Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12935 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. pasien tampak sesak nafas tersengal sengal. terlihat kesulitan bernafas. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. saturasi oksigen 94%. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus Tn. A:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung koroner, ditandai dengan keluhan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke lengan, nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 8.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik pengelolaan nyeri
- Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan akibat nyeri
2. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat mendemonstrasikan pola napas normal
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa disertai sesak napas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengendalian Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik-teknik nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Peningkatan Pola Napas
- Kaji status pernapasan pasien, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Monitor tanda-tanda vital, khususnya laju pernapasan dan saturasi oksigen
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian oksigen supplemental jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat
- Ajarkan teknik-teknik pernapasan untuk mengurangi sesak napas
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi Tn. A, dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, dan hasil EKG menunjukkan ST elevasi, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit jantung koroner. Luaran yang diharapkan adalah pengendalian nyeri dan pola napas efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, serta peningkatan pola napas melalui pengkajian pernapasan, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan. -
Article No. 12936 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. pasien tampak sesak nafas tersengal sengal. terlihat kesulitan bernafas. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. saturasi oksigen 94%. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit kardiovaskular (infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada yang terus-menerus dengan skala nyeri 8.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas akibat infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas, kesulitan bernapas, dan saturasi oksigen 94%.
3. Risiko tinggi ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan tekanan darah 190/100 mmHg dan nadi 110 x/menit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Tanda-tanda vital pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik.
2. Pola Napas Efektif:
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas.
- Saturasi oksigen pasien berada dalam batas normal.
3. Stabilitas Hemodinamik:
- Tekanan darah pasien berada dalam batas normal.
- Nadi pasien berada dalam batas normal.
- Tidak terjadi komplikasi terkait ketidakstabilan hemodinamik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan aturan pemberian.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
- Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Manajemen Jalan Napas:
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan pasien teknik bernapas dalam dan latihan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
- Monitor status pernapasan dan respons pasien terhadap intervensi.
3. Manajemen Kardiovaskular:
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Berikan terapi farmakologis sesuai resep dokter untuk menstabilkan hemodinamik.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik.
- Edukasikan pasien dan keluarga mengenai pentingnya pemantauan tanda-tanda vital dan gejala komplikasi.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit kardiovaskular (infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada yang terus-menerus dengan skala nyeri 8.
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Nyeri dada yang terus-menerus dengan skala nyeri 8 mengindikasikan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular, yaitu infark miokard akut.
- Infark miokard akut menyebabkan kerusakan pada jaringan miokard, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas akibat infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas, kesulitan bernapas, dan saturasi oksigen 94%.
- Ketidakefektifan pola napas adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau menyediakan ventilasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Infark miokard akut dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas, sehingga pasien mengalami sesak napas, kesulitan bernapas, dan penurunan saturasi oksigen.
3. Risiko tinggi ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan tekanan darah 190/100 mmHg dan nadi 110 x/menit.
- Risiko tinggi ketidakstabilan hemodinamik adalah kerentanan terhadap perubahan yang merugikan dalam sistem kardiovaskular.
- Infark miokard akut dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan, seperti peningkatan tekanan darah dan nadi, sebagai respon kompensasi tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol:
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan efektif dalam mengatasi nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, seperti penggunaan analgesik dan teknik nonfarmakologis, sehingga mampu mengendalikan nyeri.
- Tanda-tanda vital pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik, yang menunjukkan bahwa nyeri tidak lagi memengaruhi sistem kardiovaskular.
2. Pola Napas Efektif:
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal, menunjukkan perbaikan pada fungsi pernapasan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas, yang berarti pertukaran gas telah membaik.
- Saturasi oksigen pasien berada dalam batas normal, menunjukkan bahwa oksigenasi jaringan telah memadai.
3. Stabilitas Hemodinamik:
- Tekanan darah pasien berada dalam batas normal, menunjukkan perbaikan pada fungsi kardiovaskular.
- Nadi pasien berada dalam batas normal, menunjukkan perbaikan pada fungsi jantung.
- Tidak terjadi komplikasi terkait ketidakstabilan hemodinamik, yang berarti intervensi telah efektif dalam menjaga stabilitas hemodinamik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai karakteristik nyeri.
- Pemberian analgesik sesuai aturan untuk mengurangi nyeri dan memberikan kenyamanan bagi pasien.
- Teknik nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer, dapat membantu pasien mengatasi nyeri tanpa efek samping obat.
- Pemantauan tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas penanganan nyeri.
