002. Ia divonis menderita kista dan dirujuk ke RS PMI Bogor. RS itu dinilai telah melakukan kelalaian medis yang merugikan kondisi pasien, karena membatalkan jadwal operasi akibat dokter tidak datang. Selama 14 hari tanpa penjelasan yang memadai mengenai kondisi istrinya, Indra kemudian memindahkannya ke RS Pelni Petamburan. Di RS Pelni, Adya kembali dirawat. Namun dokter ternyata belum mampu menghentikan pendarahan terus menerus yang diderita pasien itu. Tanpa pemeriksaan USG, menurut Indra, istrinya divonis menderita tumor. Setelah pemeriksaan USG ternyata tidak ditemukan pendarahan di bagian kandungan dan tumor. Karena tidak puas, Indra lalu meminta rujukan ke RSCM dan dirawat di sana pada 17 Desember 2002. Setelah di-diagnosa melalui radiologi nuklir ternyata ditemukan kebocoran sebanyak dua lubang di bagian usus Adya. Dokter pun memutuskan untuk mengoperasi dengan pemasangan alat CVP (Central Vena Presure). Ternyata pemasangan alat itu berakibat fatal dan menyebabkan kematian 10 menit kemudian.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diformulasikan beberapa diagnosa keperawatan yang relevan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Perdarahan
- Definisi: Keluarnya darah secara abnormal dari sistem vaskuler.
- Gejala dan Tanda: Muntah darah, perdarahan terus-menerus.
- Faktor Risiko: Kista, tumor, tindakan medis.
2. Diagnosa Keperawatan SDKI: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Gejala dan Tanda: Keluhan nyeri pada bagian tubuh.
- Faktor Risiko: Penyakit, tindakan medis.
3. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Komplikasi Pascaoperasi
- Definisi: Rentan mengalami komplikasi setelah tindakan pembedahan.
- Gejala dan Tanda: Kebocoran pada saluran pencernaan.
- Faktor Risiko: Tindakan pemasangan alat medis CVP.
4. Diagnosa Keperawatan SLKI: Manajemen Luka
- Definisi: Kemampuan untuk merawat luka agar proses penyembuhan optimal.
- Hasil yang Diharapkan: Luka sembuh tanpa komplikasi.
- Intervensi: Perawatan luka, pemantauan tanda infeksi.
5. Diagnosa Keperawatan SIKI: Edukasi Kesehatan Perioperatif
- Definisi: Pemberian informasi dan instruksi yang bertujuan untuk mempersiapkan pasien menghadapi tindakan pembedahan.
- Intervensi: Memberikan edukasi terkait prosedur, komplikasi, dan perawatan pascaoperasi.
Secara keseluruhan, kasus ini menggambarkan adanya permasalahan terkait perdarahan, nyeri, risiko komplikasi pascaoperasi, serta kebutuhan edukasi kesehatan untuk pasien dan keluarga. Perawat berperan penting dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencegah komplikasi dan mempromosikan kesembuhan pasien.