2. Manajemen Jalan Napas:
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan -
Article No. 12937 | 26 Feb 2025
Klinis : (Hari 1) Buat 1 kasus tentang kecemasan saat mengikuti hari pertama Wawancara kerja di PT Maju Mundur cantik, calon pekerja merasa panik karena dia tidak mempersiapkan materi wawancara kerja, serta merasa belum mengeri apa- apa karena seorang freshgraduate, calon pekerja ini selalu menunda waktu dan selalu panik saat melakukan atau ikut sesuatu yang baru. Seorang pewawancara panik, keringat dingin, dan jantung berdebar , pasieb ini juga tidak bisa wawancara kerja karena badan bergetar dan tidak berbicara sepatah katapun saat dilakukan wawancara. (Hari 2) Pada saat di rumah klien Nampak, murung, ,tidak mau makan, mondar mandir, tidak mau bertemu dengan orang lain. Hasil pemeriksaan fisik TD 150/100, NADI : 120X/menit, RR: 23/menit. Keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSJ dan didiagnosa kecemasan pada tahap panik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kasus yang diberikan:
Hari 1:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kecemasan (00146)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dianggap membahayakan atau tidak dikenal, ditandai dengan perasaan takut yang tidak menyenangkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1211)
Definisi: Jumlah atau tingkat kecemasan yang dapat dikelola atau diatur oleh individu.
Kriteria hasil:
- Mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Mampu menggunakan teknik relaksasi
- Mampu mengendalikan respons fisiologis kecemasan
- Mampu menerapkan strategi koping yang efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
Definisi: Membantu klien untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan khawatir.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dsb.)
- Berikan dukungan emosional
- Anjurkan aktivitas yang dapat membantu mengurangi kecemasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Hari 2:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif terhadap orang lain, diri sendiri, atau lingkungan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku (1405)
Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau menahan dorongan perilaku yang tidak sesuai/tidak dapat diterima.
Kriteria hasil:
- Mampu mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan
- Mampu menggunakan strategi untuk mengendalikan perilaku
- Mampu mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat
- Tidak melakukan tindakan kekerasan selama perawatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Marah (5604)
Definisi: Membantu klien untuk mengenali dan mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.
Aktivitas:
- Identifikasi penyebab dan manifestasi kemarahan
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dsb.)
- Bantu klien mengembangkan keterampilan komunikasi asertif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Pada hari pertama, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kecemasan (00146). Hal ini didasarkan pada kondisi klien yang merasa panik, tidak mempersiapkan materi wawancara, belum memahami apa-apa karena baru lulus, dan selalu menunda waktu serta panik saat melakukan sesuatu yang baru. Klien mengalami gejala seperti keringat dingin, jantung berdebar, dan tidak bisa berbicara saat wawancara.
Luaran/output yang diharapkan adalah Tingkat Kecemasan Terkendali (1211), di mana klien mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan, menggunakan teknik relaksasi, mengendalikan respons fisiologis, dan menerapkan strategi koping yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Kecemasan (5820), yang meliputi identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan dukungan emosional, dan menganjurkan aktivitas yang dapat membantu mengurangi kecemasan.
Pada hari kedua, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perilaku Kekerasan (00138). Hal ini didasarkan pada kondisi klien yang nampak murung, tidak mau makan, mondar-mandir, tidak mau bertemu orang lain, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (TD 150/100, nadi 120x/menit, RR 23x/menit).
Luaran/output yang diharapkan adalah Kontrol Perilaku (1405), di mana klien mampu mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, menggunakan strategi untuk mengendalikan perilaku, mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat, dan tidak melakukan tindakan kekerasan selama perawatan. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Marah (5604), yang meliputi identifikasi penyebab dan manifestasi kemarahan, mengajarkan teknik relaksasi, membantu klien mengembangkan keterampilan komunikasi asertif, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 12938 | 26 Feb 2025
Klinis : (Hari 1) Buat 1 kasus tentang kecemasan saat mengikuti hari pertama Wawancara kerja di PT Maju Mundur cantik, calon pekerja merasa panik karena dia tidak mempersiapkan materi wawancara kerja, serta merasa belum mengeri apa- apa karena seorang freshgraduate, calon pekerja ini selalu menunda waktu dan selalu panik saat melakukan atau ikut sesuatu yang baru. Seorang pewawancara panik, keringat dingin, dan jantung berdebar , pasieb ini juga tidak bisa wawancara kerja karena badan bergetar dan tidak berbicara sepatah katapun saat dilakukan wawancara. (Hari 2) Pada saat di rumah klien Nampak, murung, ,tidak mau makan, mondar mandir, tidak mau bertemu dengan orang lain. Hasil pemeriksaan fisik TD 150/100, NADI : 120X/menit, RR: 23/menit. Keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSJ dan didiagnosa kecemasan pada tahap panik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Hari 1:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Faktor yang Berhubungan:
- Kurang pengetahuan
- Situasi baru
Gejala dan Tanda:
- Subjektif: Panik, merasa tidak mampu, menunda-nunda
- Objektif: Keringat dingin, jantung berdebar, tubuh bergetar, berbicara terbata-bata
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber kecemasan yang dirasakan atau diantisipasi.
2. Karakteristik Utama: Perasaan cemas, khawatir, dan panik terhadap sumber yang tidak jelas.
3. Faktor yang Berhubungan: Situasi baru, kurang pengetahuan, ancaman terhadap integritas diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Outcome: Tingkat Kecemasan Menurun
2. Kriteria Hasil:
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien mampu menggunakan teknik relaksasi
- Klien dapat mendemonstrasikan perilaku tenang saat wawancara
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Berikan informasi tentang proses wawancara
- Latih teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi)
- Lakukan pendampingan saat wawancara
Hari 2:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan (00146)
Faktor yang Berhubungan:
- Krisis situasional
Gejala dan Tanda:
- Subjektif: Murung, tidak mau makan, mondar-mandir, menghindari orang lain
- Objektif: TD 150/100, Nadi 120x/menit, RR 23x/menit
SDKI, SLKI, dan SIKI sama dengan hari 1. -
Article No. 12939 | 26 Feb 2025
Klinis : (Hari 1) Buat 1 kasus tentang kecemasan saat mengikuti hari pertama Wawancara kerja di PT Maju Mundur cantik, calon pekerja merasa panik karena dia tidak mempersiapkan materi wawancara kerja, serta merasa belum mengeri apa- apa karena seorang freshgraduate, calon pekerja ini selalu menunda waktu dan selalu panik saat melakukan atau ikut sesuatu yang baru. Seorang pewawancara panik, keringat dingin, dan jantung berdebar , pasieb ini juga tidak bisa wawancara kerja karena badan bergetar dan tidak berbicara sepatah katapun saat dilakukan wawancara. (Hari 2) Pada saat di rumah klien Nampak, murung, ,tidak mau makan, mondar mandir, tidak mau bertemu dengan orang lain. Hasil pemeriksaan fisik TD 150/100, NADI : 120X/menit, RR: 23/menit. Keluarga pasien membawa pasien ke IGD RSJ dan didiagnosa kecemasan pada tahap panik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Hari 1:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan berhubungan dengan ketidaksiapan dalam menghadapi wawancara kerja.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- Karakteristik: Gelisah, panik, jantung berdebar, berkeringat, dan sulit berkonsentrasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Klien dapat mengelola kecemasan yang dialami.
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menerapkan teknik relaksasi, dan menunjukkan kemampuan untuk menghadapi wawancara kerja.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Kecemasan, Terapi Relaksasi, dan Bimbingan Persiapan Wawancara Kerja.
- Tindakan Keperawatan: Mengidentifikasi penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan bimbingan untuk persiapan wawancara kerja.
Hari 2:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan berat berhubungan dengan perubahan fisiologis (peningkatan tanda vital).
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan Berat: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang dirasakan sangat mengancam.
- Karakteristik: Tidak mau makan, mondar-mandir, tidak mau bertemu orang lain, peningkatan tanda vital (TD 150/100, nadi 120x/menit, RR 23x/menit).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Klien dapat mengelola kecemasan yang dialami.
- Kriteria Hasil: Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, menerapkan teknik relaksasi, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Kecemasan, Terapi Relaksasi, dan Pemantauan Tanda Vital.
- Tindakan Keperawatan: Mengidentifikasi penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau tanda vital secara berkala.
Dalam kedua kasus tersebut, peran perawat adalah membantu klien mengelola kecemasan yang dialami melalui intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI, serta bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan klien dapat mengatasi kecemasan dan mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 12940 | 26 Feb 2025
Klinis : Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakampuan mengabsorbsi nutrien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai hal tersebut dari sudut pandang seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien" adalah "Risiko Defisit Nutrisi". Diagnosis ini mengidentifikasi adanya risiko terjadinya kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyerap nutrien secara optimal.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Asupan Nutrisi: Klien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
2. Status Nutrisi: Klien menunjukkan status nutrisi yang optimal, ditandai dengan parameter antropometri, biokimia, dan klinis yang berada dalam batas normal.
3. Pengetahuan: Klien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai pentingnya nutrisi dan cara mengatasinya.
4. Perilaku Perawatan Diri: Klien dan keluarga mampu melakukan upaya perawatan diri terkait dengan nutrisi secara mandiri.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian Nutrisi
- Kaji riwayat dan pola makan klien
- Lakukan pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas)
- Periksa status laboratorium terkait nutrisi (misalnya albumin, hemoglobin, glukosa)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan dan penyerapan nutrisi
2. Manajemen Nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral jika diindikasikan
- Pantau asupan dan output cairan serta elektrolit
- Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi dan cara mencukupi kebutuhan nutrisi
3. Manajemen Lingkungan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung untuk makan
- Fasilitasi akses klien terhadap makanan yang sesuai dengan kebutuhan
4. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan klien dan keluarga mengenai konsep nutrisi yang sehat
- Berikan informasi tentang makanan yang kaya nutrisi dan cara mengolahnya
- Latih klien dan keluarga dalam perencanaan dan persiapan makanan yang tepat
5. Kolaborasi
- Koordinasi dengan tim kesehatan lain (ahli gizi, dokter) untuk penanganan nutrisi yang komprehensif
- Lakukan rujukan ke unit terkait jika diperlukan (misalnya unit gizi klinik)
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan dan mengatasi risiko defisit nutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyerap nutrien. -
Article No. 12941 | 26 Feb 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan batuk efektif, kelemahan otot pernapasan.
- Tanda dan Gejala: Bunyi napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan otot, kelelahan.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, napas pendek saat beraktivitas, peningkatan denyut jantung.
3. Defisit Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual/muntah, disfagia, maldigesti.
- Tanda dan Gejala: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, perubahan laboratorium.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihnya saluran napas.
- Kriteria Hasil:
- Jalan napas paten
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada bunyi napas tambahan
- Kemampuan batuk efektif
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa terjadi kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas
- Tidak ada peningkatan denyut jantung yang berlebihan saat beraktivitas
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan
3. Status Nutrisi Membaik
- Definisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
- Kriteria Hasil:
- Berat badan stabil atau meningkat
- Asupan makanan dan cairan adekuat
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pemeriksaan fisik pernapasan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Lakukan tindakan batuk efektif dan suction jika perlu
- Manajemen Ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk terapi inhalasi
- Manajemen Obstruksi Jalan Napas
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian bronkodilator
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas
- Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan toleransinya
- Rencanakan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Manajemen Energi
- Pantau tanda-tanda vital saat aktivitas
- Atur waktu istirahat yang cukup
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan rehabilitasi
3. Defisit Nutrisi
- Manajemen Nutrisi
- Identifikasi faktor penyebab defisit nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi dan toleransi pasien
- Manajemen Mual dan Muntah
- Lakukan intervensi farmakologis untuk mengurangi mual dan muntah
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah non-farmakologis
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan yang sesuai, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Sebagai perawat, saya akan bekerja secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan komprehensif demi pemulihan pasien. -
Article No. 12862 | 25 Feb 2025
Klinis : Pasien mengeluh sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang mengeluhkan sesak nafas.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang mengeluh sesak nafas adalah "Ketidakefektifan Pola Napas". Diagnosa ini mencerminkan adanya gangguan dalam pola pernapasan pasien, yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Pola napas efektif: Pasien menunjukkan pola napas yang dalam, teratur, dan tidak menimbulkan distres.
2. Tingkat kenyamanan napas membaik: Pasien melaporkan adanya penurunan rasa sesak dan peningkatan kenyamanan saat bernapas.
3. Oksigenasi adekuat: Pasien menunjukkan nilai saturasi oksigen (SpO2) yang dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemantauan Respirasi
- Pantau tanda-tanda vital seperti frekuensi napas, irama napas, dan kedalaman napas.
- Pantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada.
- Pantau nilai oksigenasi, seperti saturasi oksigen (SpO2) dan kadar oksigen darah (PaO2).
2. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dalam posisi duduk atau semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien menggunakan alat bantu pernapasan yang tepat.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
3. Manajemen Stres dan Kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan untuk membantu pasien mengatasi sesak napas.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang diperlukan untuk mengurangi kecemasan pasien.
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan sesak napas.
- Ajarkan strategi manajemen sesak napas yang dapat dilakukan di rumah.
- Dorong pasien untuk mematuhi rencana perawatan dan pengobatan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, peningkatan kenyamanan napas, dan oksigenasi yang adekuat. Hal ini akan mendukung pemulihan pasien dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 12863 | 25 Feb 2025
Klinis : Pada suatu saat Tn. K 35 th, dibawa oleh keluarganya ke IGD rumah sakit karena di rumah klien marah-marah kepada semua orang yang ada di rumah. Klien marah- marah sambil melemparkan barang-barang yang ada di dekatnya. Terkadang klien juga memukul dinding dan kaca. Klien mudah sekali tersinggung sejak 2 bulan yang lalu. Sejak 7 bulan yang lalu klien di putuskan pacar yang sangat disayanginya. Klien belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus SMA. Klien merasa dirinya sangat menyusahkan keluarga. Masalah apa yg dialami Tn.KP Data apa yg mendukung? Tindakan keperawatan untuk Tn.K ? Apa Tindakan yg dapat dilakukan perawat?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah kesehatan yang dialami oleh Tn. K, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
- Tn. K menunjukkan perilaku marah-marah, melemparkan barang, dan memukul dinding/kaca, yang merupakan tanda-tanda risiko perilaku kekerasan.
- Faktor yang mendukung risiko perilaku kekerasan adalah putus cinta, pengangguran, dan merasa menyusahkan keluarga, yang dapat memicu stres dan frustrasi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perilaku Kekerasan: Keadaan di mana individu menunjukkan potensi untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Perilaku: Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengarahkan perilakunya.
- Keamanan Diri: Keadaan individu yang bebas dari bahaya fisik.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perilaku Kekerasan: Intervensi untuk membantu individu mengontrol perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri atau orang lain.
- Terapi Perilaku: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi, mengubah, dan mengelola perilakunya.
Tindakan Keperawatan yang dapat dilakukan untuk Tn. K:
1. Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu perilaku kekerasan.
2. Berikan terapi psikoedukasi untuk membantu Tn. K memahami dan mengelola emosinya.
3. Latih Tn. K dalam mengembangkan strategi koping yang adaptif, seperti relaksasi, olahraga, atau kegiatan yang menyenangkan.
4. Berikan dukungan emosional dan sosial, seperti melibatkan keluarga atau kelompok pendukung.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental, jika diperlukan, untuk intervensi lebih lanjut.
6. Pantau secara ketat untuk memastikan keamanan Tn. K dan orang-orang di sekitarnya.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan pendekatan yang berpusat pada pasien, menciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik, serta bekerja sama dengan tim multidisiplin untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi Tn. K. -
Article No. 12864 | 25 Feb 2025
Klinis : Pada suatu saat Tn. K 35 th, dibawa oleh keluarganya ke IGD rumah sakit karena di rumah klien marah-marah kepada semua orang yang ada di rumah. Klien marah- marah sambil melemparkan barang-barang yang ada di dekatnya. Terkadang klien juga memukul dinding dan kaca. Klien mudah sekali tersinggung sejak 2 bulan yang lalu. Sejak 7 bulan yang lalu klien di putuskan pacar yang sangat disayanginya. Klien belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus SMA. Klien merasa dirinya sangat menyusahkan keluarga. Masalah apa yg dialami Tn.KP Data apa yg mendukung? Tindakan keperawatan untuk Tn.K ? Apa Tindakan yg dapat dilakukan perawat? berikan 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan beberapa diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Tn. K.
Diagnosis Keperawatan 1: Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Kondisi di mana individu menunjukkan perilaku marah yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Data Pendukung:
1. Klien marah-marah sambil melemparkan barang-barang di dekatnya.
2. Klien memukul dinding dan kaca.
3. Klien mudah tersinggung sejak 2 bulan terakhir.
4. Klien merasa dirinya menyusahkan keluarga.
Diagnosis Keperawatan 2: Kesedihan Disfungsional
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami rasa duka yang berlebihan dan mengganggu fungsi normal sehari-hari.
Data Pendukung:
1. Klien baru saja putus dari pacar yang sangat disayanginya 7 bulan lalu.
2. Klien belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus SMA.
3. Klien merasa dirinya menyusahkan keluarga.
Diagnosis Keperawatan 3: Harga Diri Rendah
Definisi: Kondisi di mana individu menunjukkan penilaian negatif terhadap dirinya sendiri.
Data Pendukung:
1. Klien merasa dirinya menyusahkan keluarga.
2. Klien belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus SMA.
3. Klien baru saja putus dari pacar yang sangat disayanginya.
Tindakan Keperawatan:
1. Identifikasi dan batasi perilaku marah klien.
2. Ajarkan klien teknik manajemen amarah.
3. Dukung klien dalam mengekspresikan perasaan sedihnya secara konstruktif.
4. Bantu klien meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk terapi yang sesuai.
Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan intervensi yang komprehensif untuk membantu Tn. K mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI akan menjadi panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.